• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Regresi

Dalam dokumen T1 802011801 Full text (Halaman 26-35)

HASIL PENELITIAN 1.Analisis Deskriptif

3. Uji Regresi

Pengujian regresi, diperlukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain. Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel bebas, dan satu variabel tergantung. Kedua variabel bebas memiliki pengaruh terhadap variabel tergantung, dengan nilai R sebesar 0,544, dan signifikansi 0,000 (p <0,05). Pengujian regresi tiga variabel tertera dalam tabel dibawah ini:

Tabel 4

Uji regresi pola asuh otoritatif dan self-esteem terhadap kemandirian: Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .544a .296 .283 7.907

Predictors: (Constant), self_asteem, pola_asuh

ANOVAa Model Sum of Squares Df Mean Square F 1 Regression 2815.185 2 1407.592 22.512 Residual 6690.279 107 62.526 Total 9505.464 109

a. Dependent Variable: kemandirian

18

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 60.073 7.166 8.383 .000 pola_asuh -.181 .038 -.384 -4.711 .000 self_esteem 1.183 .228 .422 5.187 .000

a. Dependent Variable: kemandirian

Dari hasil uji regresi pola asuh otoritatif dan self-esteem dengan kemandirian, secara bersama-sama pola asuh otoritatif dengan self-esteem dapat digunakan sebagai prediktor kemandirian mahasiswa yang tinggal dirumah kost di Salatiga, didapatkan nilai adjusted R square sebesar 0,283 (28,3%). Nilai beta dari variabel pola asuh otoritatif sebesar -0,384. Dengan signifikansi sebesar 0,000 (p< 0,05) dan nilai beta variabel self-esteem sebesar 0,422, dengan signifikansi 0,000 (p< 0,05).

Bedasarkan data diatas, maka model persamaan linear berganda, Y = α+β1X1+β2X2, maka persamaan persamaan regresi linear, yaitu

Y = 60,073 – 0,384X1+0,422X2. Keterangan:

1. Konstanta sebesar 60,073 mengandung arti bahwa jika variabel independen dianggap konstan, maka nilai kemandirian sebesar 60,073. Hal ini dapat diartikan bahwa tingkat kemandirian mahasiswa yang tinggal di tempat kos tinggi.

2. Koefisien regresi pola asuh otoritatif sebesar -0,384, memberi pemahaman bahwa semakin tinggi tingkat pola asuh otoritatif maka akan berdampak pada menurunnya tingkat kemandirian mahasiswa yang tinggal di rumah kost di Salatiga.

3. Koefisien regresi self-esteem sebesar 0,422, memberi pemahaman bahwa semakin tinggi tingkat self-esteem maka akan berdampak pada meningkatnya kemandirian mahasiswa yang tinggal di rumah kost di Salatiga.

19

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini, ditemukan bahwa secara simultan terdapat pengaruh antara pola asuh otoritatif dan self-esteem terhadap kemandirian. Besarnya pengaruh pola asuh otoritatif dan self-esteem terhadap kemandirian, tercermin dalam nilai adjusted R Square (R²) sebesar 0,283, yang menjelaskan bahwa sebesar 28,3% dari total varians kemandirian mahasiswa yang tinggal dirumah kost di Salatiga dapat dijelaskan secara simultan oleh pola asuh otoritatif dan self-esteem. Lebih lanjut hasil temuan ini didukung oleh, nilai Fhitung sebesar 22,512, dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Maka hipotesis yang menyatakan bahwa pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor kemandirian diterima.

Self-Esteem merupakan salah satu faktor yang berpengaruh signifikan terhadap kemandirian mahasiswa. Hal ini terbukti dari uji pada tabel 4 (β = 0,422), dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 (p<0,05), dan ternyata self-esteem memberi pengaruh yang lebih besar dari pola asuh otoritatif. Ini berarti bahwa self-esteem dapat dijadikan sebagai prediktor kemandirian mahasiswa. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh self-esteem dengan kemandirian diterima. Hal ini sesuai dengan pendapat Buss (dalam Handiati, 1991), bahwa individu yang memiliki harga diri yang tinggi akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya karena individu tersebut lebih meniliki kemantapan diri, kebebasan dan bertanggung jawab, sedangkan individu yang memiliki harga diri yang rendah akan merasa mudah cemas dan depresi. Pentingnya peranan self-esteem (harga diri), adalah bahwa setiap orang memerlukan harga diri, berapapun usia, jenis kelamin, latar belakang budaya, atau arah serta pekerjaan dalam hidupnya.

