• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Statistik

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas digunakan oleh peneliti untuk mengukur data yang telah didapat setelah penelitian yang merupakan data yang valid dengan alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner. Kriteria dalam menentukan validitas suatu kuesioner adalah sebagai berikut : Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan tersebut valid.

Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan tersebut valid. 2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.

Instrumen yang reliabel adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 13.0 for Windows.

b. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif yaitu metode dengan cara mengumpulkan menafsirkan data yang ada sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai pengumpulan data, penyusunan dan analisis data sehinga dapat diketahui gambaran umum objek yang diteliti.

c. Analisis Regresi Sederhana

Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (tarif kartu SimPATI) terhadap variabel terikat (keputusan pembelian). Bentuk persamaan Regresi Linear Sederhana (Sugiyono, 2003 : 113) yaitu :

Y = a + bx +e Keterangan : Y = keputusan pembelian a = konstanta b = koefisien regresi x = variabel bebas e = standart error

Dalam analisis regresi ada 2 ( dua ) jenis kriteria ketepatan :

1) Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel bebas yang dimasukkan kedalam model, untuk menjelaskan variabel terikat. Nilai koefisien determinasi diantara nol dan satu (0<R2<1). Semakin mendekati nol berarti model tidak baik atau variasi model dalam menjelaskan amat terbatas, sebaliknya semakin mendekati satu model semakin baik.

2) Uji Statistik t (Uji secara Parsial)

Dilakukan untuk menguji setiap variabel bebas (X) apakah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara parsial.

Kriteria pengujian sebagai berikut :

Ho : b1 = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel tarif terhadap keputusan pembelian.

H1 : b1 ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel tarif terhadap keputusan pembelian.

Dan kriteria pengambilan keputusannya adalah : a. Jika t hitung < t tabel : maka Ho diterima, H1 ditolak. b. Jika t hitung > t tabel : maka H1 ditolak, Ho diterima. Dengan alpha 5%, dan derajat kebebasan (df) = n – 2

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Daud Nainggolan (2002) telah melakukan penelitian berjudul “ Pengaruh Tarif Hemat SimPATI Terhadap Keputusan Pemakaian Kartu SimPATI Di SMU Negeri 5 Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh tarif hemat SimPATI terhadap keputusan pemakaian kartu SimPATI di SMU Negeri 5 Medan.

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa ada pengaruh tarif hemat SimPATI terhadap keputusan pemakaian kartu SimPATI di SMU Negeri 5 Medan. Dalam uji signifikasi terhadap koefisien determinasi (R2) yaitu dengan

nilai 0,298 artinya variabel tarif hemat SimPATI (X) independen mampu memberi penjelasan variabel keputusan pembelian sebesar 29,8 % dan sisanya 70,2 % dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian.

B. Pemasaran Jasa 1. Pengertian Jasa

Defenisi jasa adalah sebagai berikut :

a. Jasa adalah suatu kinerja yang diberikan seseorang kepada yang lainnya. walaupun prosesnya mungkin terikat pada produk nyata, kinerja itu wajib tidak berwujud dan biasanya tidak mengakibatkan kepemilikan dari faktor produksi apapun.

b. Jasa adalah aktivitas ekonomi yang menciptakan nilai dan memberikan keuntungan pada saat itu maupun waktu tertentu. (Christoper Lovelock, 2002 : 6)

Menurut Kotler (2004 : 337) jasa adalah aktivitas atau manfaat yang ditawarkan untuk dijual yang secara esensial tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan atas apapun.

Menurut Lupiyoadi (2001 : 602) Jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan tidak dan memberikan nilai tambah (seperti : kenyamanan, hiburan, kesenangan atau kesehatan) atau pemecahan masalah yang dihadapi konsumen.

2. Karakteristik Jasa

Dalam praktik, tidaklah gampang membedakan barang dan jasa karena sering pembelian barang dibarengi dengan unsur jasa/pelayanan. Demikian pula sebaliknya, suatu jasa sering diperluas dengan cara memasukkan atau menambahkan produk fisik pada penawaran jasa tersebut.

