• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL TANGKAPANJu

5.4 Umpan Alternatif

Cacing tanah sebagai hewan yang berasal dari daratan sudah sering dilakukan sebagai umpan untuk memancing ikan di perairan umum. Kegiatan

experimental fishing menggunakan bubu lipat modifikasi dengan menggunakan

umpan cacing merupakan kegiatan uji coba penangkapan yang juga pertama kali dilakukan.

Hal-hal yang berhubungan dengan umpan sebagai atraktor dalam penangkapan ikan ditentukan oleh kandungan kimia umpan yang digunakan. Kandungan kimia tersebut erat kaitannya sebagai perangsang bau yang meliputi kandungan proksimat (protein dan lemak), asam amino, asam lemak dan amoniak. Seperti yang dikatakan Sadhori (1985) menjelaskan bahwa umpan merupakan salah satu bentuk rangsangan (stimulus) yang bersifat fisika dan kimia yang dapat memberikan respons bagi ikan-ikan tertentu dalam proses penangkapan. Begitu juga dengan lobster, umpan merupakan salah satu faktor penting sebagai bahan atraktor dalam memikat lobster. Umpan yang mengandung unsur lemak, protein dan chitine serta adanya bau yang menyengat merupakan umpan yang sangat baik sebagai bahan atraktor untuk memikat lobster(Fielder 1965; Phillips and Cobb 1980; Moosa dan Aswandy1984).

Hasil uji proksimat terhadap kadar protein umpan berdasarkan 6 tahap lama perendaman, yaitu lama perendaman 1, 2, 3, 6, 9, dan 12 jam terlihat bahwa cacing tanah mengalami penurunan kadar protein yang cukup lambat dengan rata- rata penurunan 9,76% ± 0,40 dibandingkan dengan umpan tembang 34,90% ± 3,40. Dengan demikian, selain cacing tanah memiliki kandungan protein yang tinggi, juga memiliki ketahanan umpan yang cukup tinggi dibandingkan dengan umpan tembang. Dalam protein kasar banyak mengandung asam amino yang berguna untuk menjadi stimulus makan bagi target tangkapan. Seperti yang diungkapkan Engas and Lokkeborg (1994), bahwa umpan yang mengandung asam amino diidentifikasi dapat menjadi stimulus dan atraktor makan pada ikan dan krustasea. Hampir semua studi mengenai rangsangan kimia untuk tingkah laku makan menunjukkan bahwa rangsangan makan pada ikan dan krustasea akan hilang seiring dengan hilangnya kandungan asam amino pada umpan. Sedangkan

cacing tanah mengalami penurunan kadar lemak yang lebih cepat dengan rata- rata penurunan 65,48% ± 3,04 dibandingkan dengan umpan tembang 41,51% ± 3,44. Rantai kimia pada kandungan asam lemak apabila terpotong akan berpengaruh pada pembentukan komponen yang bertanggung jawab atas rangsangan bau. Berdasarkan hasil penelitian di Samudera Pasifik, bahwa umpan yang mengandung banyak lemak menghasilkan tangkapan yang lebih baik dibandingkan dengan umpan yang mengandung lemak yang kurang (King 1986

diacu dalam Rahardjo dan Linting 1993).

Pendekatan penggunaan umpan alami yang berasal dari wilayah daratan adalah bahwa umpan tersebut dapat dibudidayakan secara sederhana sehingga pengadaannya tidak membutuhkan biaya yang besar. Kegiatan pemeliharaan dalam budidaya cacing tanah (Lumbricus rubellus) tidak dibutuhkan lahan yang luas atau biaya pakan yang mahal, karena pemeliharaan cacing tanah bersifat zero feed cost (Edwards and Lotfy 1972 diacudalam Pardamean 2002). Penggunaan cacing tanah sebagai umpan alternatif akan mengurangi tekanan terhadap pemanfaatan ikan rucah dalam upaya pengembangan perikanan bubu lobster.

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian rancang bangun bubu lipat modifikasi dan penggunaan cacing tanah (Lumbricus rubellus) sebagai umpan alternatif untuk penangkapan spiny lobster, yaitu :

(1) Bubu lipat yang dibuat sebagai upaya perbaikan teknologi penangkapan ikan adalah bubu lipat modifikasi pintu samping dan bubu lipat modifikasi pintu atas masing-masing dengan rekayasa pintu jebakan berbentuk kisi-kisi dengan ukuran 60 cm x 45 cm x 30 cm (pxlxt), sudut slope net (bagian atas dan bawah) adalah 22,5° dan 70°.

