• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

3.10. Ukuran Lot (Lot Sizing)

Perencanaan produksi dan penyediaan bahan baku merupakan dua hal yang berkaitan. Berapa banyak bahan baku yang harus disediakan, ditentukan oleh berapa jumlah produk yang akan dibuat pada suatu periode tertentu. Metode perencanaan untuk penyediaan bahan baku ada beberapa macam. Dua di antara metode perencanaan penyiapan bahan baku adalah lot-for lot dan economic order

quantity. Dua metode ini dipilih karena kedua metode tersebut mempunyai

karakter yang berbeda dalam penyediaan kebutuhan bahan baku (bahan baku dalam kasus ini adalah impeller pompa). Pada metode lot-for-lot penentuan jumlah sediaan bahan baku ditetapkan sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan bersih satu periode tunggal. Sedangkan pada metode economic order

quantity penentuan sediaan bahan baku ditetapkan berdasarkan kebutuhan yang

diperkirakan (expected requirements).

Dalam sistem MRP dikenal berbagai macam teknik pengukuran lot. Berdasarkan tingkatannya, teknik penentuan lot dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Teknik ukuran lot untuk satu tingkat dengan kapasitas tak terbatas 2. Teknik ukuran lot untuk satu tingkat dengan kapasitas terbatas 3. Teknik ukuran lot untuk banyak tingkat dengan kapasitas tak terbatas 4. Teknik ukuran lot untuk banyak tingkat dengan kapasitas terbatas

Teknik penetapan ukuran lot untuk satu tingkat dengan asumsi kapasitas tak terbatas dapat diklasifikasikan lagi kedalam empat cara, sebagai berikut :

1. Fixed Order Quantity (FOQ) 2. Lot-For-Lot (LFL)

3. Fixed Periode Requirement (FPR) 4. Economic Order Quantity (EOQ) 5. Period Order Quantity (POQ)

Teknik ukuran lot FOQ dan EOQ berorientasi pada tingkat kebutuhan, sedangkan teknik ukuran LFL dan FPR merupakan teknik ukuran lot diskrit, karena hanya

memenuhi permintaan dengan jumlah yang sama seperti telah direncanakan dalam periode tertentu. Ukuran lot diskrit tidak akan menghasilkan sisa jumlah komponen karena teknik tersebut hanya memenuhi permintaan dengan jumlah yang sama seperti telah direncanakan. Kelemahan dari teknik ini adalah bila dimasa yang akan datang (periode mendatang) terjadi lonjakan permintaan, maka harus dilakukan perhitungan ulang.

Teknik penentuan ukuran lot mana yang paling baik dan tepat bagi suatu perusahaan adalah persoalan yang sangat sulit, karena sangat tergantung pada hal-hal sebagai berikut :

1. Variasi dari kebutuhan, baik dari segi jumlah maupun periodenya. 2. Rentang waktu perencanaan.

3. Ukuran periodenya (minggu, bulan, dan sebagainya). 4. Perbandingan biaya pesan dan biaya simpan.

Hal-hal inilah yang mempengaruhi keefektifan dan keefisienan suatu metode dibandingkan metode lainnya. Dalam prakteknya, teknik LFL seringkali menjadi pilihan. Apabila ada kesulitan yang berarti barulah teknik yang lain dipakai. Kesulitan lainnya dalam penentuan lot adalah untuk kasus struktur produk yang bertingkat banyak karena masih dalam tahap pengembangan. Sehingga bisa disimpulkan ada 2 pendekatan dalam menentukan ukuran lot, yaitu periode demi periode untuk kasus satu level dan level demi level untuk kasus multi level.

3.10.1. Fixed Order Quantity (FOQ)

Dalam metode FOQ ukuran lot ditentukan secara subyektif. Berapa besarnya dapat ditentukan berdasarkan pengalaman produksi atau intuisi. Tidak ada teknik yang dapat dikemukakan untuk berapa ukuran lot ini. Kapasitas produksi selama lead time produksi dalam hal ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan besarnya lot. Sekali ukuran lot ditetapkan, maka lot ini akan digunakan untuk seluruh periode selanjutnya dalam perencanaan. Berapapun kebutuhan bersihnya, rencana pesan akan tetap sebesar lot yang telah ditentukan tersebut. Metode ini dapat ditempuh untuk item-item yang biaya pemesanannya (ordering cost) sangat mahal.

