• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Uji Statistik Deskriptif

Uji statistik t-Test pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel terikat (Ghozali, 2009: 88). Seperti halnya ketika kita melakukan uji t, keputusan dalammelaksanakan uji F juga bisa dilihat dari tingkat signifikansinya. Jika tingkatsignifikansinya dibawah 5% maka secara simultan variabel variabel modal, lokasiberdagang, kondisi tempat berdagang berpengaruh terhadap pendapatan pedagang

Dengan kata lain uji t statistik adalah suatu pengujian koefisien regresi secara sendiri-sendiri. Dengan beranggapan variabel lain tetap maka pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Langkah pengujiannya sebagai berikut:

a) Menentukan Hipotesis

Ho : β1 = 0, ini memiliki arti bahwa variabel

independen secara sendiri-sendiri/ individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : β1 ≠ 0, ini memiliki arti bahwa secara individu

variabel bebas memiliki pengaruh terhadap variabel terikat. b) Perhitungan nilai t

Jika t hitung < t tabel, maka Ho ditolak dan Ha akan diterima ini berarti tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Jika t hitung > t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak ini berarti ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

2) Uji F-test

Uji overall Test ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama/serentak. Derjat keyakinan yang

dipakai sebesar 95% ( α = 5%) Berikut adalah langkah

menentukan hipotesis:

Ho : β1 = β2 = β3 =β4 = β5 = 0

Artinya semua variabel independen memiliki nilai yang sama dengan nol atau dengan kata lain semua variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ 0

Artinya semua variabel independen tidak sama dengan nol atau dengan kata lain semua variabel tersebut mempengaruhi variabel dependen.Rumus F- hitung adalah sebagai berikut:

F-hitung = �/(�−1

Keterangan:

R : Koefisien Determinasi

K : Jumlah variabel bebas

n : Jumlah sampel

kesimpulannya:

Jika F-hitung < F-tabel maka Ho diterima dan berarti secara bersama-sama variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen.

Jika F-hitung > F-tabel maka Ho ditolak dan berarti secara bersama-sama variabel independen mempengaruhi variabel dependen.

a. Koefisien Determinasi (�2)

Pengujian ini dilakukan untukmengukur seberapa erat hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Semakin besar nilai R maka semakin erat hubungan antara variabel terikat dengn variabel bebas. Rumus menghitung �2 adalah sebagai berikut:

2

= 1- (1-�

2

)

�−1

Keterangan :

N : banyaknya sampel

K : banyaknya variabel

�2 : R-square

�2 : Adjusted R-square 3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah suatu persyaratan yang harus dilakukan jika kita melakukan uji linear berganda. Uji ini meliputi:

a) Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang kita miliki memiliki distribusi normal atau tidk normal. Pengujian ini dilakukan dengan metode Jarque-Bera test.Jika sig lebih dari 0,05 mama data tersebut berdistribusi normal

Penentuan normalitas juga bisa dilihat dari sebaran datanya berdasarkan grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal maka data tersebut normal.Sedangkan jika data menyebar menjauhi garis diagonal maka menunjukkan pola data yang tidak normal.

Untuk lebih meyakinkan dalam penentuan model analisis datalayak menggunakan analisis regresi linear berganda, makadigunakan uji normalitas untuk mengetahui apakah

residualberdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Salah satu cara untuk menguji menggunakan metode pengujian Jarque-Bera (JBn) test menggunakan program Econometrics.

JB

=

�−� 6

[

2

+

�−32 4

]

Dimana N = ukuran sampel , S = Koefisien Skewness K = Koefisien Kurtosis

K = Jumlah Koefisien Yang Diestimasi. b) Uji Multikolinearitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antar variabel bebas (Ghozali,2011). Multikolinearitas dilihat dari R-squrenya. Jika nilai Dikatakan multikoliniaritasnya baik jika nilai koliniaritasnya rendah.

Untuk menghitungnya bisa dilakukan dengan 2 metode yaitu dengan membandingkan antara Nilai Tolerance dengan Variance Inflation Factor (VIF). Jika VIF<10 atau nilai tolerance >0,10 maka tidak terjadi multikolinearitas. Namun jika VIF>10 atau nilai tolerance <0,10 maka terjadi multikolinearitas.

Cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolineritas salah satunya dengan metode Klein, yaitu dengan membandingkan

R2(koefisien determinasi) regresi awal dengan r2 parsial (koefisienkorelasi antar variabel independen). Bila r2 < R2 , maka tidak terdapat multikolinearitas, dan sebaliknya jika r2 > R2 maka model regresi tersebut mengandung masalah multikolinearitas.

c) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan jika terjadi kesalahan residual penguji dalam periode tertentu (t) dengan periode lainnya (t-1). Uji ini dilakukan dengan uji statistik Durbin watson langkahnya adalah sebagai berikut:

Mencari variabel-variabel pengganggu

e

t

−e

t1

e

t2

Menentukan Durbin watson

Dengan membandingkan nilai Durbin watson tabel dengan nilai Durbin Watson hitung. Cara penentuannya adalah sebagai berikut:

1) Terjadi autokorelasi positif jika d<dL, dan jika d>dL maka tidak trjadi autokorelasi positif.

2) Terjadi autokorelasi negatif jika (4-d)<dL, dan jika (4- d)>dU maka tidak terjadi autokorelasi negatif.

3) Jika dL<d<dU atau dL<(4-d)<dU, maka tidak ada kesimpulan yang bisa diambil

d) Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsiregresi yang mempunyai varian yang tidak sama, sehinggapenaksir Ordinary Least Square (OLS) tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun besar. Salah satu cara untuk mendeteksi masalah heteroskedatisitas adalah dengan uji Park , yaitu :

1) Melakukan regresi terhadap model regresi yang disusun,kemudian dilihat nilai residualnya

2) Mengkuadratkan nilai residualnya, lalu diregresikan dengan variabel independen sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:

�2 =

0+ �1 Mdl + �2Lok +�3Jjk+ �4Jk ��

3) Dari regresi tahap 2 kemudian dilakukan uji t. Kemudiandilihat nilai probabilitas t statistiknya. Dengan derajatkeyakinan tertentu ( α), maka :

Jika probabilitas t statistik < α , maka koefisienregresi tersebut signifikan atau ada masalahheteroskedastisitas dalam model regresi tersebut.

Jika probabilitas t statistik >α, maka koefisien regresi tersebut tidak signifikan atau tidak ada masalah heteroskedastisitas dalam model regresi tersebut.

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residu pengamatan satu ke pengamatan lain.Cara mendeeksinya adalah dengan melihat grafik ZPRED (variabel dependen) dengan SRESID (variabel independen).

F. Metode Pengumpulan Data 1. Observasi

Metode observasi ini dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat apa saja yang ada di Pasar Bendungan. Seperti bagaimana manusianya berperilaku dan bagaimana proses kerja di dalamnya. 2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melontarkan pertanyaan secara langsung kepada responden (para pedagang). Dengan menggunakan metode ini peneliti dapat mendapatkan informasi secara lebih akurat. Wawancara biasanya dilakukan ketika kita hendak melakukan pendahuluan sebelum penelitian yang akan dilakukan (Sugiyono,2010).

3. Kuesioner

Kuesioner adalah salah satu metode pengumpulan data secara tertulis yang ditujukan kepada responden untuk mendapatkan informasi tentang data pribadi responden itu sendiri tau hal lain yang diketahui responden.

Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan jenis angket yang berupa jawaban berupa pilihan ganda sehingga dapat

memudahkan responden dalam menjawab pertanyaan. Angket tersebut untuk selanjutnya di skor dengan ketentuan sebagai berikut:

Jawaban “A” skor = 5

Jawaban “B” skor = 4

Jawaban “C” skor = 3

Jawaban “D” skor = 2 Jawaban “E” skor = 1

4. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi yang berasal dari majalah, surat kabar, foto, rapat, dan lain sebagainya yang di dalamnya mengandung unsur penting bagi penyusunan penelitian nantinya.

G. Validitas dan Realibilitas

Validitas dilakukan untuk mngetahui kevalidan dari sebuah variabel. Validitas yang dinilai dalam penelitian ini adalah seberapa validkah butir-butir soal dan jawaban yang peneliti buat untuk diajukan sebagai kuesioner. Rumusvaliditas adalah sebagai berikut:

=

�Σ − Σ (Σ ) {�Σ 2 Σ )2 {�Σ 2−(Σ )2}

Dimana:

� = Koef. Korelasi

X = Nilai skor butir Y = Nilai skor total

Σ 2 = Kuadrat nilai X

Σ 2 = Kuadrat nilai Y

Dasar pengambilan kesimpulan:

Jika r-hitung ≥ r-tabel maka variabel tersebut dinyatakan valid dan Jika

r-hitung ≤ r-tabel maka variabel tersebut dinyatakan tidak valid.

