• Tidak ada hasil yang ditemukan

Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Dalam dokumen PROSES PEMBUATAN BIOBRIKET DAN ASAP CAIR (Halaman 29-119)

BAB II. KEGIATAN PEMBELAJARAN

5. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

o Progres Pembelajaran :

Proses Pembuatan dan Pengujian Biobriket dan Asapcair

Nama Peserta : ………

Sekolah Asal : ………

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar Skor Standar Skor yang dicapai Keterangan (L/ TL) 1. Membuat Bio Briket Arang Tempurung 1.4. Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu

1.5. Menyiapkan Bahan

Baku

1.6. Melaksanakan proses pembuatan bio briket

30 30 40 ………. ………. ………. Jumlah Skor 100 ………. ………. 2. Membuat

Asap Cair dari Proses Pengarangan Tempurung

2.4. Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu 2.5. Menyiapkan Bahan Baku 2.6. Melaksanakan proses

pembuatan asap cair

30 30 40 ………. ………. ………. Jumlah Skor 100 ………. ………. 3. Melakukan Pengujian hasil Bio Briket Arang tempurung 3.4. Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu 3.5. Menyiapkan Bahan Baku 3.6. Melakukan pengujian

hasil bio briket tempurung kelapa 30 30 40 ………. ………. ………. Jumlah Skor 100 ………. ………. 4. Melakukan Pengujian hasil asap cair/ pyrolisis 4.4. Menyiapkan Peralatan utama dan alat batu 4.5. Menyiapkan Bahan Baku 4.6. Melakukan pengujian

30

30

……….

30

hasil asap cair dari proses pengarangan tempurung kelapa 40 ………. Jumlah Skor 100 ………. ………. Cimahi, ……… 2013 Penilai ……….. NIP. ………

B. KEGIATAN BELAJAR 2. PEMBUATAN ASAP CAIR 1. Uraian Materi

a. Pendahuluan

Pengasapan telah lama dikenal sebagai salah satu tahapan dalam pengolahan produk pangan. Tujuan semula dari pengasapan adalah menghambat laju kerusakan produk. Namun dalam perkembangannya tujuan pengasapan tidak hanya itu, tetapi lebih ditujukan untuk memperoleh kenampakan tertentu pada produk asapan dan citarasa asap pada bahan makanan. Astuti (2000) mengemukakan bahwa penggunaan asap cair lebih menguntungkan daripada menggunakan metode pengasapan lainnya karena warna dan citarasa produk dapat dikendalikan, kemungkinan menghasilkan produk karsinogen lebih kecil, proses pengasapan dapat dilakukan dengan cepat dan bisa langsung ditambahkan pada bahan selama proses. Pengasapan diperkirakan akan tetap bertahan pada masa yang akan datang karena efek yang unik dari citarasa dan warna yang dihasilkan pada bahan pangan.

Asap cair dapat diperoleh dengan cara pirolisis tempurung kelapa kemudian dilakukan kondensasi. Untuk aplikasi asap cair, perlu dilakukan pemisahan komponen tar, karena terikutnya komponen ini dapat memberikan kenampakan yang jelek. Salah satu cara untuk memisahkan tar adalah dengan perlakuan destilasi untuk memperoleh sifat organoleptik yang diinginkan. Menurut Yuwanti dkk (1999) proses destilasi terhadap asap cair juga dapat menghilangkan senyawa yang tidak diinginkan dalam asap cair seperti hidrokarbon karsinogen dan residu tar.

Asap cair mengandung berbagai senyawa yang terbentuk karena terjadinya pirolisis tiga komponen kayu yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin.

Lebih dari 400 senyawa kimia dalam asap telah berhasil diidentifikasi. Komponen-komponen tersebut ditemukan dalam jumlah yang bervariasi tergantung

31 jenis kayu, umur tanaman sumber kayu, dan kondisi pertumbuhan kayu seperti iklim dan tanah. Komponen-komponen tersebut meliputi asam yang dapat mempengaruhi citarasa, pH dan umur simpan produk asapan; karbonil yang bereaksi dengan protein dan membentuk pewarnaan coklat dan fenol yang merupakan pembentuk utama aroma dan menunjukkan aktivitas antioksidan (Astuti, 2000).