Hal ini dikarenakan pembelian suatu barang disertai dengan jasa-jasa tertentu (misalnya, penelitian dan bimbingan operasional, perawatan dan reparasi) dan sebaliknya pembelian suatu jasa sering juga melibatkan barang untuk melengkapinya (misalnya makanan direstoran, telepon dalam jasa telekomunikasi, kapal untuk angkutan umum, dan pesawat dalam jasa

penerbangan). Namun, ada juga produk jasa murni seperti konsultasi psikologi dan konsultasi Manajemen.

Menurut Tjiptono (2002:136) karakteristik jasa terdiri atas intangibility, insepararability, variability/heterogeneity, perishability dan lack of ownership.

1. Intangibility / Tidak Berwujud.

Jasa tidak dapt dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Bagi para pelanggan, ketidak pastian dalam pembelian jasa relative tinggi karena terbatasnya search qualities yakni karekteristik fisik yang dapat dievaluasi pembeli sebelum membeli. Jasa mengandung unsur experience quality dan credence quality yang tinggi. Experience quality adalah karakteristik-karakteristik yang hanya dapat dinilai pelanggan setelah pembelian, misalnya kualitas, efisiensi dan kesopanan. Sedangkan credence quality merupakan aspek-aspek yang sulit dievaluasi bahkan setelah pembelian dilakukan, misalnya sebagian besar orang sulit untuk peningkatan kemampuan berbahasa Inggris selama periode tertentu. intangibility juga menimbulkan masalah bagi penyedia jasa.

2. Insepararability / Tidak Dapat Dipisah-pisahkan.

Pada umumnya, barang diproduksi terlebih dahulu kemudian dijual dan dikonsumsi sedangkan jasa biasanya dijual terlebih dahulu kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dn tempat yan sama.

Contohnya pemeriksaan medis. Dokter tidak dapat memproduksi jasanya tanpa kehadiran pasien.

3. Variability/heterogeneity atau hasilnya bervariasi tergantung siapa yang memberikan jasa.

Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standarized output artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung kepada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut diproduksi. Ini disebabkan jasa melibatkan unsur manusia dalam proses produksi dan konsumsinya dimana manusia biasanya tidak bias diprediksi dan cenderung tidak konsisten dalam sikap dan perilakunya.

4. Perishability / tidak tahan lama

Jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni atau kepastian jalur telepon yang tidak dimanfaat akan berlalu atau hilang begitu saja karena tidak disimpan.

5. Lack of Ownership

Merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang. Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya. Mereka bisa mengkonsumsi, menyimpan atau menjualnya. Di lain pihak, pada pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya memiliki akses personal atas suatu jasa untuk jangka waktu yang terbatas.

3. Pemasaran Jasa

Adanya perbedaan sifat maupun karakeristik dari jasa dan barang,

maka terdapat perbedaan antara pemasaran jasa dan pemasaran barang. Pemasaran jasa (service marketing) mencakup 7 (tujuh) komponen penting :

a. Produk ( product )

Produk merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan.

b. Harga ( Pricing )

Harga merupakan sesuatu yang diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu barang atau jasa

c. Lokasi ( Place )

Lokasi atau place, keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap jasa bagi para pelanggan potensial.

d. Promosi ( Promotion )

Promosi meliput i berbagai metode mengko munikasikan manfaat jasa kepada pelanggan potensial dan aktual. Metode –metode tersebut terdiri dari atas periklanan, promosi penjualan, direct marketing, personal selling, dan public relation. Secara garis besar bauran promosi untuk barang sama dengan jasa, promosi jasa seringkali membutuhkan penekanan tertentu pada upaya peningkatan kenampakan tangibilitas jasa.

e. Orang ( People )

People merupakan unsur vital dalam bauran pemasaran. Dalam industri jasa, setiap organisasi jasa harus secara jelas menentukan apa yang diharapkan dari setiap karyawan dalam interaksinnya dengan pelanggan.

f. Bukti Fisik ( Physical Evidence )

Bukti Fisik ( Physical Evidence ) merupakan upaya untuk mengurangi tingkat resiko dengan jalan menawarkan bukti fisik dari karakteristik jasa. bukti fisik bisa dalam berbagai bentuk misalnya brosur paket liburan yang memuat lokasi liburan dan tempat menginap, penampilan staff yang rapi dan sopan dan lain sebagainya.

g. Proses ( Process )

Proses ( Process ) merupakan faktor penting bagi konsumen high-contact service factor ini berperan sebagai co-prosedur jasa bersangkutan. Misalnya pelanggan restoran, sangat terpengaruh oleh cara staff melayani mereka dan lamanya mereka dan lamanya menunggu selama proses produksi.

