HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.3.3. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi seluruh koefisien variabel independen secara bersama-sama atau keseluruhan terhadap variabel dependen. Jika nilai probabilitas (F - sig.) lebih kecil dari nilai 0,05 maka hipotesis nol ditolak, artinya pengaruh variabel bebas tersebut terhadap variabel terikatnya adalahsignifikan. Sebaliknya bila nilai probabilitas berada lebih besar dari 0,05 maka itu berarti pengaruhnya tidak signifikan dan hipotesis nol diterima.
Jika, p > 0,05 = H0
p < 0,05 = H
diterima
0
Tabel 5.12. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Model I ditolak
ANOVAb
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3,780 5 ,756 21,208 ,000a
Residual 4,421 124 ,036
Total 8,201 129
a. Predictors: (Constant), GCG, Size_Gro, CR_Gro, ROE_Gro, DAR_Gro b. Dependent Variable: GP_Gro
Dari tabel 5.12. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Model I (untuk analsis regresi berganda), dapat dilihat nilai probabilitas (p sig.) sebesar 0,000. Karena probabilitas (p sig.) lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak yang berarti model regresi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan laba kotor perusahaan atau dapat dikatakan bahwa pertumbuhan rasio lancar (CR_Gro), pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas (ROE_Gro), pertumbuhan ukuran perusahaan (Size_Gro), dan good corporate governance (GCG) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba kotor perusahaan (GP_Gro).
5.1.4. Uji Hipotesis dengan Analisis Regresi Moderasi
Pengujian variabel moderating dengan uji interaksi maupun uji selisih nilai mutlak mempunyai kecenderungan akan terjadi multikolinearitas yang tingi antar variabel independen dan hal ini akan menyalahi asumsi klasik dalam regresi ordinary least square (OLS). Untuk mengatasi multikolinearitas ini, maka dikembangkan metode lain yang disebut uji residual.
Tabel 5.13. Analisis Residual (Moderasi) Model Regresi II
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Correlations Collinearity Statistics B Std. Error Beta Zero-order Parti al Part Toler ance VIF 1 (Constant) -28,832 5,827 -4,948 ,000 CR_Gro ,211 ,081 ,209 2,595 ,011 ,226 ,227 ,192 ,845 1,184 DAR_Gro ,222 ,127 ,143 1,745 ,083 ,023 ,155 ,129 ,810 1,234 ROE_Gro ,177 ,041 ,333 4,301 ,000 ,337 ,360 ,318 ,911 1,098 Size_Gro 6,432 1,202 ,405 5,352 ,000 ,387 ,433 ,396 ,956 1,046 GCG ,158 ,142 ,085 1,109 ,269 ,020 ,099 ,082 ,941 1,063 a. Dependent Variable: Sales_Gro
Dari tabel 5.13. Analisis Residual Model Regresi II, digunakan menguji pengaruh deviasi (penyimpangan) dari suatu model. Fokusnya adalah ketidakcocokan (lack of fit) yang dihasilkan dari deviasi hubungan linear antar variabel independen. Lack of fit ditunjukkan oleh nilai residual didalam regresi. Dalam hal ini jika terjadi kecocokan antara variabel independen (CR_Gro, DAR_Gro, ROE_Gro, Size_Gro, GCG) dan variabel pemoderasi (Sales_Gro) dimana nilai residual kecil atau nol maka pengaruh deviasi variabel independen dan variabel pemoderasi juga tinggi, dan variabel dependen (GP_Gro) juga tinggi. Sebaliknya jika terjadi ketidakcocokan (lack of fit) antara variabel independen (CR_Gro, DAR_Gro, ROE_Gro, Size_Gro, GCG) dan variabel pemoderasi (Sales_Gro) dimana nilai residualnya besar maka pengaruh deviasi variabel independen dan variabel pemoderasi rendah, dan variabel dependen (GP_Gro) akan rendah juga
Dari tabel 5.13. Analisis Residual (Moderasi) Model Regresi II, diperoleh persamaan matematis sebagai berikut :
Sales_Gro = – 28,832 + 0,211 CR_Gro + 0,222 DAR_Gro + 0,177 ROE_Gro + 6,432 Size_Gro + 0,158 GCG
Fungsi dari model regresi II tersebut adalah untuk memperoleh nilai residual yang akan digunakan kedalam persamaan regresi uji residual untuk melihat apakah pertumbuhan penjualan dapat memoderasi pengaruh pertumbuhan rasio keuangan, pertumbuhan ukuran perusahaan dan good corporate governance terhadap pertumbuhan laba kotor perusahan.