Selain itu Fatimah (1998) menyatakan golongan-golongan senyawa penyusun asap cair adalah air (11-92 %), fenol (0,2-2,9 %), asam (2,8-9,5 %), karbonil (2,6-4,0 %) dan tar (1-7 %).

Kandungan senyawa-senyawa penyusun asap cair sangat menentukan sifat

organoleptik asap cair serta menentukan kualitas produk pengasapan. Komposisi

dan sifat organoleptik asap cair sangat tergantung pada sifat kayu, temperatur

pirolisis, jumlah oksigen, kelembaban kayu, ukuran partikel kayu serta alat pembuatan asap cair (Girard, 1992).

Diketahui pula bahwa temperatur pembuatan asap merupakan faktor yang paling menentukan kualitas asap yang dihasilkan. Darmadji dkk (1999) menyatakan bahwa kandungan maksimum senyawa-senyawa fenol, karbonil, dan asam dicapai pada temperatur pirolisis 600 oC. Tetapi produk yang diberikan asap cair yang dihasilkan pada temperatur 400 oC dinilai mempunyai kualitas organoleptik yang terbaik dibandingkan dengan asap cair yang dihasilkan pada temperatur pirolisis yang lebih tinggi.

Adapun komponen-komponen penyusun asap cair meliputi: o Senyawa fenol

Senyawa fenol diduga berperan sebagai antioksidan sehingga dapat memperpanjang masa simpan produk asapan.

Kandungan senyawa fenol dalam asap sangat tergantung pada temperatur pirolisis kayu. Menurut Girard (1992), kuantitas fenol pada kayu sangat bervariasi yaitu antara 10-200 mg/kg Beberapa jenis fenol yang biasanya terdapat dalam produk asapan adalah guaiakol, dan siringol.

Senyawa-senyawa fenol yang terdapat dalam asap kayu umumnya hidrokarbon aromatik yang tersusun dari cincin benzena dengan sejumlah gugus hidroksil yang terikat. Senyawa-senyawa fenol ini juga dapat mengikat gugus-gugus lain seperti aldehid, keton, asam dan ester (Maga, 1987).

32 HO H3CO Guaiakol OCH3 HO H3CO Siringol o Senyawa karbonil

Senyawa-senyawa karbonil dalam asap memiliki peranan pada pewarnaan dan citarasa produk asapan. Golongan senyawa ini mepunyai aroma seperti aroma karamel yang unik. Jenis senyawa karbonil yang terdapat dalam asap cair antara lain adalah vanilin dan siringaldehida.

HO H3CO Vanilin C O H HO H3CO C O H OCH3 Siringaldehida o Senyawa asam

Senyawa-senyawa asam mempunyai peranan sebagai anti bakteri dan membentuk citarasa produk asapan. Senyawa asam ini antara lain adalah asam asetat, propionat, butirat dan valerat.

o Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis

Senyawa hidrokarbon polisiklis aromatis (HPA) dapat terbentuk pada proses pirolisis kayu. Senyawa hidrokarbon aromatik seperti benzo(a)pirena merupakan senyawa yang memiliki pengaruh buruk karena bersifat karsinogen (Girard, 1992).

Girard (1992) menyatakan bahwa pembentukan berbagai senyawa HPA selama pembuatan asap tergantung dari beberapa hal, seperti temperatur pirolisis, waktu dan kelembaban udara pada proses pembuatan asap serta kandungan udara dalam kayu.

33 Dikatakan juga bahwa semua proses yang menyebabkan terpisahnya partikel-partikel besar dari asap akan menurunkan kadar benzo(a)pirena. Proses tersebut antara lain adalah pengendapan dan penyaringan.

o senyawa benzo(a)pirena

Benzo(a)pirena mempunyai titik didih 310 oC dan dapat menyebabkan kanker kulit jika dioleskan langsung pada permukaan kulit. Akan tetapi proses yang terjadi memerlukan waktu yang lama (Winaprilani, 2003).

