• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Pengaturan Hukum Nasional tentang Pembangunan Berkelanjutan

C.1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945

C.1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945

134

. Istilah Green

Constitution ini dapat dilihat dalam pasal 28 huruf A UUD 1945 menyatakan

bahwa “ Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya135 dan pasal 33 ayat (4) UUD 1945 yang menyatakan bahwa136

133

Syafruddin Siba, Hukum Lingkungan, Dikutip dari Bahan Kuliah Hukum Lingkungan, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, 2015

134

Jimly Asshiddiqie, Green Constitution : Nuansa Hijau UU Negara Republik Indonesia,

Tahun 1945, Jakarta, Rajawali, Pers, 2010, hlm 9

135

Indonesia, UUD 1945 pasal 28 huruf A 136

UUD 1945, Pasal 33 ayat 4

“Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.

Green Constitution ini dipandang perlu, karena dianggap peraturan

perundang-undangan yang ada sekarang ini dipandang masih belum mencukupi untuk memaksa para penentu kebijakan untuk tunduk dan mematuhi kebijakan-kebijakan di bidang lingkungan hidup. dalam pertarungan antar sektor di pemerintahan, kepentingan lingkungan hidup, dalam praktik, sering dikalahkan oleh sektor-sektor atau kebijakan-kebijakan yang lain, seperti pertambangan dan energi, kehutanan dan perkebunan, investasi, pariwisata, dan lain sebagainya137

Untuk Status Lingkungan Hidup dikaitkan dengan Hak Asasi Manusia, dalam rumusan Pasal 28 huruf H ayat (1) menyatakan bahwa “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan

. Beberapa hal penting dalam UUD 1945 tentang kekuasaan pasca perubahan keempat pada tahun 2002, yaitu mengenai konstitusionalisasi kebijakan ekonomi dan peningkatan status lingkungan hidup dikaitkan dengan hak-hak asasi manusia yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar. Pada rumusan BAB XIV UUD 1945, yang terkait dengan konstitusionalisasi kebijakan ekonomi, semula hanya berjudul “Kesejahteraan Sosial”, akan tetapi sejak perubahan keempat pada tahun 2002, menjadi “Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial”.

138

137

Jimly Asshiddiqie, Op. Cit. Hlm. 13

138

UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1)

. Akibat dari Konstitusionalisasi dari Hak Asasi Manusia dalam UUD 1945, Negara diwajibkan menjamin terpenuhinya Hak setiap orang untuk

memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat. Jadi, semua kebijakan dan tindakan pemerintahan dan pembangunan harus mengikuti ketentuan mengenai hak asasi manusia atas lingkungan hidup yang baik dan sehat139

Perancang dan Perumus Pasal UUD 1945 sebelumnya belum membayangkan apa yang kemudian akan menjadi arus utama dan pemikiran di Abad ke-21 tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan, yaitu adanya pengertian mengenai satu kesatuan ekosistem, karena itu, yang penting bukan hanya bumi dan air sebagaimana disebut dalam UUD 1945, tetapi termasuk juga udara. Dalam pasal 33 ayat (4) UUD 1945, kata “berkelanjutan” itu tersebut terkait dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Hal ini terkait dengan perkembangan gagasan tentang pentingnya wawasan, pemeliharaan, pelestarian, dan perlindungan lingkungan hidup yang sehat. Sebaliknya, prinsip pembangunan yang berkelanjutan juga harus diterapkan dalam kebijakan pembangunan berkelanjutan, sebagaimana dinyatakan oleh Jimly Asshiddiqie yaitu, tidak ada pembangunan berkelanjutan tanpa lingkungan hidup sebagai unsur utamanya, dan tidak ada wawasan lingkungan tanpa pembangunan berkelanjutan

.

140

Aktivitas ekonomi dalam masyarakat maupun kegiatan kemasyarakatan lainnya tidak boleh hanya mempertimbangkan kepentingan jangka pendek. Jika keuntungan hari ini diperoleh melalui cara-cara atau langkah-langkah dan tindakan-tindakan yang dapat merusak potensi dan daya dukung alam, maka kegiatana tersebut yang dianggap dapat memberi manfaat untuk masa kini, dapat dikatakan tidak sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Jika hal itu tercermin dalam perumusan kebijakan berarti kebijakan demikian dapat dikatakan bertentangan dengan konstitusi. Jika hal itu tercermin dalam tindakan-tindakan

.

