C. Sumber-Sumber Konflik :
III. METODE PENELITIAN
3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas .1.1 Uji Validitas.1.1 Uji Validitas
3.5.1.2 Uji Reliabilitas
Penelitian yang menggunakan uji coba angket, dalam pelaksanaannya memerlukan suatu alat pengumpulan data yang harus diuji reliabilitasnya. Menurut Suharsimi Arikunto (1998 :160), “rehabilitas menunjukan pengertian bahwa suatu intrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena intrumen tersebut sudah baik “. Untuk reliabilitas angket diadakan uji coba ditempuh dengan cara sebagai berikut:
b. Hasil uji coba dikelompokan dalam item ganjil dan item genap c. Hasil item ganjil dan genap dikorelasikan dengan rumus Product
Moment, yaitu :
N y Y N x x N y x XY rXY 2 2 2 2 Keterangan :Rxy = Hubungan variabel X dan Y X = Variabel bebas
Y = Variabel terikat N = Jumlah responden (Sutrisno Hadi, 1986: 57)
d. Untuk reliabilitas angket dengan menggunakan rumus Spearman Brown, sebagai berikut :
gg gg r r rXY 1 2 Keterangan :Xy : Koefisien rehabilitas seluruh item. Rgg : Koefisien korelasi item ganjil dan genap. (Sutrisno Hadi, 1981 :37)
e. Hasil analalisis kemudian dibandingkan dengan tingkat reliabilitas dengan kreteria, sebagai berikut :
0,90 - 1,00 : Tinggi. 0,50–0,89 : Sedang. 0,00–0,49 : Rendah.
87 3.6 Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh dari penyebaran angket maka, langkah selanjutnya ialah melakukan analisis data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, yaitu suatu penelitian yang menggambarkan fenomena yang terjadi. Fenomena tersebut diteliti secara deskriptif dengan mencari dan mengumpulkan informasi-informasi yang mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian.
Informasi-informasi yang berhasil dikumpulkan dalam bentuk uraian, yang memberikan gambaran atas suatu keadaan yang sejelas mungkin. Dan selanjutnya disajikan dalam bentuk persentase pada setiap tabel kesimpulan. Rumus persentase yang digunakan adalah sebagai berikut :
% 100 X N F P Keterangan : P = Persentase
F = Jumlah jawaban dari seluruh item
N = Jumlah perkalian item dengan responden ( Muhammad Ali, 1985 : 184 )
Menurut Suharsimi Arikunto, ( 1993 :210 ), bahwa untuk menafsirkan banyaknya persentase yang diperoleh digunakan kreteria persentase sebagai berikut :
76% - 100% : Sangat baik
56% - 75% : Cukup
40% - 55% : Kurang Baik
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang peneliti lakukan tentang faktor-faktor pencegah tindak tawuran d SMK 2 Mei BandarLampung Tahun Pelajaran 2012/2013, maka peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang berperan mencegah tindak tawuran dalam penelitian ini adalah faktor kecerdasan emosional (42,4%), faktor pembinaan agama (47,9 %), faktor lingkungan sekolah (46,1 %), dan faktor lingkungan teman sepermainan/ sebaya (52,1%).
2. Faktor yang memiliki dominasi paling besar dalam mencegah tindak tawuran adalah faktor lingkungan teman sepermainan/ sebaya (52,1%).mayoritas siswa SMK 2 Mei Bandar Lampung yang terlibat tawuran memiliki teman yang nakal-nakal baik didalam diluar sekolah, terutama bagi siswa laki-laki. Mereka memiliki rasa setia kawan/ solodaritas yang tinggi dengan teman-temannya tak peduli dalam hal baik ataupun buruk, sebagai contoh kalau ada teman lain berselisih dengan siswa lain maka saling berkelompok untuk membantu (tawuran). Pengaruh negatif teman sepermainan/ sebaya tersebut akan memberikan dampak yang negatif bagi siswa yang lainnya
119 3. Faktor-faktor yang kurang/ tidak berperan dalam mencegah tindak tawuran
dalam penelitian ini adalah faktor lingkungan keluarga (50,3 %) dan faktor lingkungan masyarakat (58,8 %).