C. Perilaku Konsumen

1. Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam

proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini (Setiadi, 2003 : 3).

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen adalah sebagai berikut :

a. Faktor Kebudayaan

Merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Dalam hal ini, manusia diberikan seperangkat nilai, persepsi, preferensi dan proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan lembaga

sosial penting lainnya. b. Faktor Sosial

Meliputi kelompok referensi, keluarga, peran dan status sosial di masyarakat.

c. Faktor Pribadi

Merupakan karakteristik pribadi yang mempengaruhi tingkah laku diantaranya meliputi umur, pekerjaan, keadaan ekonomi dan gaya hidup. d. Faktor Psikologis

Terdiri dari motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap.

2. Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Menurut Setiadi (2003 : 16) proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian sebagai berikut : pengenalan masalah kebutuhan, pencarian

informasi, evaluatif altenatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian.

Proses pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

Gambar 1.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian.

Sumber : diadaptasi dari Perilaku Konsumen ( setiadi, 2003 : 16 ) Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pengenalan Masalah

Pembelian menyadari adanya masalah kebutuhan dan perbedaan antara kondisi yang diinginkannya dan dapat disebabkan oleh rangsangan internal dan eksternal hingga suatu tingkat tertentu dapat berubah menjadi dorongan.

2. Pencarian Informasi

Konsumen akan mulai mencari informasi lebih banyak jika minatnya mulai timbul. Proses pencarian informasi dapat dikelompokan sumber : sumber pribadi, sumber komersil, sumber umum, dan pengalaman. Secara umum konsumen menerima informasiterbanyak dari sumber komersil yang didominasi oleh pemasar.

3. Evaluasi Alternatif. Mengenali Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluatif Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku pasca Pembelian

Evaluasi alternatif adalah mengenai bagaimana konsumen memproses informasi tentang pilihan merk untuk membuat keputusan terakhir. Tidak ada proses evaluasi yang sederhana dan tunggal yang digunakan oleh konsumen pada seluruh situasi pembeli. Ada beberapa proses evaluasi keputusan. Kebanyakan model proses evaluasi sekarang bersifat kognitif yaitu mereka memandang konsumen sebagai rasional. Konsumen mungkin mengembangkan seperangkat merek tentang dimana setiap merek berada pada ciri masing-masing.

4. Keputusan Membeli

Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan membeli yaitu suatu sikap orang lain dan faktor-faktor yang terduga. Konsumen membentuk tujuan pembelian berdsakan faktor seperti pendapatan keluarga yang diharapkan , harga yang diharapkan dan manfaat produk yang diharapkan.

5. Perilaku pasca pembelian.

Kepuasan atau ketidakpuasan konsumen pada suatu produk akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Jika konsumen merasa puas, maka ia mungkin akan membeli produk itu lagi. Konsumen yang tidak puas akan mengalami satu atau dua tindakan, sampai pada tahap meninggalkan atau mengembalikan produk tesebut.

D. Harga

Harga merupakan sesuatu yang diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu barang atau jasa ( lamb, dkk 2001 : 268 ). Kualitas jasa adalah representasi dari penilaian pelanggan terhadap keseluruhan tingkatan jasa yang diberikan oleh perusahaan harga ini meliputi antara lain yaitu harga yang rendah dan kualitas jasa sesuai dengan harga. Sebelumnya penulis sudah memaparkan harga adalah tarif SimPATI PEDE, harga yang rendah maksudnya tarif SimPATI PEDE yang hemat sedangkan kualitas jasa sesuai dengan harga maksudnya kenyamanan dalam berkomunikasi seperti dapat berkomunikasi secara cepat, mudah dan menghasilkan suara yang jernih.