Untuk mendapatkan biobriket dan asap cair yang berkualitas maka harus kita persiapkan beberapa sarana pendukung yang berkualitas dan memadai pula. Banyak peralatan pencetak biobriket dan asap cair dengan spesifikasi dan kapasitas bervariasi yang beredar di pasaran dengan berbagai merk produk yang bermacam-

macam pula.

Mesin produksi biobriket dan asap cair ini merupakan satu unit mesin pengolah limbah tempurung kelapa secara terpadu sehingga diharapkan dalam sekali proses kita mendapatkan hasil secara terpadu pula. Dengan demikian kita peralatan ini dapat berfungsi secara optimal dengan memberikan keuntungan ganda disamping tentu saja pertimbangan komponen bahan yang ekonomis.

Peralatan produksi yang digunakan untuk memproses bahan baku tempurung kelapa menjadi briket dan asap cair terdiri dari beberapa unit mesin, yaitu:

 Mesin Pengeringan Tempurung  Mesin Pembakaran

 Mesin Penepungan  Mesin Pencetakan

 Mesin Destilasi dan Penyaringan  Mesin Pengemasan

34 Gambar 2.1. Alat Destilasi Lab Pemroses Asap Cair

Secara umum proses pembuatan biobriket dan asap cair seperti alur pada bagan berikut:

35

DIAGRAM PROSES PEMBUATAN BIOBRIKET DAN ASAP CAIR

36  Proses Pirolisis

Pirolisis adalah degradasi limbah organik secara thermal dalam kondisi tanpa oksigen untuk menghasilkan arang karbon, minyak dan gas yang dapat dibakar. Besarnya produk yang akan dihasilkan dipengaruhi kondisi proses, terutama temperatur dan laju pemanasan. Perbedaan utama pirolisis, gasifikasi dan insinerasi: jumlah oksigen yang disuplai ke rekator thermal.

Temparatur relatif rendah, yaitu dalam rentang 400-800C. Kondisi proses yang bervariasi mengakibatkan perbedaan produk arang, gas atau minyak yang dihasilkan.

Panas disuplai melalui pemanasan tidak langsung, seperti pembakaran dari gas atau minyak, atau pemanasan langsung menggunakan transfer gas panas. Pirolisis memiliki kelebihkan dalam menghasilkan gas atau produk minyak dari limbah yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk proses pirolisis itu sendiri.

b. Pirolisis dari limbah domestik (sampah kota) menghasilkan:  35% produk arang

 kadar abu hingga 37%

c. Pirolisis dengan laju pemanasan yang lambat terhadap limbah ban akan menghasilkan:

 Arang hingga 50%  kadar abu sekitar 10%  Pemanfaatan arang:

37 Digunakan langsung sebagai bahan bakar

Dipadatkan menjadi briket bahan bakar

Digunakan sebagai bahan adsorpsi seperti karbon aktif .  Proses Pirolisis

Proses pembakaran bahan baku tempurung kelapa menjadi arang tempurung dan asap cair dengan menggunakan tungku pirolisis, adapun langkah-langkah adalah sebagai berikut:

 Pada waktu pengisian bahan baku diusahakan tempurung kelapa terisi penuh di dalam reaktor dengan menggunakan balok kayu untuk memadatkan tempurung di dalam reaktor pirolisis.

 Reaktor ditutup rapat setelah terisi penuh dengan tempurung kelapa. Untuk mencegah asap keluar dari reaktor pirolisis.

 Untuk proses pembakaran disediakan bahan bakar sekitar 40 – 50 kg tempurung untuk membakar 120 kg tempurung yang akan dijadikan briket.  Pada saat proses pembakaran suhu pirolisis dikontrol melalui alat kontrol

temperatur yang terpasang diatas reaktor pirolisis. Selama proses pembakaran suhu dijaga sekitar 300-400 o C.

 Kran pada separator / penampung tar harus dibuka 5-10 menit per jam karena untuk mencegah cairan tar mengeras didalam pipa. Disamping itu untuk mencegah terjadinya tekanan tinggi pada reaktor pirolisis.