(2) Umpan cacing tanah mengalami penurunan kadar protein yang cukup lambat dengan rata-rata penurunan 9,76% ± 0,40 dibandingkan dengan umpan tembang 34,90% ± 3,40. Dengan demikian, selain cacing tanah memiliki kandungan protein yang tinggi, juga memiliki ketahanan umpan yang cukup tinggi dibandingkan dengan umpan tembang. Umpan cacing tanah mengalami penurunan kadar lemak yang lebih cepat dengan rata-rata penurunan 65,48% ± 3,04 dibandingkan dengan umpan tembang 41,51% ± 3,44.

(3) Kedua bubu lipat modifikasi dan bubu lipat rajungan berhasil memperoleh hasil tangkapan lobster dan rajungan. Efektivitas bubu lipat rajungan sebagai standar pengujian (6,7%) lebih besar dibandingkan dengan bubu lipat modifikasi pintu samping (3,8%) dan bubu lipat modifikasi pintu atas (0,8%) dalam memperoleh hasil tangkapan lobster. Efektivitas bubu lipat modifikasi pintu samping (3,8%) lebih besar dibandingkan dengan bubu lipat modifikasi pintu atas (0,8%) dalam memperoleh hasil tangkapan lobster.

(4) Bubu lipat modifikasi pintu samping dan bubu lipat rajungan berhasil memperoleh hasil tangkapan lobster dan rajungan. Faktor bubu lipat, baik bubu lipat modifikasi pintu samping maupun bubu lipat standar berbeda nyata pada taraf α = 5%. Efektivitas bubu lipat rajungan sebagai standar

dalam pengujian (9,2%) lebih besar dibandingkan dengan bubu lipat modifikasi pintu samping (3,8%) dalam memperoleh hasil tangkapan lobster. Sementara untuk perlakuan umpan, baik umpan cacing tanah maupun tembang berbeda nyata pada taraf α = 5%. Efektivitas bubu lipat yang menggunakan umpan cacing tanah (9,2%) lebih besar dibandingkan dengan yang menggunakan umpan tembang (3,8%) dalam memperoleh hasil tangkapan lobster.

6.2 Saran

(1) Diperlukan penelitian lanjutan yang terkait dengan pemilihan bahan plastik dengan ketebalan tertentu untuk pintu jebakan hubungannya dengan proses masuknya lobster ke dalam bubu lipat modifikasi pintu samping.

(2) Diperlukan penelitian lanjutan tentang kekuatan bingkai (frame) bubu lipat yang dapat bertahan secara statis di dasar perairan terhadap pengaruh kecepatan arus tertentu yang dilakukan pada skala laboratorium.

(3) Diperlukan uji kandungan asam amino dan asam lemak umpan untuk dapat melihat penurunannya dalam proses perendaman umpan dalam air laut. (4) Upaya pengembangan kegiatan komersial dalam pemanfaatan lobster perlu

dilakukan kegiatan budidaya pembesaran lobster pada karamba apung.

Anonymous. 1986. Simpler and More Effective Modernized Methods: Pot Fishing. Yamaha Fisheries Journal. Volume 27 : 1–8p.

Anonymous. 1990. Peranan Feromon sebagai Senyawa Bioaktif dalam Proses Pelapukan Kayu. Laporan Penelitian (Tidak Dipublikasikan). Fakultas matematika dan Ilmu pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. 33 hal. [AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 1980. Official Methods of

Analysis of the Association of Official Analytical Chemists. Washington : AOAC Inc.

Archdale VM, Anasco CP, Kawamura Y, and Tomiki S. 2007. Effect of Two Collapsible Pot Designs on Escape Rate and Behavior of the Invasive Swimming Crabs Charybdis japonica and Portunus pelagicus. Fisheries Research. Elsevier B.V. All rights reserved. Volume 85 : 202–209p.

Archdale VM, Anraku K, Yamamoto T, and Higashitani N. 2003. Behavior of the Japanese Rock Crab ‘Ishigani’ Charybdis japonica towards Two Collapsible Baited Pots: Evaluation of Capture Effectiveness. Fisheries Science. The Japanese Society of Fisheries Science. Japan. Volume 69: 785–791p.

Ayodhyoa AU. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Cetakan Pertama. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 97 hal.