Agar dapat sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa, setiap

perusahaan harus menetapkan harganya secara tepat. Untuk menetapkan harga suatu produk atau jasa, manajer harus mengintegrasikan dulu dengan keputusan-keputusan sebelumnya yaitu : dalam bidang produksi, distribusi, dan strategi promosi. Penyesuaian ini dibutuhkan agar dapat menciptakan suatu bauran pemasaran yang konsisten, terpadu dan mampu mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

2. Prinsip-prinsip Penetapan Harga

Adapun prinsip-prinsip penetapan harga sebagai berikut :

a. Perusahaan harus mempertimbangkan sejumlah faktor dalam menetapkan harganya, yang mencakup pemilihan tujuan penetapan harga, menentukan tingkat permintaan, prakiraan biaya,

menganalisa harga yang ditetapkan dan produk yang ditawarkan pesaing, pemilihan metode penetapan harga akhir.

b. Perusahaan tidak selalu harus berupaya mencari profit maksimum melalui penetapan harga. Sasaran lain yang bisa dicapai adalah mencakup survival, memaksimumkan penerimaan sekarang dan kepemimpinan produk atau kualitas.

c. Harga-harga pesaing akan mempengaruhi tingkat permintaan barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan dan karenanya harus dipetimbangkan dalam proses penetapan harga (yazid, 2005 : 216).

3. Tujuan Penetapan Harga

Menurut Tjiptono (2005 : 35) ada empat hal yang menjadi tujuan penetapan harga yaitu :

a. Tujuan berorientasi pada laba.

Tujuan berorientasi pada laba ini didasarkan pada asumsi teori ekonomi klasik yang menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba yang maksimum. Dalam kondisi persaingan yang ketat dan serba kompleks, penerapannya sangat sulit untuk dilakukan.

b. Tujuan berorientasi pada volume.

Tujuan ini berorientasi pada volume, dimana harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan, nilai penjualan ataupun untuk menguasai pangsa pasar. Misalnya : biaya

operasional pemasangan jalur telepon untuk satu rumah tidak berbeda jauh dengan biaya pemasangan untuk lima rumah.

c. Tujuan berorientasi pada citra

Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra perusahaan. Sebaliknya, harga rendah dapat dipergunakan untuk membentuk citra nilai tertentu.

d. Tujuan stabilitas harga

Tujuan stabilitas dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industri.

4. Jenis-jenis Strategi Harga

Menurut Indriyo (2000 : 229) jenis-jenis strategi harga yaitu :

a. Strategi Harga Bagi Produk Baru

Pada umumnya suatu perusahaan akan sering mengubah harga produknya sesuai dengan keadaan pasar. Harga jual yang diubah mengikuti berbagai faktor antara lain : siklus kehidupan produknya, biaya maupun tingkat permintaan dan perubahan selera konsumen. Strategi yang digunakan untuk memasarkan produknya antara lain :

b. Penetapan harga setinggi-tingginya (market-skimming price)

Strategi harga ini dimaksudkan untuk menutupi biaya-biaya penelitian pasar, biaya produksi dan lain-lain. Perusahaan sering menggunakan strategi ini untuk produk baru ketika produk dipersepsikan oleh target

pasar sebagai produk yang memiliki keunggulan unik. Agar strategi ini berhasil, maka hal yang harus diperhatikan yaitu :

1. Cukup banyak permintaan terhadap produk yang bersangkutan.

2. Harga yang tinggi tersebut diamsumsikan tidak menarik bagi para pesaingnya.

3. Harga yang tinggi diasumsikan akan mampu meningkatkan citra produk yang superior.

c. Penetapan harga yang serendah-rendahnya (market penetration pricing) Penetapan harga penetrasi ialah menetapkan harga yang relatif atas suatu

produk sebagai cara untuk mencapai pasar massal. Harga yang rendah dirancang untuk meraih pangsa pasar yang besar sehingga biaya produksi rendah. Akan tetapi, dalam penetapan harga penetrasi keuntungan yang diperoleh dalam setiap unitnya rendah. Untuk mencapai titik impas, diperlukan volume penjualan yang tinggi daripada kebijakan skimming. Jika pencapaian volume penjualan yang tinggi memerlukan waktu yang lama, maka pengembalian dari biaya pengembangan produk akan lambat pula. Agar strategi ini dapat berhasil, maka hal-hal yang harus diperhatikan yaitu :

1. Pasar sangat peka sekali, sehingga haga yang rendah mampu merangsang pertumbuhan atau permintaan pembeli potensial yang sebanyak-banyaknya.

