• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.7 Uji Hipotesis Dengan Analisis Regresi Berganda

4.7.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Hasil uji signifikansi parameter individual (uji statistik t) disajikan pada tabel 4.19 dibawah ini:

Tabel 4.19 Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 7.679 2.821 2.722 .007 TOTAL KOMP .197 .101 .187 1.943 .054 TOTAL INDP .259 .118 .233 2.184 .031 TOTAL PROF .166 .152 .129 1.090 .278 TOTAL AKUN .463 .161 .284 2.875 .005

a. Dependent Variable: TOTAL KA Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.19, dapat dibuat persamaan regresi seperti berikut ini:

KA = 7.679+0.197KOMP+0.259INDP+0.166PROF+0.463AKUN Keterangan: KA = Kualitas Audit KOMP = Kompetensi INDP = Independensi PROF = Profesionalisme AKUN = Akuntabilitas

Tabel 4.19 menunjukkan hasil uji signifikan parameter individual untuk variabel kompetensi memiliki koefisien regresi sebesar 0.197 yang berarti bahwa setiap penambahan atas satu satuan kompetensi, maka akan terjadi peningkatan kualitas audit sebesar 0.197. Variabel kompetensi memiliki t hitung sebesar 1.943 dengan signifikansi 0.054 atau lebih besar dari 0.05. Hal ini berarti bahwa Ha1 ditolak dan dapat disimpulkan kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini dikarenakan responden dalam penelitian ini didominasi oleh auditor junior sebesar 58.91%. Secara umum, penugasan yang diberikan kepada auditor junior belum terlalu banyak. Pekerjaan junior auditor biasanya hanya seputar membuat kertas kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan. Sehingga pekerjaan auditor junior belum sampai pada tahap pelaporan hasil audit untuk menentukan kualitas hasil audit. Selain itu jam terbang yang

dimiliki auditor junior belum begitu banyak, sehingga pengalaman auditor junior dalam melakukan audit terhadap suatu entitas belum begitu banyak serta pegetahuan dan pemahaman auditor mengenai suatu entitas yang diaudit masih belum begitu banyak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kisnawati (2012) dan Kharismatuti (2012) yang menyatakan bahwa kompetensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Namun, hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Ardini (2010), Ahmad, dkk (2011), Badjuri (2012), dan Ayuningtyas dan Pamudji (2012) yang menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Variabel independensi memiliki koefisien regresi sebesar 0.259 yang berarti bahwa setiap penambahan atas satu satuan independensi, maka akan terjadi peningkatan kualitas audit sebesar 0.259. variabel independensi memiliki t hitung sebesar 2.184 dengan signifikansi 0.031 atau lebih kecil dari 0.05. Hal ini berarti Ha2 diterima dan dapat disimpulkan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Semakin tinggi independensi yang dimiliki oleh auditor, penyusunan program audit yang dilakukan semakin bebas dari campur tangan pimpinan untuk menentukan prosedur yang dipilih auditor. Selain itu juga pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor akan semakin bebas dari kepentingan pribadi maupun pihak lain untuk membatasi segala kegiatan pemeriksaan. Pelaporan yang dilakukan oleh auditor juga bebas dari kewajiban pihak lain untuk memperngaruhi fakta-fakta yang

dilaporkan. Serta dengan semakin tingginya independensi auditor, pelaporan yang dilakukan akan semakin bebas dari usaha pihak tertentu untuk mempengaruhi pertimbangan auditor terhadap isi laporan pemeriksaan sehingga kualitas audit yang dihasilkan akan semakin meningkat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ardini (2010), Singgih dan Bawono (2010), Ahmad, dkk (2011), Badjuri (2011), dan Samsi, dkk (2013) yang menyatakan bahwa independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Namun, hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Sukriah, dkk (2009), Ayuningtyas dan Pamudji (2012), Tjun-tjun, dkk (2012), dan Kisnawati (2012) yang menyatakan bahwa independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

Variabel profesionalisme memiliki koefisien regresi sebesar 0.166 yang berarti bahwa setiap penambahan atas satu satuan profesionalisme, maka akan terjadi peningkatan kualitas audit sebesar 0.166. variabel profesionalisme memiliki t hitung sebesar 1.090 dengan signifikansi 0.278 atau lebih kecil dari 0.05. Hal ini berarti Ha3 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa profesionalisme tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Responden dalam penelitian ini didominasi oleh auditor junior sebesar 58.91% yang biasanya dalam melaksanakan pekerjaannya masih dibawah bimbingan auditor senior. Tugas atau pekerjaan yang diberikan kepada auditor junior secara umum juga belum terlalu banyak. Hal tersebut lah yang membuat tingkat

profesionalisme auditor, dalam hal ini pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman nya masih belum cukup memadai. Kurangnya pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman yang memadai tersebut juga memicu auditor untuk merencanakan dan memutuskan hasil audit berdasarkan fakta yang ditemui dalam proses pemeriksaan yang dilakukan auditor. Profesionalisme yang dimiliki auditor berhubungan dengan audit judgement yang diberikan oleh auditor. Audit judgement merupakan kebijakan auditor dalam menentukan pendapat mengenai hasil auditnya yang mengacu pada penentuan suatu gagasan, pendapat dan perkiraan tentang sebuah objek, status atau peristiwa lainnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nugraha (2012) yang menyatakan bahwa profesionalisme tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Namun, hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Rosnidah (2011), Agusti dan Pertiwi (2013), serta Djatmiko dan Rizkina (2014) yang menyatakan bahwa profesionalisme auditor berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit.

Variabel akuntabilitas memiliki koefisien regresi sebesar 0.463 yang berarti bahwa setiap penambahan atas satu satuan akuntabilitas, maka akan terjadi peningkatan kualitas audit sebesar 0.463. variabel akuntabilitas memiliki t hitung sebesar 2.875 dengan signifikansi 0.005 atau lebih kecil dari 0.05. Hal ini berarti Ha4 diterima dan dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Semakin tinggi akuntabilitas yang dimiliki auditor, maka

akan semakin memiliki motivasi yang tinggi dan mencurahkan seluruh usaha (daya pikir) untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Dengan tingginya motivasi yang dimiliki auditor, maka auditor akan memberikan respon yang tepat dan melaporkan keputusan yang lebih realistis dalam setiap penugasan auditnya. Selain itu juga auditor memegang peran penting untuk bertanggung jawab kepada masyarakat dan pemakai laporan keuangan untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan secara objektif dan tidak memihak. Dengan besarnya peran yang dimiliki auditor, maka auditor akan terdorong dan memotivasi dari menjalankan pekerjaannya sebaik-baiknya dengan penuh rasa tanggung jawab. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ardini (2010), Singgih dan Bawono (2010), Badjuri (2011), Saripudin, dkk (2012), dan Arianti (2014) yang menunjukkan bahwa akuntabilitas berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Namun penelitian ini bertentangan dengan penelitian Faizah dan Zuhdi (2013) yang menyatakan bahwa akuntabilitas tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

Dokumen terkait