Reabilitas adalah murujuk pada bisa dipercaya atau tidaknya suatu instrumen untuk dijadikan alat pengumpul data.

Jika

�11 hitung >�11 tabel, maka dinyatakan reliabel begitu sebaliknya.

Perhitungan reabiltas adalah sebagai berikut:

11

=

�−1

[1

Σ�2 �2

]

Dimana: �11 = Reabilitas instrumen K = Banyaknya pertanyaan

Σ�

2

=

Jumlah butir varian

57

BAB IV

GAMBARAN UMUM

1. Letak Geografis Kabupaten Kulon Progo

Untuk memahami kharakteristik sosial dan ekonomi masyarakat di Kabupaten Kulon Progo, perlu adanya deskripsi atau gambaran umum tentang Kabupaten Kulon Progo dipandang dari berbagai aspek kehidupan. adanya uraian mengenai karakteristik penduduk ataupun masyarakat di wilayah ini, diharapkan akan lebih mudah memahami tingkah laku dan aktifitas yang dapat mendukung penelian ini untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut :

a. Keadaan Geografis

Kabupaten Kulon Progo adalah salah satu kabupaten paling barat yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini memiliki ibu kota Wates yang memiliki luas 58.627,5 ha. Kabupaten Kulon Progo terdiri dari 12 kecamatan yaitu Temon, Wates, Panjatan, Galur, Lendah, Sentolo, Pengasih, Kokap, Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang, dan Samigaluh. Kabupaten ini juga terdiri atas 87 desa, 1 keluraahan dan 917 padukuhan. Secara astronomi Kabupaten Kulon Progo

terletak antara 7° 38’43” - 7° 59’3’’ Lintang Selatan dan antara

Batas-batas kabupaten Kulon Pogo adalah sebagai berikut: 1) Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sleman

2) Sebelah Barat berbatsan dengan Kabupaten Purworejo, jawa Tengah 3) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten magelang

4) Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan Samudra Hindia b. Topografi

Kabupaten Kulon Progo merupakan daerah yang terdiri atas dataran rendah, dataran tinggi dan perbukitan. Presentase Kabupaten Kulon progo dari permukaan air laut adalah 17,58% berada pada ketinggian <7m di atas permukaan air laut, 15,20% berada pada ketinggian 8-25m di atas permukan air laut, 22,84% berada di 26-100m di atas permukaan air laut, 33,00% berada pada ketnggian 101-500m di atas permukaan air laut dan 11,37% berada pada ketinggian >500m di atas permukaan air laut.

c. Kondisi Iklim

Pada tahun 2015 rata-rata curah hujan yang dimiliki Kabupaten Kulon progo perbulannya adalah 164mm dan hari hujan 8hh perbulan. Curah hujan ini biasanya memuncak pada bulan Desember ketika musim hujan mulai tiba.

2. Aspek Demografi a. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2016 adalah sebesar 202.372 untuk penduduk laki-laki dan 210.239 jiwa untuk

penduduk perempuan. Engan jumlah tersebut Kabupaten Kulon Progo mengalami pertumbuhan penduduk sebesr 0,89 persen ar tahun 2015. Kepadatan penduduk Kabupaten kulon progo yaitu 704 jiwa/km2

Tabel 4.1

Banyaknya Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2016

Umur Laki-laki Persen Perempuan Persen Total 0-4 15.651 7,73 15.082 7,17 30.733 5-9 15.893 7,85 15.204 7,23 31.097 10-14 16.483 8,14 15.486 7,37 31.969 15-19 13.520 6,68 12.267 5,83 25.878 20-24 10.270 5,07 10.664 5,07 20.934 25-29 14.252 7,04 14.684 6,98 28.936 30-34 14.191 7,01 14.155 6,73 28.346 35-39 13.947 6,89 14.041 6,68 27.988 40-44 15.170 7,50 15.261 7,26 30.431 45-49 15.285 7,55 15.837 7,53 31.122 50-54 14.017 6,93 15.138 7,20 29.155 55-59 12.145 6,00 13.475 6,41 25.620 60-64 10.448 5,16 11.202 5,33 21.650 65-69 7.462 3,69 8.992 4,28 16.454 70-75 5.779 2,86 7.417 3,53 13.196 >75 7.859 3,88 11.334 5,39 19.193 Total 202.372 100,00 210.239 100,00 412.611 Sumber: BPS Kab Kulon Progo