3. Harga yang rendah tidak menarik bagi para pesaingnya.

d. Strategi Harga Produk Mix

Strategi harga produk mix akan muncul apabila produk yang akan ditentukan harganya itu merupakan bagian dari keseluruhan produk yang akan dipasarkan, sehingga dalam penentuan harga suatu produk harus dipikirkan tentang pengaruhnya terhadap peningkatan keuntungan pada total produk mix. Dalam kenyataannya, strategi ini tidaklah mudah karena masing-masing produk mempunyai permintaan dan biaya yang saling berkaitan dan masing-masing produk juga memiliki tingkat persaingan yang berbeda-beda.

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Deskripsi PT. Telkomsel 1. Sejarah

Telkomsel adalah singkatan dari Telekomunikasi Seluler. Pada mulanya Telkomsel adalah nama layanan dan jasa sistem komunikasi bergerak nseluler Global System Mobile (GSM) yang dikelola oleh PT. Telkom. Dengan nama ini Telkomsel memulai proyek percontohan pada akhir tahun 1993 di Pulau Batam dan Pulau Bintan dengan menggunakan Teknologi GSM yang telah dikenal luas di dunia internasional, peluncuran perdana ini dilakukan di Batam dengan alasan Batam sebagai pusat industri strategis, terdapat juga proyek penciptaan kerja sama Batam–Singapura, selain itu dengan diketahui banyaknya pemakai HP dari Singapura–Batam dan adanya penugasan pemerintah melalui Menparpostel kepada Telkom yang dipimpin Bpk.Garuda Sugardo.

Proyek yang pertama kali menggunakan Teknologi GSM ini berhasil membangun jaringan komunikasi seluler dari tiada hingga dapat melakukan pembicaraan pada sistem telekomunikasi bergerak hanya 2 (dua) bulan sejak mulainya proyek ini. Proyek percontohan ini berkembang ke propinsi-propinsi lain di Indonesia, mengatur kepada pendirian PT. Telkomsel pada tanggal 26 Mei 1995 sebagai salah satu dari tiga pemegang izin nasional penyelenggara GSM di Indonesia. Pendirian PT. Telkomsel ini dengan Akte Notaris Ny.

Poerbaningsih Adi Warsito, S.H., No.181 tanggal 26 Mei 1995 dantelah diubah dengan Akte Notaris Soetjipto, S.H., No.194 tanggal 21 Juni 1996.

Komposisi pemegang terkini adalah PT. Telkom sebagai pemegang saham terbesar dengan 42,29 %, lalu PT. Indosat 35 %, PT. Telecom Netherlands 17,28 % dan PT. Setdco Megacell Asia 5 %. Salah satu sasaran dari perusahaan adalah untuk melayanai seluruh propinsi di tanah air dengan mengutamakan pada wilayah cakupan, kapasitas sambungan, biaya, mutu jaringan dan pelayanan demi memberikan kepastian terhadap kepuasan pelanggan.

Pada tanggal 26 Mei 1996, tepat setahun setelah berdirinya jaringan baru diluncurkan dan dioperasikan dengan sukses di Medan, Surabaya, Bandung, dan Denpasar tanpa melupakan kota-kota kecil. Telkomsel meluncurkan pelayanan di Jakarta dengan jumlah ini meningkat terus. Pada akhir tahun 2001 Singapore Telecom Mobile Pte Ltd (SingTel Mobile) membeli saham Telkomsel yang dimiliki PT. Telecom Netherlands 17,28 %, PT. Setdco Megacell Asia 5% dan tambahan 12,72 dari Telkom. Total saham yang dimiliki SingTel Mobile sekarang adalah 35 %. Pemegang saham Telkomsel saat ini adalah PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dan Singapore Telecom Mobile Pte Ltd (SingTel Mobile). Telkom memiliki Modal Saham 65 % dan SingTel Mobile 35 %. Pada bulan Juni 2004 Telkomsel sudah memiliki pelanggan lebih dari 12 juta pelanggan diseluruh Indonesia.