139

Jimly Asshiddiqie, Op. Cit. Hlm 91 140

pemerintahan, maka hal demikian juga dapat dikatakan bertentangan dengan UUD 1945.

Secara konsep, pembangunan di Indonesia dimulai sejak tahun 1969 (Repelita), yang tidak dapat dilepaskan dari kebijakan ekonomi baru di Indonesia yang terkait dengan permodalan, khususnya modal asing. Sebagaimana diketahui, kebijakan ini dimulai dengan diundangkannyaa UU No. 1 Tahun 1967 tentang Modal Asing dan Undang-Undang No. 6 Tahun 1968 tentang Modal Dalam Negeri. Dalam Repelita yang pertama ini, aspek lingkungan yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan belum masuk dalam konsep pembangunan pada saat itu, dan juga karena terkait dengan permasalahan ini masih terjadi perdebatan di forum PBB karena pada mulanya masalah lingkungan yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan ini, khususnya bagi negara berkembang, dikhawatirkan akan menghambat laju pembangunan yang sedang dilaksanakan. Hal ini berlangsung hingga tahun 1972, dimana pada saat itu dicapai kesepakatan tentang hubungan antara masalah lingkungan yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan dengan pembangunan. Perkembangan ini telah mendorong dirumuskannya kembali konsep pembangunan Indonesia yang kemudian dikenal dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan (dimulai pada Repelita II, 1974)141

141

Daud Silalahi, Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan di

Indonesia, Edisi ke 3, Cet 1, Bandung, Alumni, 2001, hlm. 32-33

, dimana pada saat itu aspek lingkungan lebih ditekankan dibandingkan dengan aspek pembangunan lainnya.

C.2. Perundang-Undangan Indonesia di Bidang Lingkungan Hidup C.2. a.UU No. 4 Tahun 1982

Pengaruh dari konsep pembangunan berkelanjutan, pada tahun 1982, yaitu dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolahan Lingkungan Hidup (UUPLH 1982) dan dilanjutkan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH 1997). Baik UUPLH 1982 maupun UUPLH 1997 pada dasarnya memiliki asas dan sasaran yang sama. Demikian pula dalam hal menganai hak, kewajiban, serta peran masyarakat dalam lingkungan hidup. Hanya penekanan prinsip dan cakupannya yang berbeda. Perbedaan antara UUPLH 1982 dan UUPLH 1997 yaitu, adanya perkembangan di dunia, UUPLH 1997 telah mengadopsi prinsip-prinsip dari UNCED atau Konferensi PBB mengenai lingkungan dan pembangunan yaitu Konferensi khusus tentang lingkungan dan pembangunan yang dikenal sebagai KTT Bumi di Rio de Janeiro, Brazil.

Mengenai hubungannya dengan hak dan kewajiban masyarakat, pada dasarnya ketiga Undang-Undang tersebut memiliki prinsip-prinsip yang sama, yakni setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup. Demikian halnya dengan tujuan dan sasaran pengelolaan lingkungan hidup yang memiliki kesamaan prinsip, kecuali mengenai prinsip pembangunan berkelanjutan yang menjadi salah satu sasaran pengelolaan lingkungan hidup yang digariskan oleh UUPLH 1997 (Pasal 4 Huruf C )142

142

N.H.T, Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, ed 2, Jakarta, Erlangga, 2004, hlm 351

Menurut UUPLH 1982, dalam Pasal 3 yang hanya memuat satu asas saja, yaitu asas pembangunan berkesinambungan, yang menyatakan bahwa “Pengelolaan lingkungan hidup berasaskan pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia”143