 Setelah 5 – 6 jam dimana asap cair tidak keluar dari kondensor maka proses pirolisis dianggap sudah selesai.

 Setelah proses pirolisis selesai tempurung (sisa pembakaran) yang digunakan sebagai bahan bakar kemudian dapat dikeluarkan dan dimatikan dengan menggunakan air.

 Arang hasil pirolisis yang ada didalam reaktor didiamkan terlebih dahulu selama 2 jam kemudian dikeluarkan dan digiling.

a. Proses Pembuatan Asap Cair 1) Penangkapan Asap Cair

Pada saat proses pirolisis berlangsung sekitar 4-6 jam, asap cair akan keluar dan masih mengandung gas metan dan tar, disalurkan melalui pipa diameter 3 cm ke tangki penampung asap. Asap akan mulai mengembun

38 menjadi cairan pada drum kondensor. Jadilah asap cair sebanyak 55 liter. Asap cair yang dihasilkan masih berupa asap cair grade C (masih mengandung tar sehingga warna coklat pekat) dengan kadar pH 4-5.

2) Pemisahan Tar

Pada saluran pipa asap cair ini tar berupa larutan hitam pekat yang mirip dengan oli di tangkap melalui separator kemudian ditampung pada bak penampungan tar. Yang dibuka 5 - 10 menit setiap satu jam proses.

3) Proses Recycle Gas Metan

Dari tangki penampung asap cair terdapat asap yang mengembun menjadi cairan dan gas yang masih belum terkondensasi berupa gas metan yang selanjutnya masih dapat dimanfaatkan dengan cara dibakar dan disalurkan kembali ke bawah reaktor untuk membantu bahan bakar pirolisis.

4) Pemisahan Asap Cair Grade C dengan tar

Asap cair ditampung pada tabung pemurnian untuk diproses menjadi asap cair murni grade A dan B (tidak mengandung gas metan dan tar). Hal ini dapat dilakukan melalui proses pengendapan asap cair grade C selama minimal satu minggu, untuk mengendapkan tar. Asap cair yang telah terpisah oleh tar disaring dengan Zeolit aktif, proses selanjutnya asap cair grade C dilakukan dilakukan destilasi untuk pemurnian.

5) Pemurnian Asap Cair Grade C menjadi Grade A dan B (proses destilasi)

Pada proses detilasi diusahakan suhu awal mencapai 250 C selama 3 jam (grade B) dengan warna agak kecoklatan dan kadar PHA yg masih cukup tinggi. Kemudian perlahan lahan diturunkan sampai dengan 120 C. Selama suhu 120 C proses destilasi sebaiknya dipertahankan selama 5 jam (grade A) dengan warna coklat muda agak bening dengan kadar PHA yang sangat sedikit. Kedua proses diatas dilakukan untuk volume asap cair sebanyak 55 liter, pada penurunan temperatur hasil asap cair akan semakin baik dimana larutan asap cair akan semakin bening dan kadar tar sudah habis begitu juga dengan kadar benzoapyrene/Polycyclic Hidrocarbon Aromatic (PHA).

39 .

6) Pengemasan dan Pemanfaatan Asap Cair

Asap Cair kemudian disimpan dalam penampungan untuk siap dikemas sesuai dengan gradenya masing-masing.

 Tungku Pirolisis

Alat yang digunakan untuk pembakaran tempurung (pengarangan) menggunakan tungku pirolisis, agar hasil arang karbon bisa sempurna dan juga bisa didapatkan hasil lain berupa asap cair, dan gas methan. Untuk lebih jelasnya , Anda perhatikan pembahasan berikut ini.

