• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNDANG-UNDANG PENGAIRAN ATAU SDA

Dalam dokumen 01-UUJK Etos Kerja (Halaman 69-76)

9.1 Fungsi

Air beserta sumber-sumbernya termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya mempunyai fungsi sosial serta digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

9.2 Hak Penguasaan

9.2.1 Air beserta sumber-sumbernya termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara.

9.2.2 Hak menguasai oleh Negara tersebut memberi wewenang kepada pemerintah untuk :

a. Mengelola serta mengembangkan kemanfaatan air dan atau sumber-sumber air.

b. Menyusun. Mengesahkan dan atau memberi ijin berdasarkan perencanaan dan perencanaan teknis tata pengaturan air dan tata pengairan.

c. Mengatur, mengesahkan dan atau memberi ijin peruntukan, penggunaan, penyediaan air dan atau sumber-sumber air.

d. Mengatur, mengesahkan dan atau memberi ijin pengusahaan air dan atau sumber-sumber air.

e. Menentukan dan mengatur perbuatan-perbuatan hukum dan hubungan-hubungan hukum antara orang dan atau badan hukum dalam persoalan air dan atau sumber-sumber air.

9.2.3 Pelaksanaan atas ketentuan butir 10.2.2 diatas ini tetap menghormati hak yang dimiliki oleh masyarakat adat setempat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan Nasional.

Menteri yang diserahi tugas urusan pengairan, diberi wewenang dan tanggung jawab untuk mengkoordinasikan segala pengaturan usaha-usaha perencanaan, perencanaan teknis, pengawasan, pengusahaan, pemeliharaan serta perlindungan dan penggunaan air dan atau sumber-sumber air dengan memperhatikan kepentingan Departemen dan atau Lembaga lain yang bersengketa.

Pengurusan administratif atas sumber air bawah tanah dan mata air panas sebagai sumber air mineral dan tenaga adalah diluar wewenang dan tanggung jawab Menteri yang disebut diatas.

9.3 Perencanaan dan Perencanaan Teknis

9.3.1 Tata pengaturan air dan tata pengairan serta pembangunan pengairan disusun atas dasar perencanaan dan perencanaan teknis yang ditujukan untuk kepentingan umum.

9.3.2 Hasil perencanaan dan perencanaan teknis yang berupa rencana-rencana dan rencana-rencana teknis tata pengaturan air dan tata pengairan serta pembangunan pengairan tersebut dalam sub bab 10.3.1. diatas disusun untuk keperluan rakyat disegala bidang dengan memperhatikan urutan prioritas.

9.3.3 Rencana-rencana dan rencana-rencana teknis dimaksud dalam sub bab 10.3.2. diatas disusun guna memperoleh tata air yang baik berdasarkan pola dasar Pembangunan Nasional dan dilaksanakan untuk kepentingan yang bersifat nasional regional dan lokal

9.4 Pembinaan

9.4.1 Pemerintah Menetapkan tata cara pembinaan dalam rangka kegiatan pengairan menurut bidangnya masing-masing sesuai dengan fungsi-fungsi dan peranannya meliputi :

a. Menetapkan syarat-syarat dan mengatur perencanaan, perencanaan teknis, penggunaan, pengusahaan, pengawasan dan perijinan pemanfaatan dan atau sumber-sumber air.

b. Mengatur dan melaksanakan pengelolaan serta pengembangan sumber-sumber air dan jaringan-jaringan pengairan (saluran-saluran beserta bangunan-bangunannya) secara lestari dan untuk mencapai daya guna sebesar-besarnya.

c. Melakukan pencegahan terhadap terjadinya pengotoran air yang dapat merugikan penggunannya serta lingkungannya.

d. Melakukan pengamanan dan atau pengendalian daya rusak air terhadap daerah-daerah sekitarnya.

e. Menyelenggarakan penelitian dan penyelidikan sumber-sumber air

f. Mengatur serta menyelenggarakan penyuluhan dan pendidikan khusus dalam bidang pengairan

9.4.2 Tata cara pembinaan sebagaimana tersebut dalam sub bab 10.4.1 diatas lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah

9.5 Pengusahaan

9.5.1 Pengusahaan air dan atau sumber-sumber air yang ditujukan untuk meningkatkan kemanfaatannya bagi kesejahteraan rakyat pada dasarnya dilakukan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah.

9.5.2 Badan hukum, badan sosial dan atau perorangan yang melakukan pengusahaan air dan atau sumber air, harus memperoleh ijin dari pemerintah dengan berpedoman kepada asas usaha bersama dan kekeluargaan.