20

Harga diri hampir mempengaruhi setiap segi kehidupan (Clemes, Bean, dan Clarck, 1995). Menurut penelitian Royani (2009), self-esteem (harga diri) merupakan hal yang paling krusial didalam hidup setiap manusia, tanpa terkecuali, dan self esteem ini tidak dapat dilepaskan dari identitas diri. Identitas diri yang jelas akan menghantar individu untuk menghargai dirinya secara tepat pula. Individu yang memiliki harga diri (self-esteem) yang tinggi, akan dapat bertindak mandiri. Pentingnya memiliki self esteem yang positif, secara khusus dalam diri remaja ini terkait dengan kehidupan remaja itu sendiri, dimana remaja sudah mulai membaur dalam masyarakat yang lebih luas. Sangat berbahaya bila remaja tidak memiliki self esteem yang positif, mereka akan mudah terbawa oleh pengaruh dari masyarakat yang negatif, karena mereka yang memiliki self-esteem yang negatif tidak mampu mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya, mereka kerap kali dikontrol oleh lingkungannya.

Bagi mahasiswa yang tinggal di tempat kost, mereka dihadapkan dalam situasi dimana mereka berada jauh dari orangtua, dan harus dapat melakukan segala aktivitas sendiri secara mandiri seperti mulai dari: memilih teman, memilih mata kuliah apa yang hendak diambil, memecahkan masalah secara mandiri, mengambil sutu keputusan secara mandiri, dan sebagainya. Bagi mereka yang mempunyai harga diri yang tinggi, mereka akan dapat bertindak mandiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Clemes, Bean, dan Clark (1995), bahwa salah satu ciri individu yang memiliki harga diri yang tinggi, mereka dapat bertindak mandiri, ia akan membuat pilihan dan mengambil keputusan tentang masalah seperti pemanfaatan waktu, uang, pekerjaan, pakaian, dan lain-lain dan ia akan mencari teman dan kesenangannya sendiri.

21

Sementara itu, berdasarkan hasil penghitungan uji regresi self-esteem dengan kemandirian, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara self-esteem dengan kemandirian. Dengan nilai beta sebesar 0,422, dan nilai signifikan sebesar 0,000 (p <0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara self-esteem dengan kenandirian, artinya semakin tinggi tingkat self-self-esteem, maka semakin tinggi pula tingkat kemandiriannya, begitu juga sebaliknya semakin rendah tingkat self-esteem maka semakin rendah pula tingkat kemandiriannya. Hasil penelitian ini, sesuai dengan hasil penelitian Dickstein dan Hardy (1979) yang meneliti hubungan antara self-esteem, kemandirian, dan perilaku moral pada mahasiswa laki-laki dan perempuan, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara self-esteem dengan kemandirian, dengan nilai korelasi sebesar 0,43, dengan nilai signifikansi (p<0,01). Selanjutnya hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Handiati (1991), yang meneliti hubungan antara harga diri dengan kemandirian remaja pada SMA Kristen YSKI dan SMA Nasional Karangturi Semarang, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara harga diri dengan kemandirian dengan nilai korelasi sebebesar 0,598, dan nilai signifikansi (p<0,01).

Selain self-esteem, pola asuh otoritatif juga berpengaruh terhadap kemandirian mahasiswa. Hasil uji t pada tabel 4, memperlihatkan bahwa pola asuh memberi pengaruh yang lebih kecil dari self-esteem (β = -0,384), hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang negatif antara pola asuh otoritatif dengan kemandirian, artinya semakin tinggi tingkat pola asuh otoritatif, maka semakin rendah tingkat kemandiriannya, begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat pola asuh otoritatif, maka semakin tinggi tingkat kemandiriannya. Mengingat ternyata hasil penelitian ini menemukan adanya korelasi yang sifatnya negatif, maka hipotesis yang menyatakan

22

ada pengaruh positif antara pola asuh otoritatif dengan kemandirian ditolak. Hasil penelitian ini tidak mendukung pendapat Baumrind (dalam Turner, Chander, dan Heffer, 2009) yang menyatakan bahwa pola asuh yang dapat mendorong kemandirian adalah pola asuh otoritatif (authoritative parenting), karena dalam pola asuh ini terdapat beberapa ciri, dan salah satunya yaitu mendorong kemandirian. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan pendapat Lestari, Susanti dan Indrayani, (2012) yang menyatakan bahwa pola asuh otoritatif merupakan pola asuh yang paling tepat diterapkan oleh orangtua demi meningkatkan kemandirian remaja. Dalam penelitian ini, justru ditemukan bahwa pola asuh otoritatif menurunkan tingkat kemandirian remaja.

Dalam penelitian ini, didapatkan nilai beta untuk variabel pola asuh otoritatif sebesar -0,384, dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05). Adanya korelasi negatif antara pola asuh otoritatif dengan kemandirian, mungkin disebabkan karena orangtua authoritative dicirikan dengan tingginya tingkat dukungan dan kedekatan emosional (Yaffe, 2014). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Golonka (2013), yang meneliti tentang hubungan antara pola asuh orangtua, komunikasi elektronik antara orangtua-anak, dan perkembangan kemandirian dan penyesuaian diri mahasiswa, menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara pola asuh authoritative dengan kemandirian emosi pada mahasiswa, karena mahasiswa dengan orangtua otoritatif memiliki kesempatan lebih untuk merasa sangat dekat, merasa nyaman, dan bergantung pada orangtua yang berperilaku mendukung secara emosional, yang dapat menurunkan keinginan mahasiswa untuk memisahkan diri dari orangtua dimasa dewasa, sebagai hasilnya terjadi penurunan kemandirian emosional. Begitu pula dengan mahasiswa yang tinggal ditempat kost,