Bagan Dapur Pirolisis Arang Tempurung dan Kondensasi Asap Cair

Gambar 2.3. Bagan Dapur Pirolisis Arang Tempurung dan Kondensasi Asap Cair

garis sambung garis asli tutup outlet fire exhaust s/s dia. 4" flange 2"-304-JIS plate s/s JIS-304 3mm Detail sambungan knee dia. 2" pipa s/s dia.2" flange 2"-304-JIS reducer 2-1/2" Detail sambungan knee dia. 2" flange 1/2"-304-JIS s/s 1/2" s/s dia. 4"

stop kran s/s dia. 1/2"

besi siku 5/5 s/s dia. 1/2" drum dia.60 besi dia 12 drain out drain in besi siku 5/5 double plat s/s#3mm

40 Gambar 2.4. Metode Recycling Gas Metan untuk Pembakaran

Keterangan Gambar: (1) Tabung pirolisis

Tempat menampung semua bahan tempurung/kayu/serbuk gerjen yang akan dijadikan arang melalui proses pirolisis.

(2) Tungku pembakaran

Tungku pembakaran berfungsi untuk membakar semua bahan yang akan dibakar dalam tabung pirolisis.

(3) Lubang udara

Lubang udara berfungsi untuk sirkulasi udara selama proses pembakaran agar panas yang dihasilkan bisa merata

(4) Lubang bahan bakar

Lubang bahan bakar berfungsi untuk keluar masuknya semua bahan bakar yang digunakan selama proses pembakaran.

(5) Pengukur suhu

Pengukur suhu adalah alat yang berfungsi untuk mengatur suhu selama proses pembakaran dalam tungku agar lebih stabil sehingga proses

41 pengarangan menjadi lebih sempurna.

(6) Tabung kondensasi

Tabung kondensasi berfungsi untuk mendinginkan asap/gas agar menjadi zat cair sehingga mempermudah dalam penyimpanan.

(7) Blower

Blower berfungsi untuk mendorong agar asap dapat mengalir secara cepat dan lancar dalam tempat penampungan.

(8) Penampung tar

Penampung tar adalah alat yang digunakan untuk menampung tar yang keluar selama proses pengarangan mengggunakan pirolisis.

(9) penampung bio-oil

Penampung bio-oil adalah tempat untuk menampung asap cair yang dihasilkan dalam proses pengarangan dengan pirolisis.

(10) Pengukur tekanan

Pengukur tekanan merupakan peralatan yang mendukung dalam pengarangan menggunakan tabung pirolisis, berfungsi untuk mengukur tekanan agar tetap stabil.

(11) pipa gas recycle

Pipa gas recycle merupakan alat pendukung tabung pirolisis, berfungsi untuk merecycle semua bahan gas yang dihasilkan selama proses pengarangan dan digunakan sebagai tambahan bahan bakar.

(12) pipa bio-oil

Pipa bio-oil merupakan alat pendukung tabung pirolisis, berfungsi untuk mengalirkan bio-oil yang diperoleh selama proses pengarangan dalam pirolisis.

 Karakteristik Umum Alat

Mesin pembuatan biobriket mengolah 120 kg tempurung kelapa dengan kadar air 15-20% hingga menghasilkan kira-kira 40 kg biobriket berukuran silinder dengan diameter 3.5 cm tinggi 6 cm dan diameter lubang 0.5 cm setiap potongnya, asap cair grade C sebanyak 50 liter dan tar 3 lt serta gas methan yang digunakan sebagai bahan bakar tambahan. Mesin ini terdiri dari beberapa bagian yang dapat diintegrasikan atau terpisah sesuai dengan tahapan pekerjaan, yaitu:

42 a. Proses Pirolisis untuk pembuatan arang tempurung kelapa dengan

menggunakan tabung pirolisis dengan blower gas methan sebagai bahan bakar tambahan. Proses pirolisis berlangsung selama 4-6 jam pada suhu 300-400o C.

b. Proses kondensasi untuk menghasilkan tar, gas methan dan asap cair grade C yang dilakukan dengan menggunakan tabung kondensator dengan air bersuhu 23-250 C yang disirkulasi menggunakan pompa air.

c. Proses destilasi untuk merubah asap cair grade C menjadi grade lebih tinggi dilakukan proses dehidrasi menggunakan zeolit aktif untuk menyerap air. Setelah itu asap cair tersebut dimurnikan menjadi grade B atau grade B menjadi grade A dengan menggunakan tabung destilator yang suhunya dapat diatur antara 120-250oC.