Dari tabel nomor 4.1 dapat disimpulkan bahwa penduduk usia 10-14 tahun paling banyak jumlahnya untuk laki-laki yaitu 16.483 atau 8,14 persen dan penduduk usia 45-49 tahun paling banyak untuk wanita yaitu sebesar 15.837 atau 7,53 persen. Sedangkan jumlah penduduk laki-laki dan wanita paling sedikit berada pada tingkat umur yng sama yaitu pada umur 70-75 tahun yaitu sebesar 5.779 jiwa untuk laki-laki dan sebesar 7.417 jiwa untuk wanitanya.

b. Kepadatan Penduduk

Tabel 4.2

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per

���Menurut Kecamatan di Kabupaten Kulon Progo

Kecamatan Luas wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan penduduk Temon 36,30 26.434 726 Wates 32,00 47.354 1.480 Panjatan 44,59 35.715 801 Galur 32,91 30.777 935 Lendah 35,59 38.897 1.093 Sentolo 52,65 47.817 908 Pengasih 61,66 48.631 789 Kokap 73,80 31.908 432 Girimulyo 54,90 22.532 410 Nangulan 39,61 29.089 734 Kalibawang 52,96 27.633 522 Samigaluh 69,29 25.915 374 Total 586,28 412.611 704

Sumber: BPS Kab.Kulon Progo

Berdasarkan data tabel nomor 4.2 dapat disimpulkan bahwa Kecamatan dengan kepadatan penduduk terpadat yaitu Kecamatan Wates yaitu sebesar 1.480 jiwa per km2dengan Luas wilayah 32,00 km2dan dengan Jumlah penduduk 47.354 jiwa, di susul oleh Kecamatan lendah yaitu sebesar 1.093 jiwa per km2 dengan Luas wilayah seluas 35,59 km2dan jumlah penduduk sebesar 38.897 jiwa dan Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah yaitu Samigaluh sebesar 374 jiwa per km2 dengan Luas wilayah seluas 69,29 km2dan jumlah penduduk sebanyak 25.915 jiwa.

c. Lapangan Usaha

Tabel 4.3

Presentase Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015 No Jenis Lapangan usaha Laki-laki Perempuan Total 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pertanian Pangan

Pertambangan dan galian Industri

Listrik, Gas dan air Konstruksi Perdagangan Komunikasi Jasa Keuangan 37,68 2,14 11,50 0,22 13,56 16,33 3,00 3,50 12,07 37,96 0,31 18,97 0,00 0,58 24,59 0,00 1,38 16,21 37,81 1,32 14,84 0,12 7,75 20,02 1,66 2,55 13,93 Sumber: BPS Kab.Kulon Progo

Dari tabel nomor 4.3 menunjukkan bahwa lapangan kerja yang banyak diminati oleh penduduk usia 15 tahun ke atas baik laki-laki maupun perempuan yaitu bidang pertanian yaitu sebesar 37,68% untuk laki-laki dan 37,96% untuk perempuan. Sedangkan jenis pekerjaan yang kurang bahkan tidak diminati oleh penduduk usia 15 tahun ke atas adalah jenis Industri yaitu sebesar 0,22% untuk laki-laki dan 0% untuk perempuannya.

3. Kondisi Perekonomian

a. Product Domestic Regional Bruto

Dari tabel di bawah ini menunjukkan lapangan usaha yang paling dominan perananya dalam meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Kulon Progo adalah Pertanian, perkebunan dan Perikanan. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya hasil dari

lapangan usaha Pertanian, Perkebunan, dan Perikanan dari tahun ke tahun yaitu sebesar Rp 1.373.635,00 juta pada tahun 2012, Rp 1.442.659,90 juta pada tahun 2013 dan Rp 1.579.969,20 pada tahun 2015.