Baskoro MS, Telussa RF dan Purwangka F. 2006. Efektivitas Bagan Motor di Perairan Waai, Pulau Ambon. Prosiding Seminar Perikanan Tangkap. ISBN : 979-1225-00-1. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hlm 115-121.

[BPPI] Balai Pengembangan Penangkapan Ikan. 1990. Krendet Alat Tangkap Lobster. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan. Semarang. 36 hlm. von Brandt A. 1984. Fish Catching Methods of the World. Fishing News

(Books), London. 240p.

Boutson A., Mahasawasde C, Mahasawasde S, Tunkijjanukij S and Arimoto T. 2009. Use of Escape Vents to Improve Size and Species Selectivity of Collapsible Pot for Blue Swimming Crab Portunus pelagicus in Thailand. Fisheries Science. The Japanese Society of Fisheries Science. Japan. Volume 75 : 25–33p.

Brouck DJ, Saunders TM, Ward TM, Linnane AJ. 2006. Effectiveness of a Two- Chambered Trap in Reducing within-Trap Predation by Octopus on Southern Spiny Rock Lobster. Fisheries Research. Elsevier B.V. All rights reserved. Volume 77 (3) : 348–355p.

Daniel PC and Bayer RC. 1989. Fish byproducts as chemo-attractant substrates for the American lobster (Homarus americanus): Concentration, quality and release characteristics. Fisheries research 7: 367-383p.

[DJP] Direktorat Jenderal Perikanan. 1989. Krendet Alat Tangkap Lobster. Buletin Warta Mina Tahun III Nopember 1989. No. 32. Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian. Jakarta. Hlm 23 – 25.

Engas A and Lokkeborg S. 1994. Abundance Estimation Using Bottom Gillnet and Longline – the Role of Fish Behaviour. Di dalam : Ferno A, Olsen S. editor. Marine Fish Behaviour in Capture and Abundance Estimation. Fishing News. 134-165p.

Eno CN, MacDonald DS, Kinnear JA, Awos SC, Chapman CJ, Clark RA, Bunker FPD, Munro C. 2001. Effects of Crustacean Traps on Benthic Fauna. ICES Journal. Marine. Science. Volume 58 : 11–20p.

[FAO] Food and Agricultural Organization. 1995. Code of Conduct for Resposible Fisheries. Rome.

Febrianti L. 2000. Pengaruh Umpan Pikatan Kulit Hewan (Kulit Sapi dan Kulit Kambing) Terhadap Hasil Tangkapan Menggunakan Krendet dan Tingkah

Laku Mencari Makan Udang Karang (Lobster) di Perairan Baron

Kabupaten Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi (tidak dipublikasikan). Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 49 hal.

Fielder DR. 1965. The Spiny Lobster, Jasus lalandei (H Milne-Edwards) in South Australia. Australian Journal of Marine and Fresh Water Research. Volume 16 : 351-367p.

Fitri ADP. 2008. Respons Penglihatan dan Penciuman Ikan Kerapu Terhadap Umpan Terkait Dengan Efektivitas Penangkapan. [Disertasi] tidak dipublikasikan. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 216 hlm.

Fridman AL. 1988. Perhitungan Dalam Merancang Alat Penangkapan Ikan. Balai Penelitian Perikanan laut, penerjemah. Semarang. Terjemahan dari : Calculation in design fishing gears. 304 hlm.

Fujaya Y. 2002. Fisiologi Ikan. Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar dengan Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 204 hal.

Goni R., A. Quetglas, and O. Renones. 2003. Size at maturity, fecundity and reproductive potential of a protected population of the spiny lobster Palinurus elephas (Fabricius, 1787) from the western Mediterranean. Marine Biology (2003) 143: p.583–592

Gorman, T. 1996. Pot and Trap Fishing Gear and Boats. Fishing Boat World. Vol. 8, No. 5. 20-24p.

Grofit E. 1980. The Fishing Technology Unit (FTU). Fisheries Technical Papers. Rome. 48p.

Groneveld JC. 2000. Stock Assessment, Ecology and Economics as Criteria for Choosing Between Trap and Trawl Fisheries for Spiny Lobster Palinurus delagoae. Fisheries Research. Elsevier B.V. All rights reserved. Volume 48 : 141–155p.

Gunarso W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metoda dan Taktik Penangkapan. Diktat kuliah (Tidak Dipublikasikan). Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. 148 hal.