9.5.3 Pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

9.6 Eksploitasi dan Pemeliharaan

Cara menjamin kelestarian fungsi dari bangunan-bangunan pengairan untuk menjaga tata pengairan dan tata air yang baik, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan eksploitasi dan pemeliharaan serta perbaikan-perbaikan bangunan-bangunan pengairan tersebut dengan ketentuan :

a. Bagi bangunan-bangunan pengairan yang ditujukan untuk memberikan manfaat langsung kepada suatu kelompok masyarakat dilakukan dengan mengikut sertakan masyarakat baik yang berbentuk Badan Hukum , Badan Sosial maupun perorangan yang memperoleh manfaat langsung dari adanya bangunan-bangunan tersebut yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

b. Bagi bangunan-bangunan pengairan yang ditujukan untuk kesejahteraan dan keselamatan umum pada dasarnya dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah.

9.7 Perlindungan

9.7.1 Air, sumber-sumber air beserta bangunan-bangunan pengairan dilindungi serta diamankan, dipertahankan dan dijaga kelestariannya. Supaya dapat memenuhi fungsinya sebagaimana tersebut dalam sub bab 10.1 dengan jalan :

b. Melakukan pengamanan dan pengendalian daya rusak air terhadap sumber-sumbernya dan daerah sekitarnya.

c. Melakukan pencegahan terhadap terjadinya pengotoran air yang dapat merugikan pengguna air dan lingkungannya.

d. Melakukan pengamanan dan perlindungan terhadap bangunan-bangunan pengairan, sehingga tetap berfungsi sebagaimana mestinya. 9.7.2 Pelaksanaan sub bab 10.7.1 diatas diatur lebih lanjut dengan peraturan

pemerintah.

9.8 Pembiayaan

9.8.1 Segala pembiayaan untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka tata pengaturan air dan pembangunan pengairan diatur lebih lanjut oleh pemerintah.

9.8.2 Masyarakat yang mendapat manfaat langsung dari adanya bangunan-bangunan pengairan baik untuk diusahakan lebih lanjut maupun untuk keperluan sendiri dapat diikut sertakan menanggung pembiayaan sebagai pengganti jasa pengelola.

9.8.3 Badan hukum, badan sosial dan atau perorangan yang mendapat manfaat dari adanya bangunan-bangunan pengairan, baik untuk diusahakan lebih lanjut maupun untuk keperluan sendiri wajib ikut menanggung pembiayaan dalam bentuk iuran yang diberikan kepada pemerintah.

9.8.4 Pelaksanaan dari hal tersebut dalam sub bab 10.8.2 dan 10.8.3 diatas diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

9.9 Ketentuan Pidana

9.9.1 Diancam dengan hukuman penjara selama lamanya 2 (dua) tahun dan denda setingginya Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah)

a. Barang siapa dengan sengaja melakukan pengusahaan air dan atau sumber-sumber air yang tidak berdasarkan perencanaan dan perencanaan teknis tata pengaturan air dan tata pengairan serta pembangunan pengairan sebagaimana tersebut dalam sub bab 10.3.1. b. Barang siapa dengan sengaja melakukan pengusahaan air dan atau

sumber-sumber air tanpa ijin dari pemerintah sebagaimana tersebut dalam sub bab 10.5.2.

c. Barang siapa yang sudah memperoleh ijin dari pemerintah untuk pengusahaan air dan atau sumber-sumber air sebagaimana tersebut

dalam sub bab 10.5.2, tetapi dengan sengaja tidak melakukan dan atau sengaja tidak ikut membantu dalam usaha-usaha menyelamatkan tanah, air, sumber-sumber air dan bangunan-bangunan pengairan sebagaimana tersebut dalam sub bab 10.7.1

9.9.2 Perbuatan pidana dimaksud dalam sub bab 10.9.1 diatas adalah kejahatan. 9.9.3 Barang siapa karena kelalaiannya menyebabkan terjadinya pelanggaran

atau ketentuan tersebut dalam sub bab 10.3.1, 10.5.2, 10.7.1 diancam dengan hukuman kurungan selama lamanya 3 (tiga) bulan dan atau setinggi tingginya Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah).

9.9.4 Perbuatan pertama dimaksud dalam sub bab 10.9.3 diatas adalah pelanggaran

9.10 Ketentuan Peralihan

Segala peraturan Perundang-undangan dalam bidang Pengairan yang telah ada yang tidak bertentangan dengan Undang-undang Pengairan ini dinyatakan tetap berlaku, selama belum diadakan yang baru berdasarkan Undang-undang Pengairan ini.