Tabel 4.4

Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Di Kabupaten Kulon Progo tahun 2013-2015

Lapangan Usaha 2014 2015

A.

Pertanian, Kehutanan

dan perikanan 1.442.659,90 1.579.969,20 B. Pertambangan dan penggalian 101.818,10 209.892,10 C. Industri Pengolahan 870.617,70 918.051,60 D. Pengadaan Listrik dan gas 4.351,80 4.474,10 E.

Pengaaan Air, Pengelolaan

sampah, Limbah & Daur Ulang 10.007,70 10.522,20 F. Konstruksi 597.695,70 651.776,40 G. Perdagangan Besar dan eceran, 913.413,40 993.190,00 H. Transportasi dan pergudangan 593.001,40 636.391,40 I.

Penyediaan Akomodasi

& Makan Minum 267.891,20 296.720,50 J. Informasi dan komunikasi 364.480,90 382.516,60 K. Jasa Keuangan dan Asuransi 228.910,70 255.816,30 L. Real Estate 233.583,00 256.043,70 M,N. Jasa Perusahaan 20.295,80 22.111,90 O. Admin pemerintah,

pertahanan & jaminan 615.523,00 684.126,50 P. Jasa Pendidikan 404.065,80 461.610,90 Q.

Jasa Kesehtan dan

Kegiatan sosial 100.500,00 112.613,00 R,S,TU. Jasa Lainnya

260.000,00 286.474,80

PDRB 7.028.816,20 7.762.301,20

Penduduk Pertengahan Tahun 405.450 408.947 PDRB PER KAPITA 17.345.594 18.736.661 Sumber:BPS Kab. Kulon Progo

b. Data Pasar

Tabel 4.5

Data Nama-nama Pasar dan Jumlah Pedagang di Kabupaten Kulon Progo

Sumber:Dinas Perdagangan Perindustrian dan Energi Sumber Daya Mineral

No Nama Pasar

Jumlah Pedagang

Kios Los Pelataran Total

1 Kasihan 0 58 65 123 2 Brosot 15 162 140 317 3 Kranggan 38 309 265 612 4 Sewugalur 0 138 156 294 5 Bangeran 3 100 55 158 6 Potogaten 0 151 146 297 7 Panjatan 0 14 21 35 8 Ngebung 0 0 100 100 9 Ngaglik 0 64 107 171 10 Gejlik 0 0 78 78 11 Bendungan 166 453 153 772 12 Temon 16 69 117 202 13 Glaeng 3 84 133 220 14 Pripih 0 189 61 250 15 Jombokan 41 103 162 306 16 Condongsari 0 14 6 20 17 Wates 151 540 389 1080 18 Burung 16 18 175 209 19 Kelapa 58 19 6 83 20 Rumput 0 7 157 164 21 Perc.sentolo 98 101 32 231 22 Nganggrung 0 36 63 99 23 PH pengasih 23 9 248 280 24 Clereng 0 29 231 260 25 Menguri 0 32 70 102 26 Niten 0 50 78 128 27 Samigaluh 11 54 104 169 28 Kenteng 21 220 391 632 29 Nanggulan 11 73 95 179 30 Dekso 46 119 309 474 Jumlah 717 3215 4113 8045

Dari data pada tabel nomor 4.5 menunjukkan bahwa Di kabupaten Kulon Progo memiliki 30 pasar tradisional dengn total los sebanyak 3.215, kios sebanyak 717 dan pelataran sebanyak 4.113. Pasar yang terbesar di Kabupaten Kulon Progo yaitu Pasar Wates yang memiliki 151 kios, 540 los dan 389 pelataran. Sedangkan Pasar terbesar kedua yaitu Pasar Bendungan yang memiliki 166 kios, 453 los dan 153 pelataran.

4. Profil Pasar Bendungan a. Tentang Pasar Bendungan

Pasar Bendungan adalah salah satu pasar tradisional yang berada di kabupaten Kulon Progo tepatnya di Kecamatan Wates. Pasar ini menjual aneka kebutuhan sehari-hari seperti sayur, buah dan pakaian. Pasar Bendungan hanya buka pada hari pasaran Pahing dan Kliwon jam 06.00- 17.00. Pasar Bendungan terletak pada Jalan wahid hasyim, Bendungan Lor. Pasar ini memiliki luas tanah sebesar 9.050 m2 dan luas bangunan sebesar 4.495,5 m2. Data terbaru menunjukkan Pasar Bendungan memiliki total 178 kios dan 620 los untuk berjualan pada tahun 2016.