Hagner R W, Egenmann J G. 1968. Invertebrate Zoology. New York. Macmillan. He P. 1989. Fish Behaviour and its Application in Fisheries. Newfoundland

and Labrador Institute of Fisheries and Marine Technology. Canada. 157p. Hendrotomo M. 1989. Studi dan Analisis Hasil Tangkapan dengan

Menggunakan Umpan yang berbeda pada rawai Cucut (Hiu) Permukaan di Pelabuhanratu. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. 96 hal.

Holthuis LB. 1991. FAO Species Catalogue. Vol. 13. Marine Lobsters of the World. An annotated and illustrated catalogue of species of interest to fisheries known to date. FAO Fisheries Synopsis. No. 125, Vol. 13. Rome, FAO. 1991

http://research.myfwc.com 2 Januari 2010.

Iskandar MD. 2007a. Hydrodynamic Force of Collapsible Pot in Different Current Speed and Attack Angle Observed in the Flume Tank. 2007. Jurnal Mangrove dan Pesisir. Vol. VII No. 1. Padang. ISSN 1411-0679.

Iskandar MD, Suzuki Y, Shiode D, Hu F, Tokai T. 2007. Catchability Difference of Gill Net and Collapsible Baited Pot For Japanese Rock Crab. Indonesian Fisheries Research Journal Agency for Marine and Fisheries Research. Vol. 12 No. 2. Jakarta. Hal. 101-167 ISSN 0853-8980.

Iskandar MD. 2007b. Analisa Hasil Tangkapan Rajungan Pada Bubu Lipat Dengan Konstruksi yang Berbeda. Prosiding. Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan. Pengembangan Iptek Perikanan dan Kelautan Berkelanjutan Dalam Mendukung Pembangunan Nasional. UNDIP. Semarang. Hal. 156- 265 ISBN 978979-704-595-1.

Kholifah N. 1998. Pengaruh Pikatan dengan Umpan Kulit Kambing Terhadap Hasil Tangkapan Lobster Menggunakan Jaring Krendet di Perairan Baron Gunung Kidul, Yogyakarta. Skripsi (tidak dipublikasikan). Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 33 hlm.

Kingsford MJ, Lewis JM, Shanks A, Lindeman KC, Morgan SG and Pineda J. 2002. Sensory environments, larval abilities and local sef-recruitment. Bulletin of Marine Science. 70: 309-340p.

Krouse JS. 1989. Performance and Selectivity of Trap Fisheries for Crustaceans. In: Caddy, J.F. (Ed.), Marine Invertebrate Fisheries: Their Assessment and Manage ment. John Wiley and Sons, New York. 307-325p.

Kumolo D C. 2011. Kaya Raya Dari Budidaya Cacing Tanah dan Cacing Sutra. Yogya. Arta Pustaka. 88 hal.

Kusumah A. 1988. Pengaruh Angin dan Tinggi Letak Feromon Kelamin terhadap Tangkapan Ngengat Umbi Kentang di Dalam gudang. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Jurusan Entomologi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 38 hal.

Lee PG and Meyers SP. 1996. Chemoattraction and Feeding Stimulation in Crustaceans. Aquaculture Nutrition. 2: 157-164p.

Lee PG. and Meyers SP. 1996a. Chemoattraction and feeding stimulation. In: Crustacean Nutrition (D’ Abramo, L., Conklin, D. & Akiyama. D. eds). World Aquaculture Society, Baton Rouge, LA. (in press).

Lokkeborg S. 1990. Rate of release of potential feeding attractants from natural and artificial bait. Fish.. Res., 8,253-261.

Mackie AM, Grant PT, Shelton RGJ, Hepper BT and Walne PR. 1978. The relative efficiencies of natural and artificial baits for the lobster, Homarus gammarus : laboratory and field trials. J. Cons. Int. Explor. Mer. 39 (2): 123-129p.

Martasuganda S. 2003. Bubu (Trap) : Serial Teknologi Penangkapan Ikan Berwawasan Lingkungan. Departemen Pemanfaatan sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 69 hal.

Mattjik A.A. dan I.M. Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan MINITAB. Jilid 1. Edisi ke-2:Juli 2006. IPB Press. 334 hal

Mawardi W. 1999. Bubu Sayap (Basket Trap with Wings) an Environmental Friendly of Reef Fishes Fishing Gear. Proceeding of The 3rd JSPS International Seminar on Fisheries Science in Tropical Area. Bali.