Besarnya jumlah mencerminkan pertimbangan faktor-faktor luar, seperti peristiwa atau kejadian yang tidak dapat dihitung dengan teknik-teknik penentuan ukuran lot. Beberapa keterbatasan kapasitas atau proses yang harus dipertimbangkan antara lain batas waktu rusak, pengepakan, penyimpanan dan lain sebagainnya. Apabila teknik ini akan diterapkan dalam sistem MRP, maka besar jumlah pemesanannya dapat menjadi sama atau lebih besar dari kebutuhan bersih, yang terkadang diperlukan bila ada lonjakkan permintaan. Sebagai contoh ukuran lot produksi secara intuitif telah ditetapkan sebesar 100 unit, kemudian pemesanan dilakukan apabila jumlah kebutuhan bersih untuk beberapa periode yang akan datang mendekati 100. Salah satu ciri dari metode FOQ adalah ukuran lotnya selalu tetap, tetapi periode pemesanannya yang selalu berubah. Contoh penetapan ukuran lot dengan metode FOQ dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Penetapan ukuran Lot dengan Metode FOQ Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 Kebutuhan Bersih 20 50 60 80 40 40 40 60 Jumlah Pemesanan 100 100 100 100 Persediaan 80 30 70 90 50 10 70 10

3.10.2. Economic Order Quantity (EOQ)

Penetapan ukuran lot dengan metode EOQ sangat populer sekali dalam sistem persediaan tradisional. Dalam teknik ini besarnya ukuran lot adalah tetap. Penentuan lot berdasar biaya pesan dan biaya simpan, dengan rumus sebagai berikut :

H

DS

EOQ = 2

Dimana dalam contoh diatas D : Jumlah Kebutuhan = 400 S : Biaya Pesan = Rp. 21.500

H : Biaya Simpan = Rp. 3000/periode

Maka EOQ = 75 unit. Contoh penetapan ukuran lot dengan metode EOQ dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Penetapan ukuran Lot dengan Metode EOQ

Periode 1 2 3 4 5 6 7 8

Kebutuhan Bersih 20 50 60 80 40 40 40 60

Jumlah Pemesanan 75 75 75 75 75 75

Persediaan 55 5 20 15 50 10 45 60

Biaya simpan = 55 + 5 + 20 + 15 + 50 + 10 + 45 + 60 x Rp. 3000 = Rp 780.000

Biaya pesan = 6 x Rp. 21.500 = Rp 129.000

Biaya Total = Rp 909.000

Metode EOQ ini biasanya dipakai untuk horison perencanaan selama satu tahun. Metode EOQ baik digunakan bila semua data konstan dan perbandingan biaya pesan dan biaya simpan sangat besar.

3.10.3. Lot-For-Lot (LFL)

Teknik penetapan ukuran lot dilakukan atas dasar pesanan diskrit. Disamping itu, teknik ini merupakan cara paling sederhana dari semua teknik ukuran lot yang ada. Teknik ini selalu melakukan perhitungan kembali (bersifat dinamis) terutama apabila terjadi perubahan pada kebutuhan bersih. Penggunaan teknik ini bertujuan untuk meminimumkan ongkos simpan, sehingga dengan teknik ini ongkos simpan menjadi nol (0). Oleh karena itu, sering sekali digunakan untuk item-item yang mempunyai biaya simpan per unit sangat mahal. Apabila dilihat dari pola kebutuhan yang mempunyai sifat diskontinu atau tidak teratur, maka teknik LFL ini memiliki kemampuan yang lebih baik. Disamping itu teknik ini sering digunakan pada sistem produksi manufaktur yang mempunyai sifat set-up permanen pada proses produksinya.