C.2. b. UU No. 23 Tahun 1997

. Istilah pembangunan berkelanjutan tidak dinyatakan secara tersurat dalam UUPLH 1982, tetapi menggunakan istilah pembangunan yeng berkesinambungan. UU No. 4 Tahun 1982 ini sudah tidak berlaku lagi dan di cabut dengan UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Perkembangan selanjutnya UU No. 4 Tahun 1982 dicabut dan digantikan dengan UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup. dalam UU ini tidak lagi diadakan pembedaan antara pembangunan yang berwawasan lingkungan dengan pembangunan yang berkesinambungan, tetapi, UU ini menggunakan istilah baru lagi, yaitu “Pembangunan Berkelanjutan Yang Berwawasan Lingkungan Hidup”. konsideran UU no. 23 Tahun 1997 antara lain menjelaskan tentang mengapa masyarakat harus melaksanakan pembangunan berkelanjutan Yang Berwawasan Lingkungan Hidup, seperti pada pertimbangan huruf b, bahwa dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti yang diamanatkan dalam UUD 1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup, berdasarkan Pancasila, perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup berdasarkan

143

Indonesia, UU Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 4 tahun 1982, LN. No. 12 tahun 1982, TLN No. 3215, Ps 3

kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan144

Prinsip pengelolaan lingkungan hidup yang di anut oleh UUPLH 1997 sebagaimana dinyatakan dalam pasal 3

.

145

C.2. c. UU No. 32 Tahun 2009

: “Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggungjawab negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”. Ketiga prinsip diatas, yaitu prinsip tanggung jawab negara, prinsip pembangunan berkelanjutan, prinsip manfaat dengan tujuan mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan saling terkait erat dan mencerminkan kepentingan-kepentingan yang terpadu dalam berbagai dimensi. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 ini sudah tidak berlaku lagi dan di cabut dengan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Pengaturan terbaru terkait dengan pengalolaan lingkungan hidup yaitu diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) 2009. Terkait dengan isu pembangunan berkelanjutan, dapat dilihat dalam pasal 2 UUPPLH 2009, mengenai asas, tujuan, dan ruang lingkup, yang berbunyi146

144

Http://caramembuatblog2010.blogspot.co.id/2014/01/bab-ii-pembahasan-2.html?=1 diakses pada tanggal 18 November 2016, pukul 00.40 WIB

145

Indonesia, UU Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU no. 23 tahun 1997, LN No. 68 Tahun 1997, TLN. No. 3699 Ps. 3

146

Indonesia,UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 32 Tahun 2009, LN No. 140 Tahun 2009, TLN No. 5059, Pasal 2

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan asas : a. Tanggung jawab negara

b. Kelestarian dan keberlanjutan c. Keserasian dan keseimbangan d. Keterpaduan e. Manfaat f. Kehati-hatian g. Keadilan h. Ekoregion i. Keanekaragaman hayati j. Pencemar membayar k. Partisipatif l. Kearifan Lokal

m. Tata Kelola Pemerintahan yang baik n. Otonomi daerah.

Pasal 3 UUPPLH 2009 mengenai tujuan147

a. Melindungi wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup

, yang berbunyi : Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan :

b. Menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia

c. Menjamin keberlangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem

d. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup

147

e. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup

f. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan

g. Menjamin pemenuhan kebutuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia

h. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana i. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan

j. Mengantisipasi isu lingkungan global.

Berdasarkan hasil penelitian, kajian tentang Pembangunan Berkelanjutan dalam UU No. 32 tahun 2009 terdapat dalam beberapa pasal, yaitu :

1. Dalam bagian menimbang huruf b, yang berbunyi :

“bahwa pembangunan ekonomi nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar tahun 1945 diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan”148 2. Pasal 1 angka 3, yang berbunyi :

.

“ Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi, kedalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup, serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan”.

3. Pasal 1 angka 10

148

“Kajian lingkungan hidup strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif, untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program”.

4. Pasal 15 ayat 3 huruf c

“rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan, kebijakan, rencana, dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan149

5. Dalam penjelasan umum angka 1 ”.

“Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menyatakan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga negara Indonesia. Oleh karena itu, negara, pemerintah, dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lain”.

6. Penjelasan umum angka 3

“Pembangunan sumber daya alam harus selaras, serasi, dan seimbang dengan fungsi lingkungan hidup. sebagai konsekuensinya, kebijakan rencana, dan/atau program pembangunan harus dijiwai oleh kewajiban

149

melakukan pelestarian lingkungan hidup dan mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan150”.

Undang-Undang No. 32 tahun 2009 ini merupakan Hukum Positif yang mengatur masalah Lingkungan Hidup di Indonesia. Undang-Undang ini sebagai

Umberella Act” bagi Indonesia.