PT. Telkomsel merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa telekomunikasi seluler yang meliputi telekomunikasi domestik maupun

telekomunikasi internasional. PT. Telkomsel sebagai sebuah perusahaan yang berskala nasional dan internasional memiliki visi dan misi kerja, yaitu menjadi penyedia solusi telekomunikasi nirkabel terkemuka di Indonesia yang bekerja sama dengan para pemegang saham dan mitra usaha lainnya untuk menghasilkan nilai tambah bagi investor , karyawan, dan negara.

Guna memberikan pelayanan yang maksimal PT. Telkomsel membangun jaringan pelayanan kepada para pelanggannya. Jaringan pelayanan dari PT. Telkomsel dapat dikategorikan dalam dua bentuk pelayanan yaitu pelayanan langsung dapat dilakukan dengan mendatangi gedung GraPARI ataupun layanan dengan berbasis tele layanan dengan menghubungi Call Center.

2. Kartu SimPATI

Kartu SimPATI adalah produk PT.TELKOMSEL, merupakan kartu prabayar isi ulang pertama yang diluncurkan pada tahun 1997 tepatnya pada saat krisis ekonomi sedang melanda Indonesia. Tujuan diluncurkannya kartu SimPATI untuk memberikan solusi bagi para pengguna telepon seluler. Tujuan diluncurkannya kartu SimPATI untuk memberikan solusi bagi para pengguna telepon seluler agar dapat mengendalikan biaya pemakaian pulsa. Hal ini disebabkan kartu SimPATI selalu melakukan inovasi-inovasi baru dan strategi yang jitu dalam mempertahankan pelanggannya.

3. Visi dan Misi PT. Telkomsel

Visi PT.Telkomsel adalah penyedia solusi telekomunikasi nirkabel

menjadi Top Leader dalam bisnis ritel di Indonesia dengan kebijakan tarif SimPATI PEDE. Misi PT.Telkomsel adalah menjadi penyedia solusi telekomunikasi nirkabel di Indonesia yang bekerjasama denga para pemegang sahamdan mitra usaha lainnya untuk menghasilkan nilai tambah bagi investor, karyawan dan negara.

B. Data Tarif SimPATI PEDE

Adapun ketentuan tarif SimPATI PEDE yang berlaku mulai 1 Juli 2008 :

Tabel 3.1

Tarif Per Detik SimPATI Ke Sesama Telkomsel Berlaku Tanggal 01 July 2008 s.d 30 September 2008

Area Target Time Band Tariff Scheme Remark

Area-1

Area-2

Area-3

Area-4

00:00 – 05:59 Rp. 0.5/s starting from 1st second, till drop NO CYCLING

06:00 – 11:59 1st 20 seconds : Rp. 15/s, Rp. 0.5/s, till drop NO CYCLING

12:00 – 17:59 1st 60 seconds : Rp. 15/s, Rp. 0.5/s, till drop

NO CYCLING

Area-2

Area-3

18:00 – 23:59 1st 130 seconds : Rp. 15/s, Rp. 0.5/s, till drop

NO CYCLING Area-1 Area-4 18:00 – 23:59 1st 130 seconds : Rp. 15/s, Rp. 0.5/s from 131 sec to 780 sec, repetitive tariff scheme 13 minute CYCLING Sumber :

Tarif Panggilan ke sesama Telkomsel (Kartu As, KartuHALO & simPATI)

a. Jam 00.00-05.59 waktu setempat : Rp. 0,5/detik sejak detik pertama sampai sepuasnya gak ada batas

b. Jam 06.00-11.59 waktu setempat : Rp. 15/detik untuk 20 detik pertama, selanjutnya Rp. 0,5/detik sampai sepuasnya gak ada batas

c. Jam 12.00-17.59 waktu setempat : Rp. 15/detik untuk 60 detik pertama, selanjutnya Rp. 0,5/detik sampai sepuasnya gak ada batas

Dokumen terkait