Mawardi W. 2000. Study on Three Different Types of Funnel on Catch Composition of Ornamental Fish Using Bubu Sayap (Basket Trap with Wings) in Belebuh Bay, Lampung. Proceeding of The JSPS International Symposium on Fisheries Science in Tropical Area. Bogor.

Mead KS and Weatherby TM. 2002. Morphology of stomatopod chemosensory sensilla facilitates fluid sampling. Invertebrate Biology 121(2): 148-157p. Meenakumari B and Rajan KVM. 1985. Studies on Materials for Traps for

Spiny Lobsters. Fisheries Research. Elsevier B.V. All rights reserved. Volume 3 : 309–321p.

Miller RJ. 1990. Effectiveness of Crab and Lobster Traps. Canadian Journal of Fisheries and Aquatic Science. Ottawa, Canada. Volume 47, No. 4, April. 1228-1251p.

Miller R.J and R.S. Rodger. 1996. Soak times and fishing strategy for American lobster. Elsevier Science. Fisheries Research 26:p.199-205.

Monintja DR dan Budihardjo S. 1982. Suatu Studi Komparatif Terhadap Lobster Pot Tipe Jepang dan Bubu Tradisional dalam Penangkapan Udang Barong (Panulirus spp.) di Pelabuhanratu, Jawa Barat. Buletin Perikanan. Vol 1 No. 2. Hal 1-9.

Montgomery S.S. 1992. Size at first maturity and at onset of breeding in female

Jasus verreauxi (Decapoda: Palinuridae) from New South Wales Water,

Australia. Australian Journal Marine Freshwater Research. 43, 1373-9. Moosa MK dan Aswandy I. 1984. Udang Karang (Panulirus sp) dari Perairan

Indonesia. Proyek Studi Pengembangan Alam Indonesia, Studi Hayati Potensi Ikan, Lembaga Oseanografi Nasional, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 41 hlm.

Munadi A. 2006. Analisis Sekresi untuk Tujuan Pengumpulan Ikan Hiu dalam Penangkapan Ikan. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 82 hal.

Nedelec C and Prado J. 1990. Definition and Classification of Fishing Gear Categories. Rome:FAO. 235p.

Pardamean R. 2002. Volume Pengembangan dan Palatabilitas Kerupuk Tapioka dengan Penambahan Tepung Cacing Tanah (Lumbricus rubellus). Skripsi (Tidak Dipublikasikan). Program Studi Teknologi Hasil Ternak. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. 40 hlm.

Phillips B.F. and S.J.Cobb. 1980. The Biology and Management of Lobster. Ecology and Management Vo. II. Academic Press Inc. (London) Ltd. 385p.

Phillips BF, Morgan GR, and Austin CM. 1980. Synopsis of Biological Data on the Western Rock Lobster Panulirus cygnus (George, 1962). Food and Agricultural Organization of the United Nation. Rome. 64p.

Prasetyani. 2001. Analisa Pengaruh Fase Bulan Terhadap Pola Penyebaran dan Aktivitas Lobster (Panulirus sp) pada Bulan Juli – Agustus di Perairan Selatan Kabupaten Kebumen. Skripsi (tidak dipublikasikan). Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 43 hal.

Purbayanto A, Husni E, Susanto A. 2006b. Hasil Tangkapan Bubu Laut Dalam di Teluk Palabuhanratu, Jurnal Ilmiah Pertanian Gakuryokushi, Vol. XII No. 2 Juli 2006 Hal. 208-212 ISSN 0853-7674

Purbayanto A, Mawardi W, Husni E, Riyanto M. 2006c. Eksplorasi Sumberdaya Ikan Laut Dalam Menggunakan Bubu di Teluk Palabuhanratu, Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap. Dept. PSP FPIK IPB, Agustus 2006 Hal. 290-302 ISBN 979-1225-00-1.

Purbayanto A, Susanto A dan Husni E. 2006d. Pengaruh Penggunaan Umpan dan Konstruksi funnel Terhadap Hasil Tangkapan Bubu Laut Dalam di Teluk Palabuhanratu. Biota, 12 (2): 108-115.

Purbayanto A dan Subandi N. 2005. Efek paparan sianida terhadap tingkat pemutihan (bleaching) terumbu karang. Warta Pesisir & Lautan, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL-IPB), Edisi No. 2: hal. 13- 17.