 Karakteristik Khusus Alat

Instalasi Pirolisator dan Kondensator Tempurung Kelapa

43 Reaktor pirolisis berdiameter 750 mm, tinggi 1040 cm dan kerucut dengan ketinggian 323 mm serta ketebalan plat 3 mm stainless steel. Konstruksi pirolisis ini dilengkapi dengan exhaust valve untuk menjaga tekanan dalam reaktor dan fire exhaust dengan diameter 4 inchi dan tempat termometer untuk mengukur suhu dalam reaktor. Dibawah reaktor ditempatkan ruang untuk pembakaran dengan ukuran kaki reaktor yang terbuat dari siku 5/5 dan tinggi 440 mm, lebar 750mm.

Proses pirolisis berlangsung selama 4-6 jam pada suhu 300-400o C yang diukur dengan termometer payung. Pengaturan suhu dilakukan dengan mengontrol cara pembakaran dengan bahan tempurung kelapa. Hasil yang diperoleh dari proses pirolisis ini adalah arang tempurung kelapa, asap cair dan gas methan.

Untuk mengalirkan gas asap cair ke drum kondensor menggunakan pipa diameter 2 Inchi dengan kemiringan 300 pada lekukan separator. Pipa ini menggunakan flange 2” unruk menghubungkan antara reaktor dengan drum kondensor dan juga flange 0.5” untuk menghubungkan dengan pipa separator

Separator dibuat dari bahan stainless diameter 4” denan ketinggian 200 mm yang dilengkapi dengan stop kran diameter 0.5” untuk mengeluarkan tar. Pengolahan asap cair grade C dilakukan dengan menggunakan drum kondensator dengan air yang bersirkulasi. Untuk memisahkan tar dilakukan menggunakan sparator yang dipasang pada saluran sebelum masuk tabung kondensator.

Kondensator terbuat dari bahan stainless dengan ukuran diameter 600 mm dan tinggi drum 880 mm. Dengan pipa kondensor diameter 0.5” tempat mengalirnya asap cair dan drum kondensor ini dilengkapi dengan pipa sirkulasi keluar masuknya air. Drum ini didukung dengan kaki yang terbuat dari besi siku 5/5 lebar kaki 667 mm dan tinggi 420 mm.

Untuk memisahkan dan memanfaatkan gas methan dilakukan dengan menyambung saluran keluar tabung kondensator dengan pipa yang mengarah ke atas dan kemudian menghubungkannya dengan tabung pirolisis melalui blower. Asap cair grade C diperoleh dengan memasang penampung asap cair pada saluran keluar tabung kondensator yang mengarah ke bawah. Penampungan asap cair terbuat dari bahan stainless dengan kapasitas 60 liter.

44  Proses Destilasi

Distilasi adalah suatu proses yang di dalamnya suatu cairan atau uap campuran dari dua atau lebih substansi dipisahkan ke dalam fraksi-fraksi komponennya dengan kemurnian yang diinginkan melalu pemakaian atau pelepasan kalor.

Pemisahan komponen dari campuran cairan melalui distilasi tegantung atas perbedaan titik didih masing-masing komponen. Juga, tergantung atas konsentrasi komponen yang ada, campuran cairan akan memiliki karakteristik titik didih yang berbeda. Karenanya, proses distilasi tergantung atas karakteristik tekanan uap campuran cairan.

Tekanan uap suatu cairan pada suhu tertentu merupakan tekanan kesetimbangan yang dilakukan oleh molekul-molekul yang keluar dan masuk permukaan cairan. Berikut beberapa butir penting melihat tekanan uap:

o masukan energi menaikkan tekanan uap o tekanan uap terkait dengan pendidihan.

o Suatu cairan dikatakan “ mendidih” bilamana tekanan uapnya sama dengan tekanan sekitarnya

o Kemudahan suatu cairan mendidih tergantung atas volatilitasnya

o Cairan dengan tekanan uap tinggi ( cairan volatil) akan mendidih pada suhu lebih rendah

o Tekanan uap dan titik didih campuran cairan tergantung atas jumlah relatip komponen di dalam campuran tersebut.

o Distilasi terjadi dikarenakan beda volatilitas komponen di dalam cairan campuran.