150

A. Kesimpulan

1. Pengaturan Hukum Internasional tentang Pembangunan Berkelanjutan dapat dilihat dari Deklarasi Stockholm yang terdapat dalam prinsip 4, 13, 15 sampai dengan prinsip 20. Kemudian dilanjut dengan Deklarasi Rio 1992, yang terdapat pada pasal 1, 4, 5, 7, 8, 12, 20, 21, 22, 24, 27. Selain itu, diatur juga dalam Konferensi-konferensi lainnya dan diatur juga dalam perjanjian-perjanjian internasional, seperti: Konvensi Keanekaragaman Hayati, Konvensi Perubahan Iklim, Protocol Cartagana, UNCLOS dan lain sebagainya.

2. Kewenangan UNEP dalam melaksanakan Program Pembangunan Berkelanjutan dalam Instrumen Hukum Internasional, tidak bersifat menyelesaikan masalah lingkungan atau membiayai badan lain untuk tugas tersebut. UNEP juga menjadi koordinator utama dalam Sistem Pembangunan Berkelanjutan untuk urusan lingkungan hidup. UNEP membantu pengembangan teknik dan sarana untuk memperhitungkan pertimbangan lingkungan kedalam pembangunan, pengambilan keputusan dibidang sosial, dan ekonomi. Selain itu, UNEP juga memiliki 3 sumber dana dalam melakukan tugasnya yang jumlahnya jauh dari mencukupi.

3. Pengaturan Hukum Nasional tentang Pembangunan Berkelanjutan dapat dilihat dalam UUD RI Tahun 1945 pada Pasal 28 A dan Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 yang memuat tentang Lingkungan Nasional. Selain

itu, dapat dilihat pada UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang terdapat pada bagian menimbang hurufb, pasal 1 ayat 3, ayat 10, Pasal 15 ayat 3 huruf c, dalam penjelasan umum angka 1, dan angka 3. Undang-Undang ini merupakan Hukum Positif yang mengatur masalah lingkungan hidup di Indonesia, dan juga merupakan “Umberella Act” bagi Indonesia.

B. Saran

1. Pengaturan Hukum Internasional mengenai Pembangunan Berkelanjutan kurang spesifik, dalam Konferensi-Konferensi yang telah diselenggarakan tidak memberikan hasil yang maksimal tentang Lingkungan Hidup Manusia, khususnya mengenai Pembangunan Berkelanjutan. Seharusnya dalam Konferensi-Konferensi Internasional tersebut lebih membahas tentang Pembangunan Berkelanjutan secara menyeluruh, sehingga pembangunan berkelanjutan dapat diterapkan pada negara-negara baik pada negara maju dan khususnya pada negara-negara berkembang.

2. Kewenangan yang telah diberikan kepada UNEP sudah sangat besar, tetapi UNEP juga memiliki kekurangan dalam melaksanakan tugasnya, Seharusnya PBB sebagai pencipta organisasi ini lebih meningkatkan kinerja UNEP, agar UNEP dapat melakukan tugasnya sendiri sebagai pelindung dan pemegang lingkungan global sehubungan dengan adanya keterbatasan pendanaan, dan personel. Selain itu, UNEP juga di harapkan lebih memberikan pengaruh pada negara-negara berkembang untuk meningkatkan pembangunan di negaranya, dengan

memperhatikan kondisi lingkungan di sekitarnya. Sedangkan bagian Ketersediaan Dana UNEP juga harus tetap dijaga dan selalu dapat diperkirakan jumlahnya dengan sangat baik.

3. Pengaturan Hukum Nasional tentang Pembangunan Berkelanjutan dalam UUD 1945 dan UU No. 32 Tahun 2009 masih kurang memberikan pandangan ataupun pengertian secara mendalam tentang Pembangunan Berkelanjutan. Seharusnya, Pemerintah lebih mengatur tentang pembangunan berkelanjutan, agar masyarakat tahu pentingnya pembangunan berkelanjutan, dan dapat memberikan pengaruh pada masyarakat untuk melakukan pembangunan berkelanjutan yang berguna bukan hanya untuk generasi sekarang, tetapi juga untuk generasi mendatang, serta agar masyarakat lebih mengetahui bagaimana pembangunan berkelanjutan yang baik, yang tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya.

INTERNASIONAL