23

dimana ia dihadapkan pada situasi dimana ia berada jauh dari kedua orangtuanya, ia harus dapat memecahkan masalah yang dialaminya secara mandiri, dan harus dapat menentukan dan memilih apa yang terbaik untuk dirinya sendiri. Dengan adanya kedekatan emosional antara anak dengan orangtua, maka ia merasa nyaman dengan orangtua, dan selalu bergantung pada orangtua yang berperilaku mendukung secara emosional, yang dapat menurunkan keinginan anak untuk memisahkan diri dari orangtua, dan pada akhirnya menurunkan tingkat kemandirian anak.

Berdasarkan hasil uji regresi pola asuh otoritatif dan self-esteem dengan kemandirian, didapatkan jumlah sumbangan relatif dari kedua variabel bebas pola asuh otoritatif (X1) dan self-esteem (X2), sebesar 0,283 (28,3%). Hal ini menunjukkan bahwa kemandirian mahasiswa yang tinggal dirumah kost di Salatiga dipengaruhi oleh pola asuh otoritatif dan self-esteem. Sedangkan sisanya 71,7% dipengaruhi oleh faktor lain, seperti: latar belakang budaya, jumlah anak dalam keluarga, tingkat pendidikan ibu, dan status pekerjaan ibu (Soetjiningsih, 1993).

Penelitian ini, tentunya memiliki kelemahan, yaitu: menurut peneliti kelemahan penelitian ini adalah saat pelaporan jumlah populasi, peneliti sudah mengidentifikasi populasi yang berasal dari luar kota Salatiga sebagai anak kost, padahal belum tentu mereka anak kost.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor kemandirian mahasiswa yang tinggal dirumah kost di Salatiga, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

24

a) Ada pengaruh pola asuh otoritatif dan self-esteem terhadap kemandirian mahasiswa. Dengan kata lain pola asuh otoritatif dan self-esteem sebagai prediktor kemandirian mahasiswa yang tinggal di rumah kost di Salatiga.

b) Ada pengaruh yang negatif antara pola asuh otoritatif dengan kemandirian mahasiswa yang tinggal dirumah kost di Salatiga, semakin tinggi pola asuh otoritatif, maka semakin rendah kemandiriannya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah tingkat pola asuh otoritatif, maka semakin tinggi tingkat kemandiriannya. c) Ada pengaruh yang positif antara self-esteem dengan kemandirian, semakin tinggi

tingkat self-esteem maka semakin tinggi pula tingkat kemandiriannya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah tingkat self-esteem, maka semakin rendah pula tingkat kemandiriannya.

d) Besarnya sumbangan efektif pola asuh otoritatif dan self-esteem sebesar 28,3%. Hal ini menunjukkan bahwa pola asuh otoritatif dan self-esteem merupakan faktor yang cukup besar memengaruhi kemandirian mahasiswa yang tinggal dirumah kost di Salatiga.

e) Sebagian besar subjek (71,82%) memiliki tingkat kemandirian berada pada kategori tinggi, sebagian subjek (65,45%) memiliki tingkat self-esteem berada pada kategori tinggi, dan sebagian besar subjek (46,36%) memiliki tingkat pola asuh otoritatif yang tinggi.

Saran

Dengan demikian, maka para mahasiswa diharapkan agar tetap mengembangkan self-esteem yang positif untuk dapat bertindak lebih mandiri, bertanggung jawab, dapat lebih mengahargai usaha dan prestasinya, serta tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang lain yang ada disekitarnya. Bagi para orangtua, orangtua perlu

25

memberikan kebebasan yang bertanggungjawab pada anak sejak kecil, agar saat anak tumbuh dewasa ia dapat mengurus dirinya sendiri dan dapat bertindak mandiri. Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini masih sangat terbatas, karena hanya meneliti pengaruh pola asuh otoritatif dan self-esteem terhadap kemandirian mahasiswa yang tinggal dirumah kost di Salatiga. Peneliti selajutnya dapat meneliti lebih lanjut dengan mengembangkan variabel-variabel lain yang dapat digunakan, sehingga terungkap faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian, seperti: faktor jenis kelamin, sistem pendidikan disekolah, sistem kehidupan dimasyarakat, jumlah anak dalam keluarga, dan kecedasan. Selain itu, penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini terdapat kelemahan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis seperti: saat pelaporan jumlah populasi, peneliti sudah mengidentifikasi populasi yang berasal dari luar kota Salatiga sebagai anak kost, padahal belum tentu mereka anak kost.

26

Dalam dokumen T1 802011801 Full text (Halaman 26-35)

Dokumen terkait