Pada tanggal 19 April 2016 pukul 03.00 Pasar Bendungan mengalami kebakaran karena ada korsleting listrik. Kebakaran ini menghanguskan sebagian dari Pasar Bendungan. Sekitar 44 kios dan 345 los pedagang hilang karena kebakaran. Solusi dari pemerintah atas hal ini yaitu dibuatkan tempat relokasi yang berada di belakang Pasar Bendungan bagi mereka yang kios dan los nya habis karena terbakar.

Dalam Penelitian yang dilakukan pada tanggal 23 November 2016, peneliti mengambil sampel sebanyak 100 pedagang pada Pasar Bendungan kabupaten Kulon Progo. Adapun data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

1). Modal Usaha

Gambar 4.1

Range Modal Responden Pada Pasar Bendungan

Dari data berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa 22% pedagang dari 100 orang mengeluarkan modal di atas Rp 5.000.000 untuk memulai usaha kembali setelah periatiwa kebakaran. Dan pada posisi kedua, pedagang mengeluarkan uang antara Rp 1.000.000 sampai Rp 3.000.000 untuk memulai kembali usahanya.

2) Jam Kerja 22% 27% 7% 14% 30%

Jumlah Pedagang (orang)

<Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 - Rp 3.000.000 Rp3.000.000 Rp 3.000.000 – Rp 5.000.000 >5.000.000

Berdasarkan diagram 4.2 menunjukkan bahwa pedagang di Pasar bendungan sebanyak 45 persen dari 100 orang memilih untuk berdagang selama 5-10 jam setiap harinya. Sebanyak 32% pedagang berjualan selama 5 jam setiap harinya. Dan 2% saja yang berjualan kurang dari 3 jam.

Gambar 4.2

Data Jam Kerja Responden Pada Pasar Bendungan 3) Jumlah Karyawan

Tabel 4.6

Data Jumlah Karyawan Pedagang Pasar Bendungan Jumlah Karyawan Jumlah Pedagang Persentase

(orang) Tidak ada 74 74% 1-3 orang 21 21% 3 orang - - 3-5 orang 4 4% >5 orang 1 1% Total 100 100%

Sumber: data primer, diolah

0% 2% 14% 32% 45% 7% < 3 jam 3-5 jam 5 jam 5-10 jam >10 jam

Gambar 4.3

Data Jumlah Karyawan Responden Pada Pasar Bendungan

Berdasarkan data pada gambar 4.3, sebagian besar dari pedagang pada Pasar Bendungan tidak memiliki karyawan yaitu sebanyak 74% dari 100 pedagang pedagang. Dan 21% pedagang yang memiliki karyawan yaitu berkisar antara 3-5 orang karyawan saja.

4)Pendapatan Pedagang

Dari tabel nomor 4.7 menunjukkan bahwa adanya penurunan pendapatan setelah adanya peristiwa kebakaran. Pada awalnya sebanyak 32 pedagang memiliki pendapatan lebih dari Rp 500.000 dan setelah kebakaran hanya 6 pedagang yang masih memiliki pendapatan lebih dari Rp 500.000. Sebanyak 32 orang justru memiliki pendapatan kurang dari Rp 100.000 setelah peristiwa kebakaran pada Pasar Bendungan. 0% 74% 21% 0% 4% 1% Tidak ada 1-3 orang 3 orang 3-5 orang >5 orang

Tabel 4.7

Data Pendapatan Responden Pada Pasar Bendungan Sebelum dan Setelah Kebakaran

Range Modal Jumlah Pedagang

(orang) Presentase penurunan Sebelum Sesudah < Rp 100.000 13 32 19% Rp 100.000 – Rp 300.000 23 27 5% Rp 300.000 7 18 11% Rp 300.000 - Rp 500.000 25 24 1% >Rp 500.000 32 6 26% Total 100 100 100%

Sumber: data primer,diolah 5) Pendidikan Pedagang

Gambar 4.4

Data Tingkat Pendidikan Responen Pada Pasar Bendungan

Berdasarkan gambar 4.4menunjukkan data bahwa sebanyak 42 persen dari 100 pedagang Pasar bendungan adalah lulusan sekolah Menengah Atas (SMA). 31% pedagang berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), 18% pedagang berpendidikan Sekolah Dasar, 6%

0% 18% 31% 42% 6% 1% 2% SD SMP SMA SMK S1 Tidak Sekolah

pedagang berpendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Hanya ada 1 orang pedagang yang yang berpendidikan sarjana S1. Dan sebanyak 2 orang tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali.