Purbayanto A, Martasuganda S, Mawardi W, Mangunsukarto K dan Puspito G. 1998. Bubu Plastik Sebagai Metode Altrnatif Penangkapan Ikan Hias Ramah Lingkungan. Proc. Agri-Bioche. Symp II. Tokyo. P:121-129. Rahardjo P dan Linting ML. 1993. Penelitian Jenis Umpan Untuk Bubu Laut.

Jurnal Penelitian Perikanan Laut (77): 72 – 77.

Salthaug A. 2002. Do Triggers in Crab Traps Affect the Probability of Entry? Fisheries Research. Elsevier B.V. All rights reserved. Volume 58 : 403– 405p.

Sabine JR. 1982. The Nutritive Value of Earthworm Meal. In: Explore the World of Earthworms. Inseat Lecturer Hall, UPLB College, Laguna. Sadhori. 1985. Teknologi Penangkapan Ikan. CV. Yasaguna. Jakarta.

Shelton RGJ. 1981. How lobsters get into creels. Scott Fisheries Bulletin. 46p. Shelton RGJ and Hall WB. 1981. A comparison of the efficiency of the scottish

creel and the inkwell pot in the capture of crabs and lobsters. Fisheries Research. Vol. 1. 45-53p.

Sihombing DTH. 1999. Satwa Harapan I : Pengantar Ilmu dan Tehnologi Budidaya. Pustaka Wirausaha Muda. Bogor. 234 hlm.

Soenanto H. 2000. Budidaya Cacing Tanah (Lumbricus rubellus. Penerbit CV. Aneka. Solo.

Sopati E. 2005. Penentuan Jenis dan Peletakkan Umpan pada Jarring Krendet dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Tangkapan Lobster di Teluk Pelabuhanratu, Jawa barat. [Skripsi] tidak dipublikasikan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 57 hlm.

Steullet P, Dudar O, Flavus T, Zhoe M and Derby CD. 2001. Selective ablation of antennulear sensila on the Caribbean spiny lobster Panulirus argus suggest that dual antennular chemosensory pathways mediate odorant activation of searching and localization of food. The Journal of Experimental Biology 204: 4259-4269p.

Subani W dan Barus HR. 1989. Alat Penangkap Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jornal Penelitian Perikanan Laut. Yakarta. Departemen Pertanian, Balai Penelitian Perikanan Laut. 248 hlm.

Subani W. 1978. Perikanan Udang Barong (spiny lobster) dan Prospek Masa Depannya. Prosiding Seminar ke II Perikanan Udang 15-18 Maret 1977. Lembaga Penelitian Perikanan Laut. Badan Penelitian Pengembangan Perikanan, Jakarta. Hal 39-53.

Suman A, Rizal M dan Subani W. 1993. Status Perikanan Udang Karang di Perairan Pangandaran, Jawa Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 81. Jakarta. Hal : 1-7.

Thomas HJ. 1973. A Comparison of Some Methods Used in Lobster and Crab Fishing. Scooish fisheries information pamphlets. 4th Edition. Marine Laboratory, Aberden. Department of Agriculture and Fisheries for Scotland. 19p.

Trapido-Rosenthal HG, William ES and Gleeson RA. 1990. Ectonucleotidase Activities Associated with the Olfactory Organ of the Spiny Lobster. International Society for Neurochemistry. Raven Press, Ltd., New York. Journal of Neurochemistry. 55: 88-96p.

Wahyudi I., N Probosunu, Supardjo S.D., dan Soeparno. 2010. Studi Efektivitas Jenis Umpan Krendet Pada Penangkapan Lobster (Panulirus spp.). Jurnal Krustasea Indonesia. September 2010. Jilid 1. No. 2: hal.82-89.

Walpole RE. 1995. Pengantar Statistik. Sumantri B, penerjemah. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Terjemahan dari : Introduction to Statistics. 515 hlm.

Williams AB. 1986. Lobster – Identification, World Distribution, and US Trade. Marine Fisheries Review, National Marine Fisheries Service Vol. 48 No.2.

Williams AB. 1988. Lobster of the World. Osprey Books, New York, USA. 186p.

Zulkarnain, M.S. Baskoro, S. Martasuganda, dan D.R.Monintja. 2011. Pengembangan Desain Bubu Lobster yang Efektif. Buletin PSP. Vol. XIX. No.2. Hal. 45-57.