RANGKUMAN

Rangkuman materi pelatihan ini sebagai berikut :

BAB 1 Undang-undang jasa konstruksi dimaksudkan agar terwujud iklim usaha kondusif dalam rangka peningkatan kemampuan usaha jasa konstruksi nasional.

Pengaturan jasa konstruksi menguraikan mengenai pengertian jasa konstruksi, ruang lingkup pengaturan UUJK, asas-asas yang mendasari pengaturan jasa konstruksi dan tujuan dari pengaturan jasa konstruksi tersebut .

Uraian selanjutnya adalah mengenai hubungan komplementaris antara UUJK dengan peraturan perundang-undangan lainnya.

BAB 2 Usaha jasa konstruksi telah meningkat secara kuantitatif tetapi belum diikuti oleh peningkatan kualitas. Untuk meningkatkan kualitas tersebut perlu iklim usaha yang kondusif dengan langkah-langkah tertentu.

Uraian selanjutnya adalah mengenai cakupan pekerjaan konstruksi bentuk usaha jasa konstruksi serta apa saja usaha jasa konstruksi dan tanggung jawab profesionalnya.

BAB 3 Peran masyarakat tentang hak dan kewajiban masyarakat umum berkaitan dengan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Masyarakat jasa konstruksi merupakan bagian dari masyarakat yang mempunyai kepentingan dan atau kegiatan yang berhubungan dengan usaha dan pekerjaan jasa konstruksi.

Pada item berikutnya menguraikan forum jasa konstruksi (yang terdiri unsur asosiasi perusahaan dan profesi) dan lembaga pengembangan jasa konstruksi (termasuk tugas-tugasnya).

BAB 4 Pengikatan pekerjaan konstruksi, terdiri dari para pihak yang mengadakan ikatan kerja berdasarkan hukum, ketentuan pengikatan apakah lewat pelelangan atau pemilihan/penunjukan langsung. Tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi dapat terwujud melalui pemenuhan kewajiban dan hak para pihak dan selanjutnya uraian mengenai kontrak kerja konstruksi.

BAB 5 Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, diuraikan kegiatan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi mulai studi kelayakan sampai tahap pelaksanaan dan pengawasan.

Kewajiban para pihak dalam kegiatan tersebut meliputi kegiatan pada tahap penyiapan, pengerjaan dan pengakhiran termasuk kegiatan sub penyedia jasa. Uraian selanjutnya mengenai kegagalan bangunan yaitu jangka waktu pertanggung jawaban, penilaian kegagalan, kewajiban dan tanggung jawab, penyedia dan pengguna jasa, dan ganti ruginya. Uraian terakhir pada bab ini adalah mengenai gugatan masyarakat dan larangan persekongkolan.

BAB 6 Penyelesaian sengketa dan sanksi diuraikan tahap-tahap penyelesaian sengketa baik di dalam maupun di luar pengadilan, dilanjutkan pengadaan sanksi apabila terdapat pelanggaran UUJK tersebtu.

BAB 7 Etika profesi yaitu kebiasaan atau karakter dalam melakukan pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Beberapa kode etik yaitu kode etik AKI, Gapensi, PII dan HATHI. Tanggung jawab profesional sesuai UUJK beserta korelasi keterkaitan atau pengakuan profesi secara hukum dengan tanggung jawab hukum yang diatur UUJK.

BAB 8 Etos kerja yaitu apa dan bagaimana seharusnya melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

Inti dari etos kerja yaitu tanggung jawab yang dirumuskan sebagai disiplin kerja. Etos kerja seorang ahli Supervisi Konstruksi jaringan Irigasi yang tentunya harus disiplin terhadap apa yang dilaksanakan pemenuhan kewajiban yang tertuang dalam dokumen Kontrak.

BAB 9 - Air beserta sumber-sumbernya termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya mempunyai fungsi sosial serta digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

- Air beserta sumber-sumbernya termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasi negara, negara memberikan wewenang kepada pemerintah untuk mengelola serta mengembangkan kemanfaatan air dan sumber air, menyusun, mengesahkan, memberi izin berdasarkan perencanaan, mengatur, mengesahkan dan/atau sumber-sumber air, menentukan dan mengatur perbuatan-perbuatan hukum.

- Menteri yang diserahi tugas urusan pengairan diberi wewenang dan tanggung jawab untuk mengkoordinasi segala pengaturan usaha-usaha SIDLAKOM, air dan sumber-sumber air dengan memperhatikan kepentingan Departemen dan Lembaga lain.

Dalam dokumen 01-UUJK Etos Kerja (Halaman 69-76)

Dokumen terkait