• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unit Penangkapan Ikan Layur .1 Alat penangkapan ikan layur.1 Alat penangkapan ikan layur.1 Alat penangkapan ikan layur

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Unit Penangkapan Ikan Layur .1 Alat penangkapan ikan layur.1 Alat penangkapan ikan layur.1 Alat penangkapan ikan layur

Alat tangkap yang biasa digunakan untuk menangkap layur antara lainhandline

banyak digunakan untuk menangkap layur di Palabuhanratu yaitu pancing ulur dan pancing rawai karena kedua alat ini khusus digunakan untuk menangkap layur. Pancing rawai sendiri terdiri dari dua macam yaitu rawai horizontal dan rawai vertikal atau yang lebih dikenal dengan pancing gajrut oleh nelayan Palabuhanratu.

Menangkap ikan dengan tali dan pacing yang sederhana adalah salah satu metode penangkapan kuno. Dahulu mata pancing yang digunakan terbuat dari tulang binatang. Baik pada sport fishing maupun pada commercial fishing, metode ini memberikan kontribusi yang cukup penting dalam menyediakan sumber makanan bagi umat manusia. Dengan mengunakan pancing juga dihasilkan hasil tangkapan dengan kualitas yang tinggi karena ikan yang tertangkap biasanya masih dalam keadaan hidup saat diangkat ke atas kapal, tanpa luka atau hancur. Alat ini merupakan alat yang selektif dalam hal jenis dan ukuran hasil tangkapan karena hanya menangkap ikan yang sudah dewasa (Sainsbury, 1996).

Handline termasuk dalam klasifikasi fishing line. Handline merupakan bentuk yang paling sederhana dari kategori fishingline yang terdiri dari tali dengan panjang tertentu, pemberat dan sekurangnya satu mata pancing. Dapat juga ditambah dengan swivel dan pelampung jika diperlukan. Handline biasanya mempunyai satu buah mata pancing, namun dapat juga dipasang beberapa. Handline yang menggunakan beberapa mata pancing menggunakan beberapa tali cabang (branchline) untuk mengikat mata pancing yang dirangkai pada satu tai utama (mainlie). Jenishandline

yang seperti ini disebut vertikal longline (rawai vertikal). Pengoperasian dari

handline sangat mudah, umumnya nelayan memegang ujung dari tali pancing (biasanya digulung dengan penggulung), merasakan dengan jari apabila ikan menggigit umpan, kemudian memposisikan mata pancing agar ikan tidak lolos dan mengangkat tali pancing apabila ikan telah terkait mata pancing (von Brandt, 2005).

Menurut Sadhori (1984) rawai disebut juga dengan longlineyang secara harfiah dapat diartikan tali panjang. Hal ini karena alat penangkapan tersebut konstruksinya berbentuk rangkaian tali-temali yang disambung-sambung sehingga merupakan tali yang panjang dengan beratus-ratus tali. Oleh karena itu rawai dapat diartikan sebagai salah satu alat penangkapan ikan yang terdiri atas rangkaian tali-temali yang

bercabang-cabang dan pada tiap-tiap ujung cabangnya diikatkan sebuah pancing. Secara teknis operasional rawai termasuk jenis perangkap, karena dalam operasionalnya tiap-tiap pancing diberi umpan yang tujuannya untuk menangkap ikan agar ikan-ikan mau memakan umpan tersebut sehingga terkait oleh pancing.

Berdasarkan susunan mata pancing pada tali utamanya, rawai dapat dibedakan menjadi tiga (Sadhori, 1984) yaitu :

1) Rawai tegak (vertikal longline);

2) Rawai mendatar (horizontal longline); dan 3) Pancing landing.

Gambar 2. Jenis-jenis rawai

Konstruksi dari rawai vertikal yang biasa digunakan untuk menangkap ikan layur di Palabuhanratu yaitu terdiri dari beberapa bagian. Pertama yaitu tali pancing yang terdiri dari tali utama (main line) dan tali cabang (branch line). Tali pancing yang digunakan terbuat dari bahan nylon monofilament bernomor 1000 dengan

diameter 1 mm sedangkan panjang tali utama sekitar 100-200 m dan tali cabang 1-2,5 m. Kedua yaitu pemberat (sinker) yang biasanya terbuat dari bahan timah atau besi. Pemberat ini diikatkan pada tali untang yang terletak di antara swivel pertama dan