Lampiran 1 Data respon hasil tangkapan 3 jenis bubu lipat dengan umpan tembang

TRIP 1 Set : 17.16 – 17.43/5 Juli 2011 Haul : 6.32 – 6.53/6 Juli 2011 T : 26 ; 25; 26 S: 33 ; 34 ; 34

No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total

Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram

1 S Ikan Panulirus homarus 1 60 1 60

2 S Ikan Panulirus homarus 1 85 1 85

3 MPS Ikan Panulirus homarus 1 60 1 60

4 MPS Ikan Portunus pelagicus 1 40 1 40

4 MPA Ikan Charybdis natator 1 65 1 65

Total 3 205 2 105 5 310 Lobster 3 ekor S ikan 2 bubu MPS ikan 1 bubu Total 5 S Ikan 2 bubu MPS ikan 2 bubu

Lampiran 1 (Lanjutan)

TRIP 2 Set : 17.10 – 16.32/6 Juli 2011 Haul : 6.12 – 6.25/7 Juli 2011 T : 25 ; 26 ; 26 S: 34 ; 34 ; 34

No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total

Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram

1 S Ikan Panulirus homarus 2 150 2 150

2 MPS Ikan Panulirus homarus 1 40 1 40

3 S Ikan Charybdis natator 1 65 1 65

4 MPS Ikan Charybdis natator 1 45 1 45

Total 3 190 2 110 5 300 Lobster 2 ekor S ikan 1 bubu MPS ikan 1 bubu Total 4 S Ikan 2 bubu MPS ikan 2 bubu

Lampiran 1 (Lanjutan)

TRIP 3 Set : 17.16 – 17.43/7 Juli 2011 Haul : 6.32 – 6.53/8 Juli 2011 T : 26 ; 26 ; 26 S: 34 ; 34 ; 34

No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total

Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram

1 S Ikan Charybdis natator 1 65 1 65

2 MPS Ikan Charybdis natator 1 70 1 70

Total 0 0 2 135 2 135

Lobster 0 ekor

Total 2

S Ikan 1 bubu

Lampiran 1 (Lanjutan)

TRIP 4 Set : 17.06 – 17.33/9 Juli 2011 Haul : 6.12 – 6.34/10 Juli 2011 T : 26 ; 25 ; 26 S: 34 ; 34 ; 34

No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total

Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram

1 S Ikan Panulirus homarus 2 110 2 110

2 MPS Ikan Panulirus homarus 1 70 1 70

3 S Ikan Charybdis natator 2 155 2 155

4 MPS Ikan Portunus pelagicus 1 35 1 35

Total 3 180 3 190 6 370 Lobster 3 ekor S ikan 2 bubu MPS ikan 1 bubu Total 4 S Ikan 2 bubu MPS ikan 2 bubu

Lampiran 1 (Lanjutan)

TRIP 5 Set : 17.55 – 16.20/10 Juli 2011 Haul : 6.32 – 7.05/11 Juli 2011 T : 25 ; 26 ; 26 S: 33 ; 34 ; 34

No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total

Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram

1 S Ikan Panulirus homarus 1 140 1 140

2 S Ikan Lobster mutiara (Panulirus ornatus) 1 120 1 120

3 S Ikan Epinephelus manuculatus 1 450 1 450

4 MPS Ikan Portunus pelagicus 1 100 1 100

Total 2 260 2 550 4 810 Lobster 2 ekor S ikan 2 bubu Total 4 S Ikan 3 bubu MPS ikan 1 bubu

Lampiran 1 (Lanjutan)

TRIP 6 Set : 17.12 – 17.43/11 Juli 2011 Haul : 7.05 – 7.30/12 Juli 2011 T : 26 ; 26 ; 26 S: 33 ; 34 ; 34

No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total

Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram

1 MPS Ikan Panulirus homarus 1 110 1 110

2 S Ikan Portunus sanguinolentus 1 60 1 60

3 MPS Ikan Charybdis natator 1 70 1 70

Total 1 110 2 130 3 240 Lobster 1 ekor MPS ikan 1 bubu Total 3 S Ikan 1 bubu MPS ikan 2 bubu

Lampiran 1 (Lanjutan)

TRIP 7 Set : 17.00 – 17.23/12 Juli 2011 Haul : 6.31 – 7.03/13 Juli 2011 T : 26 ; 27 ; 26 S: 34 ; 34 ; 34

No Jenis Bubu Umpan Lobster By-cath Total

Jenis ekor gram Jenis ekor gram ekor gram

1 S Ikan Charybdis natator 1 25 1 25

Dokumen terkait