Tabel 5.14. Uji Residual (Analisis Moderasi) - Model Regresi Uji Residual Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
Correlations Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Zero-order Parti al
Part Tolerance VIF
1 (Constant) -,209 ,221 -,950 ,344
GP_Gro ,063 ,042 ,130 1,483 ,140 ,130 ,130 ,130 1,000 1,000 a. Dependent Variable: Abs_Res
Sumber : Lampiran
Dari tabel 5.14. Uji Residual (Analisis Moderasi) - Model Regresi Uji Residual, dapat dilihat nilai signifikan (p sig) dari pertumbuhan laba kotor (GP_Gro) adalah 0,140 dengan nilai Standardized Coefficents Beta sebesar 0,130 maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penjualan (Sales_Gro) bukan variabel moderating atau dapat diartikan bahwa pertumbuhan penjualan (Sales_Gro) bersifat netral dimana pertumbuhan penjualan (Sales_Gro) tidak dapat memoderasi (memperkuat/ melemahkan) hubungan antara pertumbuhan rasio keuangan, pertumbuhan ukuran perusahaan dan good corporate governenace terhadap pertumbuhan laba kotor perusahaan. Hal ini dikarena nilai koefisien parameternya positif (yang berarti terdapat kecocokan antara variabel independen dengan variael pemoderasi). Adapun persamaan matematis model regresi IIb (Uji residual moderasi) adalah sebagai berikut :
5.2. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh rasio keuangan, pertumbuhan ukuran perusahaan dan good corporate governance terhadap pertumbuhan laba kotor perusahaan. Pertumbuhan rasio keuangan diproyeksikan dengan pertumbuhan rasio lancar, pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset, dan pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekutitas, sedangkan good corporate governance diproyeksikan dengan kepemilikan institusional. Selain itu juga menggunakan analisis regresi moderasi dengan uji residual digunakan untuk menganalisis apakah pertumbuhan penjualan dapat memoderasi pengaruh pertumbuhan rasio keuangan, pertumbuhan ukuran perusaan dan good corporate governance terhadap pertumbuhan laba kotor perusahaan.
Berdasarkan uji asumsi klasik yang dilakukan pada model regresi I, dapat diketahui bahwa model regresi tersebut memenuhi syarat uji asumsi klasik sehingga layak digunakan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan rasio lancar, pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset, pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas, pertumbuhan ukuran perusahaan dan good corporate governance terhadap pertumbuhan laba kotor perusahaan.
Berdasarkan uji asumsi klasik untuk model regresi II, terlihat bahwa model telah memenuhi syarat uji asumsi klasik sehingga model tersebut layak digunakan untuk menghasilkan nilai residual (Unstandardized Residual) yang kemudian nilai residual tersebut akan dibuat menjadi nilai mutlak (Abs_Res1), dimana nilai yang diperoleh tersebut akan digunakan dalam analisis regresi moderasi uji residual. Begitu juga pada model regresi IIb telah memenuhi uji asumsi klasik, sehingga model
tersebut layak digunakan untuk menjawab pertanyaan apakah pertumbuhan penjualan dapat memoderasi pengaruh pertumbuhan rasio lancar, pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset, pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas, pertumbuhan ukuran perusahaan dan good corporate governance terhadap pertumbuhan laba kotor perusuhaan.
Hasil penelitian dari model regresi I dengan taraf kepercayaan 95,00 % dan tingkat signifikan 5,00 % untuk analisis regresi berganda yang digunakan untuk menjawab hipotesis satu, menunjukkan bahwa pertumbuhan rasio lancar, pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset, pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas, pertumbuhan ukuran perusahaan dan good corporate governance secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba kotor perusahaan. Akan tetapi secara parsial, pertumbuhan rasio lancar, pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas dan good corporate governance yang konsisten berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba kotor perusahaan. Sedangkan untuk pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset dan good corporate governance terbukti tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan laba kotor perusahaan.
Rasio lancar merupakan cara untuk mengukur kesanggupan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan rasio lancar berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba kotor perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahaputra (2013) dan Wibowo dan Pujiati (2011), dimana rasio lancar berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba yang berarti semakin tinggi rasio lancar maka laba perusahaan akan meningkat.
Rasio hutang terhadap total aset digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan total hutang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba kotor perusahaan. Hal ini kontradiktif dengan penelitian sebelumnya dimana menurut Dwimulyani dan Shirley (2007), dimana pertumbuhan rasio hutang terhadap total aset berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan laba usaha perusahaan satu tahun mendatang.
Rasio tingkat pengembalian ekuitas mengukur berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Menurut Wibowo dan Pujiati (2011), rasio tingkat pengembalian ekuitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan rasio tingkat pengembalian ekuitas berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba kotor perusahaan, hal ini kontradiktif dengan penelitian sebelumnya.
Ukuran perusahaan adalah suatu skala, dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Menurut Dwimulyani dan Shirley (2007), ukuran perusahaan perusahaan secara tidak langsung menentukan kemampuan suatu perusahaan dalam mengendalikan dan menghasilkan laba dan dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pertumbuhan ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba usaha perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian ini, dimana pertumbuhan ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba kotor perusahaan.
Good corporate governance merupakan tata cara kelola perusahaan yang baik, bagaimana cara dan seharusnya perusahaan tersebut menjalan kegiatan korporasinya. Dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik tersebut, maka segala tindakan-tindakan yang merugikan perusahaan dapat di cegah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa good corporate governance yang diproyeksikan dengan kepemilikan inistitusional memiliki hubungan positif terhadap pertumbuhan laba kotor perusahaan yang sejalan dengan teori, akan tetapi berpengaruh tidak signifikan.
Hasil penelitian dari model regresi II dan uji residual untuk analisis regresi moderasi yang digunakan untuk menjawab hipotesis dua, menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan bukan variabel pemoderasi karena nilai parameternya positif yang berarti bahwa terdapat kecocokan antara varibel independen dengan variabel pemoderasi.
Pertumbuhan penjualan juga memilki kecocokan antara pertumbuhan rasio keuangan, pertumbuhan ukuran perusahaan dan good corporate governance yang berarti pertumbuhan penjualan seharusnya digunakan sebagai variabel independen karena terdapat kecocokan antara variabel-variabel yang digunakan dalam model. Apabila digunakan sebagai variabel independen akan sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan merupakan indikator yang penting dalam menilai kinerja sebuah perusahaan.
BAB V