swivelkedua. Ketiga adalah mata pancing (hook). Mata pancing ini diikatkan pada masing-masing tali cabang. Terbuat dari logam yang kuat dan tahan karat. Mata pancing yang digunakan umumnya mata pancing dengan nomor 7 sampai 10, tetapi yang banyak digunakan adalah mata pancing bernomor 9. Keempat yaitu kili-kili (swivel). Kili-kili digunakan agar tali pancing tidak terpelintir dan menjadi kaku akibat arus ataupun gerakan ikan pada saat meloloskan diri. Dua buah swivel

dipasang dalam satu unit rawai vertikal yaitu pada ujung tali utama dan pada pangkal tali cabang. Kelima adalah tali untang atau kawat barlen yang berfungsi untuk mencegah agar tali cabang tidak membelit pada tali utama. Tali ini diikatkan pada

swivelpertama dan kedua dengan menggunakan tali yang ukurannya sama dengan tali utama sepanjang 20-30 cm. Bagian antara tali cabang dan mata pancing dipasang tali untang sepanjang 10-20 cm. Terakhir adalah penggulung (reel) yang fungsinya untuk memudahkan pengoperasian pancing. Terbuat dari kayu atau plastik, berbentuk seperti roda dengan ukuran tertentu tergantung panjang tali pancing (Nurhayati, 2006).

2.2.2 Perahu penangkapan ikan

Perahu yang digunakan pada pengoperasian pancing rawai di Palabuhanratu yaitu jenis perahu congkreng yang sudah dilengkapi dengan motor tempel bermesin diesel dengan kekuatan 15-25 PK. Dimensi dari perahu tersebut yaitu : panjang (P) berkisar 6 - 13 meter, lebar (L) 1 - 3 meter dan tinggi (D) 0.8 – 3 meter perahu ini juga dilengkapi dengan alat penyeimbang pada kedua sisinya yang disebut kincang. Kincang tersebut terbuat dari bambu dengan panjang sekitar 7 meter (Nurhayati, 2006).

Pada perahu ini diperlukan juga beberapa alat tambahan untuk menunjang operasional penangkapan yaitu :

1) Lampu tekan / vetromak

Vetromak digunakan sebagai penerangan pada saat pengoperasian pancing rawai dilakukan pada malam hari.

2) Cool box

Cool box digunakan untuk menyimpan ikan layur hasil tangkapan agar tersusun rapi dan tidak rusak. Ikan layur yang telah tersusun dalam cool box kemudian diberi es curah untuk menjaga kesegarannya.

3) Dayung

Walaupun sudah menggunakan motor tempel, dayung tetap diperlukan untuk memudahkan mengatur posisi kapal.

4) Serok

Serok digunakan untuk memudahkan nelayan pada saat pengangkatan hasil tangkapan dari air ke perahu.

5) Jangkar kayu

Jangkar digunakan agar posisi kapat tetap pada saat setting dengan tali jangkar sepanjang 100 – 200 meter.

2.2.3 Nelayan

Nelayan yang mengoperasikan pancing rawai dengan menggunakan perahu congkreng sebanyak 1 - 4 orang per unit penangkapan. Satu orang bertugas mengemudikan kapal sekaligus pemancing dan yang lainnya sebagai pemancing dan mempersiapkan keperluan sebelum setting, seperti memasang umpan. Dalam sekali

setting satu orang nelayan dapat mengoperasikan beberapa pancing sekaligus tergantung dari kemahiran masing-masing nelayan.

2.2.4 Metode pengoperasian 1) Persiapan

Pada tahap ini dilakukan pemasangan motor tempel pada kapal, persiapan alat pancing, bahan bakar, lampu petromak, penyediaan umpan dan bekal makanan selama operasi berlangsung. Setelah semua persiapan selesai maka kapal siap

berangkat menujufishing ground. Biasanya nelayan berangkat ke fishing ground

sekitar pukul 15.00-17.00 WIB tergantung jarak fishing ground dan keadaan cuaca.

2) Pemilihanfishing ground

Pemilihan fishing ground dilakukan berdasarkan pengalaman nelayan dengan memperhatikan keadaan perairan seperti angin dan gelombang serta berdasarkan hasil tangkapan hari sebelumnya.

3) Operasi penangkapan

Operasi penangkapan biasanya dilakukan saat hari sudah mulai gelap. Setelah mendapatkan lokasi yang tepat, nelayan mulai memotong umpan dan setelah itu umpan dipasang pada mata pancing kemudian rawai mulai diturunkan. Setelah dibiarkan selama beberapa menit, kemudian rawai diangkat dan nelayan mulai melepaskan hasil tangkapan satu-persatu. Ikan layur hasil tangkapan tersebut kemudian disimpan dalamcool boxdan sebagian digunakan untuk umpan setting

berikutnya. Setelah operasi penangkapan selesai, kapal berangkat kembali ke pelabuhan.

Dokumen terkait