Pada metode lot-for-lot penentuan jumlah kebutuhan bahan baku ditetapkan berdasarkan kebutuhan bersih untuk satu periode tunggal. Komponen biaya pada metode lot-for-lot terdiri dari biaya pemesanan (atau biaya persiapan pembuatan, dalam kasus bahan baku dibuat/disiapkan sendiri di perusahaan) dan

biaya penyimpanan. Biaya pemesanan (atau biaya persiapan pembuatan) yang dinyatakan dalam parameter cP, merupakan besarnya biaya untuk memesan ataupun mempersiapkan pembuatan bahan baku yang dibutuhkan. Sedangkan biaya penyimpanan, yang dinyatakan dalam parameter cH, merupakan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk menyimpanan bahan baku selama bahan baku tersebut belum digunakan. Biaya penyimpanan ini biasanya diperhitungkan per satuan waktu (bisa per minggu, per bulan dan sebagainya). Dua jenis biaya ini dipakai sebagai sarana untuk membandingkan metode perencanaan bahan baku yang mana yang akan dipilih. Contoh penetapan ukuran lot menggunakan metode LFL dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Penetapan ukuran Lot dengan Metode LFL

Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 Kebutuhan Bersih 20 50 60 80 40 40 40 60 Jumlah Pemesanan 20 50 60 80 40 40 40 60 Persediaan 0 0 0 0 0 0 0 0 Biaya simpan = Rp 0 x Rp 3000 = Rp 0 Biaya pesan = Rp 8 x Rp 21.500 = Rp 168.000 Biaya Total = Rp 168.000

3.10.4. Fixed Period Requirement (FPR)

Dalam metode FPR penentuan ukuran lot didasarkan pada periode waktu tertentu saja. Besarnya jumlah kebutuhan tidak berdasarkan ramalan, tetapi

dengan cara menjumlahkan kebutuhan bersih pada periode yang akan datang. Bila dalam metode FOQ besarnya jumlah ukuran lot adalah tetap sementara selang waktu antar pesanan tidak tetap. Dalam metode FPR ini selang waktu antar pesanan dibuat tetap dengan ukuran lot sesuai pada kebutuhan bersih.

Untuk contoh yang sama, misalnya ditentukan periode pemesanan adalah setiap 2 periode, hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Penetapan ukuran Lot dengan Metode FPR

Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 Kebutuhan Bersih 20 50 60 80 40 40 40 60 Jumlah Pemesanan 70 140 80 100 Persediaan 50 0 80 0 40 0 60 0 Biaya pesan = Rp 21.500 x 4 = Rp 86.000 Biaya Simpan = Rp 3000 x 230 = Rp 690.000 Biaya Total = Rp 776.000

3.10.5. Period Order Quantity (POQ)

Pada metode POQ pemesanan atau pembelian dilakukan secara periodik dengan jangka waktu antar pemesanan selalu sama. Adapun prosedur dalam pengerjaan POQ adalah :

1. Hitung EOQ

2. Gunakan EOQ untuk menghitung frekuensi pemesanan per tahun (N)

EOQ D N =

Dimana N : Frekuensi pemesanan per tahun D : Jumlah Kebutuhan per tahun 3. Hitung POQ N Tahun per Periode Jumlah POQ= Contoh :

- Demand per tahun = D = 1440

- Ongkos pesan = S = Rp 60 per order

- Cost rate of carrying 1 unit in inventory = h = 0.3 per tahun - Ongkos 1 unit = P = Rp 90 per unit

- Jumlah minggu per tahun = 50

Maka POQ = 50/18 = 3

Contoh perhitungan lot dengan metode POQ dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Penetapan ukuran Lot dengan Metode POQ

Periode 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 GR SR POH NR * * * 20 34 8 50 0 51 0 9 38 13 PORec 62 101 60 PORel 62 101 60 80 90 3 . 0 1440 60 2 2 = × × × = = h A EOQ λ 18 80 1440 = = = EOQ N λ

Dokumen terkait