5.2. Saran
Setelah peneliti melakukan penelitian, menganalisis, membahas dan mengambil kesimpulan dari hasil penelitian, maka peneliti dapat mengajukan saran kepada siswa SMK 2 Mei harus bijak dalam mengahadapi segala macam bentuk permasalahan/ perselisihan, utamakan musyawarah dalam penyelesaian masalah dan hindari emosional yang tak terkendali. Selanjutnya, pihak sekolah harus lebih tanggap dan tegas dalam memberikan sanksi bagi siswa yang melanggar tata-tertib sekolah khususnya bagi siswa yang suka membolos dan melakukan tindak tawuran. Salah satu caranya adalah sering mengadakan sidak di tempat-tempat yang sering digunakan sebagai ajang pelarian siswa-siswa yang membolos. Pihak sekolah harus lebih intens melaksanakan kegiatan keagamaan untuk menyadarkan para siswa tentang sikap/perilaku, moral dan akhlak sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Pihak sekolah juga harus menyediakan sarana dan prasarana olahraga, ruang bermain dan berinteraksi yang luas untuk para siswanya agar terciptanya kegiatan siswa yang positif. Dan yang terakhir kepada para orang tua/ wali bekerja sama dengan pihak sekolah melalui guru BK harus lebih mengawasi putra-putrinya dalam hal pembelajaran (di rumah maupun disekolah) serta mengawasi pergaulan mereka, dengan demikian siswa akan terpantau dan bila terjadi perilaku yang menyimpang pada diri siswa dapat segera dicegah.
Aminuddin, Rasyad. 2002. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Ali, Mohammad. 1984.Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi.Angkasa, Bandung. 147 Halaman
Ali, M. & Asrori, M. (2004).Psikologi remaja : Perkembangan peserta didik. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. 342 Halaman
Calhoun, J, F. dan Acocella J, R. (1995). Psikologi tentang Penyelesaian dan Hubungan Kemanusiaan. Semarang: IKIP Press.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Balai Pustaka.
Eccles, J., & Midgley, C. (1990). Changes in academic motivation and selfperceptionduring early adolescence. In R. Montemayor (Ed.),
EarlyAdolescence as a Time of Transition, (pp. 1-29). Beverly Hills, CA: Sage Publishing Co.
Fuhrmann, B. S. 1990.Adolescence, adolescent.London, England: Scott,
Foresment/ Little, Brown Higher Education. A Division of Scitt, Foresman and Company.
Gunarsa & Gunarsa. ( 2006 ).Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia.
Goleman D. (2006). Emotional Intelligence: Kecerdasan emosional, mengapa EI lebih penting daripada IQ. Alih bahasa: T. Hermaya. Jakarta: P.T Gramedia Pustaka Utama.
Havighurst, R. J. (1972).Developmental Tasks and Education. New York. Mac kay.
Macgrow-Hill.Inc.
... (1993).Psikologi perkembangan : Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi kelima. Terjemahan dari Developmental
psychology : A Life span approach (5th ed). Alih bahasa : Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta : Erlangga.
Kartini Kartono. 1988.Psikologi Remaja. Bandung : PT.Rosda Karya
Mariah, Ulfah. 2007. Peran Persepsi Keharmonisan Keluarga Dan Konsep Diri Terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja. Tesis yang dipublikasikan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Universiata Gajah Mada.
Masten, Broek. 1977.Penanganan Konflik dan Pertumbuhan Organisasi. UI Press, jakarta.
Mussen, P.H. 1994.Perkembangan dan Kepribadian Anak (Terjemahan Budiyanto, F.X.,dkk). Jakarta: Archan
Nasikun, 1995.Sisten Sosial di Indonesia. Grafindo Persada, Jakarta.
Nawawi Ahmad. 2011.Intervensi Sosial Terhadap Tawuran Pelajar SMU. FIP UPI Bandung
Ridwan, Hana Karlina. 2006. Agresi pada Siswa – Siswa SLTA yang Melakukan dan Tidak Melakukan Tawuran Pelajar. Tesis yang tidak dipublikasikan. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Santoso, Gempur. 2004.Ergonomi manusia, peralatan, dan lingkungan. Sidoarjo. Prestasi pustaka publisher
Santosa, Slamet. 2004.Dinamika Kelompok. Jakarta; Bumi Aksara
Santrok, J. W. (2003) Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sarwono, S.W. 2002.Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Solikhah, Zakiatus. 1999. Identitas Sosial serta Alasan Keterlibatan dan Ketidakterlibatan Pelajar dalam Tawuran. Skripsi yang tidak dipublikasikan. Depok: Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia. Tirtarahardja,1995. Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Ulfah, Maria. 2007.persepsi keharmonisan keluarga dan konsep diri terhadap kecenderungan kenakalan remaja.Tesis Program Pasca Sarjana Psikologi UGM; Tidak di terbitkan.