• Tidak ada hasil yang ditemukan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

S. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (UU tentang Pemda) memberikan pengertian tentang pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pemerintah pusat menurut Pasal 1 angka 1 adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kemudian menurut Pasal 1 angka 3, pemerintah daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Hal ini memberikan perbedaan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam hal kewenangan

serta tanggung berdasarkan klasifikasi urusan pemerintahan yang terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum.

Pemerintah pusat memiliki kewenangan penuh terhadap urusan pemerintahan absolut, sedangkan pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengurusi urusan pemerintahan konkuren meskipun tidak secara penuh karena urusan pemerintahan konkuren adalah urusan pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke daerah menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah.

Pasal 11 UU tentang Pemda membedakan urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan daerah yaitu terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Urusan pemerintahan wajib terdiri atas urusan pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar. Berdasarkan Pasal 12 ayat (1) UU tentang Pemda, urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi: pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum dan penataan ruang, perumahan rakyat dan kawasan permukiman, ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat serta sosial.

Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat. Kesejahteraan masyarakat dalam hal ini termasuk kesejahteraan bagi lansia.

Berdasarkan Pasal 13 ayat (1), pembagian urusan pemerintahan konkuren antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional. Kriteria urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat adalah:

a. urusan pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;

b. urusan pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;

c. urusan pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas daerah provinsi atau lintas negara;

d. urusan pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh pemerintah pusat; dan/atau

e. urusan pemerintahan yang peranannya strategis bagi kepentingan nasional.

Kriteria urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah provinsi menurut Pasal 13 ayat (3) adalah:

a. urusan pemerintahan yang lokasinya lintas daerah kabupaten/kota; b. urusan pemerintahan yang penggunanya lintas daerah

kabupaten/kota;

c. urusan pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas daerah kabupaten/kota; dan/atau

d. urusan pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh daerah provinsi.

Sedangkan kriteria urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota menurut Pasal 13 ayat (4) adalah: a. urusan pemerintahan yang lokasinya dalam daerah kabupaten/kota; b. urusan pemerintahan yang penggunanya dalam daerah

kabupaten/kota;

c. urusan pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya hanya dalam daerah kabupaten/kota; dan/atau

d. urusan pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh daerah kabupaten/kota.

Kriteria urusan pemerintahan tersebut merupakan pembagian tanggung jawab dan kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Adanya pembagian kriteria urusan pemerintahan diharapkan dalam hal kebijakan tidak terjadi tumpang tindih

kewenangan dalam menyelesaikan persoalan terkait dengan penanganan masalah kesejahteraan lansia.

Kemudian dalam Pasal 258 ayat (1), menyebutkan bahwa Daerah melaksanakan pembangunan untuk peningkatan dan pemerataan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, lapangan berusaha, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan publik dan daya saing Daerah. Selanjutnya dalam Pasal 258 ayat (2), bahwa pembangunan daerah merupakan perwujudan dari pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang telah diserahkan ke Daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional. Dengan adanya ketentuan dalam Pasal 258, Daerah harus memperhatikan keberadaaan lansia sebagai bagian dari perwujudan pembangunan daerah, misalnya dalam hal perhatian terhadap kebutuhan lansia untuk dapat mengatualisasikan dirinya.

Dalam UU tentang Pemda juga mengatur mengenai kewajiban dari Pemerintah Daerah untuk menjamin terselenggaranya pelayanan publik. Sebagaimana ketentuan dalam Pasal 344 ayat (1), bahwa Pemerintah Daerah wajib menjamin terselenggaranya pelayanan publik berdasarkan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Terkait hal tersebut pelayanan publik bagi lansia perlu perhatian dan kepedulian yang lebih dari Pemerintah Daerah.

Berdasarkan ketentuan Pasal 363 ayat (1) menyatakan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, daerah dapat mengadakan kerja sama yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik serta saling menguntung. Hal ini juga bisa dikaitkan dengan peningkatan kesejahteraan bagi lansia.

Pasal 392 UU tentang Pemda menyebutkan bahwa informasi pembangunan daerah memuat informasi perencanaan pembangunan daerah yang salah satunya mencakup persoalan demografi. Hal ini secara tidak langsung terkait dengan pengaruh keberadaan lansia dalam pembangunan daerah.

Oleh karenanya dalam RUU tentang Kesejahteraan Lanjut Usia harus dipertegas mengenai pembagian urusan antara Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah, baik Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota terkait dengan pemenuhan hak lansia sebagai upaya peningkatan kesejahteraan lansia. Selain itu perlu juga pengaturan alur koordinasi yang implementatif tidak hanya antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, tetapi juga dengan instansi/lembaga dan pihak terkait lainnya, agar lansia tetap dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan aktif secara wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

T. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 tentang