 Destilasi Asap Cair

Asap cair yang dihasilkan dari proses pirolisis dengan bahan baku tempurung kelapa masih mengandung tar dengan warna kecoklatan dan pekat, selanjutnya asap cair ini dinamakan asap cair dengan grade C yang masih perlu dimurnikan lagi untuk mendapatkan grade B dan A. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Penangkapan Asap Cair

Pada saat proses pembakaran tempurung kelapa dengan menggunakan tungku pirolisis berlangsung sekitar 4-6 jam, asap cair akan keluar dan masih mengandung gas metan dan tar, disalurkan melalui pipa diameter 3

45 cm ke tangki penampung asap. Asap akan mulai mengembun menjadi cairan pada drum kondensor. Jadilah asap cair sebanyak 50% berat tempurung terbakar atau sebanyak 55 - 60 liter. Asap cair yang dihasilkan masih berupa asap cair grade C (masih mengandung tar dengan warna coklat pekat) dengan kadar pH 4-5.

b. Pemisahan Tar

Pada saluran pipa asap cair ini tar berupa larutan hitam pekat yang mirip dengan oli di tangkap melalui separator kemudian ditampung pada bak penampungan tar. Yang dibuka 5 - 10 menit setiap satu jam proses.

c. Proses Recycle Gas Metan

Dari tangki penampung asap cair terdapat asap yang mengembun menjadi cairan dan gas yang masih belum terkondensasi berupa gas metan yang selanjutnya masih dapat dimanfaatkan dengan cara dibakar dan disalurkan kembali ke bawah reaktor untuk menambah bahan bakar pirolisis.

d. Pemisahan Asap Cair Grade C dengan tar

Asap cair ditampung pada tabung pemurnian untuk diproses menjadi asap cair murni grade A dan B (tidak mengandung gas metan dan tar). Hal ini dapat dilakukan melalui proses pengendapan asap cair grade C selama minimal satu minggu, untuk mengendapkan tar. Asap cair yang telah terpisah dengan tar disaring menggunakan Zeolit aktif, proses selanjutnya asap cair grade C dilakukan proses destilasi untuk pemurnian.

 Pemurnian Asap Cair Grade C menjadi Grade A dan B (proses destilasi). Pada proses detilasi diusahakan suhu awal mencapai 250 C selama 3 jam (grade B) dengan warna agak kecoklatan dan kadar PHA yg masih cukup tinggi. Kemudian perlahan lahan diturunkan sampai dengan 120 C. Selama suhu 120 C proses destilasi sebaiknya dipertahankan selama 5 jam (grade A) dengan warna coklat muda agak bening dengan kadar PHA yang sangat sedikit. Kedua proses diatas dilakukan untuk volume asap cair sebanyak 55 liter, pada penurunan temperatur hasil asap cair akan semakin baik dimana larutan asap cair akan semakin bening dan kadar tar sudah habis begitu juga dengan kadar benzoapyrene/Polycyclic Hidrocarbon Aromatic (PHA).

46  Instalasi Pemurnian Asap Cair (Destilasi)

Gambar 2.6. Alat Destilasi di Lapangan/ Produksi

Untuk menghasilkan asap cair grade B dilakukan melalui proses dehidrasi dan destilasi. Proses dehidrasi dilakukan dengan menggunakan zeolit yang diaduk dengan alat pengaduk manual kemudian didiamkan selama seminggu untuk memisahkan dari tar.

Proses destilasi dilakukan menggunakan alat destilasi yang terdiri dari tabung destilasi berukuran diameter 50 cm dan tinggi 60 cm dengan bahan stainless steel dan kolom destilasi setinggi kira-kira 200 cm dengan pendinginan udara.

Dalam dokumen PROSES PEMBUATAN BIOBRIKET DAN ASAP CAIR (Halaman 29-119)

Dokumen terkait