6) Jenis Kelamin

Gambar 4.5

Data Jenis Kelamin Responden Pada Pasar Bendungan

Dari gambar 4.5 menunjukkan sebagian besar responden dari 100 pedagang pada Pasar Bendungan adalah perempuan yaitu sebanyak 81% dan sisanya 19% adalah pedagang laki-laki.

7) Jenis Barang Dagangan

Pasar tradisional didominasi dengan barang-brang kebutuhan pokok hasil perkebunan, pertanian, perikanan dan peternakan petani lokal. Berikut diantaranya aneka barang yang dijual di Pasar Bendungan: 0% 19% 81% Laki-laki Perempuan

Tabel 4.8

Data Jenis Barang Dagangan Pedagang Pasar Bendungan

No Jenis dagangan Jumlah

Pedagang 1. Sembako 11 2. Sayuran 12 3. Kelontong 16 4. Jajan Pasar 7 5. Ikan 4 6. Daging 5

7. Plastik, kardus dan bahan roti 4

8. Tahu dan tempe 9

9. Buah-buahan 6

10. Lain-lain 26

Sumber: data primer, diolah

Dari gambar 4.6 menunjukkan beraneka ragam jenis barang dagang yang di jual oleh pedagang di Pasar Bendungan yaitu sembako, kelontong, buah, sayur, aneka jajanan, dan lain sebagaianya. Dagangan yang paling dijual adalah jenis sembako yaitu sebanyak 26% dari 100 pedagang. Sebanyak 12% pedagang mereka berjualan sayur-mayur.

Gambar 4.6

Data Jenis Dagangan Responden

11% 12% 16% 7% 4% 5% 4% 9% 6% 26% Sembako Sayuran Kelontong Jajan Pasar Ikan

71 BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Instrumen dan Data

1. Uji Statistik Deskriptif

Penelitian mengenai pengaruh modal usaha,lokasi usaha, jam kerja, dan jumlah karyawan ini dilakukan di Pasar Tradisional yang berada di Kabupaten Kulon Progo yaitu Pasar Bendungan. Pasar ini awalnya memiliki 178 kios dan 620 los namun karena peristiwa kebakaran pada tanggal 19 Apil 2016 pasar ini kehilangan 44 kios dan 345 los. Sampel yang disebarkan untuk penelitian ini sebanyak 100 angket kuesioner kepada para pedagang di Pasar Bendungan. Sampel ini telah dihitung berdasarkan rumus Slovin dengan titik kritis 10 persen.

Berikut adalah statistik deskriptif atau gambaran mengenai nilai mean, median, modus, dari pertanyaan dalam penelitian ini:

Tabel 5.1

Analisis Statistik Setiap Variabel

Pendapatan Modal Lokasi Jam

Kerja Jumlah Karyawan Mean 2,904 3,203 1,893 3,172 2,942 Median 3 4 2 4 4 Modus 4 4 1 4 4

Dari data table 5.1 dapat diambil kesimpulan bahwa mean untuk pendapatan adalah 2,904, mean untuk modal usaha 3,203, mean untuk lokasi adalah 1,893, mean untuk jam kerja 3,172 dan mean untuk jumlah karyawan 2,942. . Untuk variabel lokasi usaha memiliki modus yang berbeda dengan variabel lain yaitu 1.

Penelitian ini memiliki hipotesa sebagai berikut:

a) Modal diduga mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan yang diperoleh pedagang Pasar Bendungan.

b) Lokasi usaha diduga mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan yang diperoleh pedagang Pasar Bendungan.

c) Jumlah Jam Kerja diduga mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan yang diperoleh pedagang Pasar Bendungan.

d) Jumlah Tenaga Kerja diduga mempunyi pengaruh positif terhadap pendapatan yang diperoleh pedagang Pasar Bendungan.

B. Uji Kualitas Data

Dokumen terkait