• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber air baku adalah air permukaan dari sungai belawan yang berhulu di kecamatan pancur batu dan melintasi kecamatan sunggal. Untuk menampung air tersebut ,dibuat bendungan dengan panjang 25m (sesuai dengan lebar sungai) dan tinggi 4 m. pada sisi kanan bendungan, dibuat sekat (chanel) berupa saluran penyadap yang lebarnya 2 m dilengkapi dengan pintu pengatur kettinggian air masuk ke intake.

Intake ( Air Baku )

Intake berfungsi untuk pengambilan / penyadapan air baku. Bangunan ini merupakan saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen ( saringan kasar ), yang berfungsi untuk mencegah masuknya sampah-sampah berukuran besar dan fine screen (saringan halus), berfungsi untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran maupun sampah berukuran kecil yang terbawa arus sungai. Masing – masing saluran dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air ( sluice gate ) dn penggerak electromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik untuk menjaga kesetabilan jumlah air masuk.

Raw Water Tank ( RWT )

Raw Water Tank merupakan bangunan yang dibangun setelah intake yang terdiri dari dua unit ( 4 sel ), setiap unit berdimensi 23,3 m x 20 m dan tinggi 5 m yang dilengkapi dengan dua buah inlet gate, dua buah outlet gate, sluice gate, dan pintu bilas dua buah. Raw Water Tank Berfungsi untuk sebagai tempet pengendapan partikel-partikel kasar dan lumpur – lumpur yang terbawa dari sungai dengan sistem gravitasi. Di PDAM IPA Sunggal, volume air baku pada dua RWT memiliki volume 1400 m3. Waktu pengendapan untuk air baku yang akan diolah di RWT kurang dari 15 menit agar menghasilkan air baku yang akan diolah di RWT kurang dari 15 menit agar menghasilkan air baku dengan turbiditas yang lebih rendah.

. Raw Water Pump ( RWP )

Raw Water Pump ( Pompa air baku ) berfungsi untuk memompa air dari RWP ke Clerator. RWP ini terdiri dari 16 unit pompa air baku. Kapasitas setiap pompa 110 L/Detik dengan rata-rata head 18 m memeakai motor AC nominal daya 75 KW.

Clearator

Bangunan Clerator (bangunan untuk proses penjernihan air) terdiri dari 5 unit dengan kapasitas masing-masing 350L/detik. Clerator berfungsi sebagai tempat pemisahan antara flok yang bersifat sedimen dengan air bersih sebagai affluent (hasil olahan). Clerator dilengkapi dengan agitator sebagai pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke filter. Endapan flok-flok tersebut kemudian dibuang, sesuai dengan tingkat ketebalannya otomatis. Clerator berfungsi untuk sebagai tempat pemisah anatara flok yang bersifat sedimen dengan air bersih sebagai affluent ( hasil olahan ) dan selanjutnya dialirkan ke filter. Clerator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai kerucut yang dilengkapi dengan seksi-seksi pemisah untuk proses-proses sebagai berikut :

• Primary Reaction Zone

• Secondry Reaction Zone

• Return Reaction Zone

• Clarification Reaction Zone

• Concentrator

Filter

Filter merupakan berlangsungnya proses filtrasi, yitu proses penysung saringan flok- flok sangat kecil dan ringan yang tidak tertahan (lolos) dari clerator filter yang di pakai di PDAM Tirtanadi sunggal adalah sistem penyeringan permukaan (surface filter). Media fil beter tersebut berjumlah 32 unit yang prosesnya berlangsung secara parallel, menggunakan jenis saringan cepat berupa pasir silica dengan menggunakan motor AC nominalnya daya 0,75 KW. Dimensi tiap filter yaitu 8,25 m x 4 m x 6,25 m . tinngi maksimum permukaan air adalah 5,05 m dan tebal media filter 120 m dengan susunan lapisan sebagai berikut :

• Pasir kuarsa , diameter (0,5 – 1,5) mm dengan ketebalan 60 cm.

• Pasir kuarsa , diameter (1,8 – 2,0) mm dengan ketebalan 10 cm.

• Kerikil halus , diameter (4,75 – 6,3) mm dengan ketebalan 10 cm.

• Kerikil sedang, diameter (6,3 – 10) mm dengan ketebalan 10 cm.

• Kerikil sedang, diameter (10 – 20) mm dengan ketebalan 10 cm

• Kerikil kasar , diameter (20 – 40) mm dengan ketebalan 20 cm.

Dalam jangka waktu tertentu , permukaan filter akan tersumbat oleh flok yang masih tersisa dari proses pertambahan ketinggian permukaan air di atas media filter sebanding dengan berlangsungnya penyumbatan ( clogging ) media filter oleh flok-flok.

Reservoir

Berfungsi untuk menampung air minum/ air olahan dengan kapasitas total 13.400m3 dan kemudian didistribusiokan ke pelanggan melalui reservoir- reservoir distribusi di berbagai cabang. Air yang mengalir dari filter ke reservoir, sebelumnya dibubuhin klor ( post clorination) dengan pembubuhan 2 gr/m3 air dan untuk proses netralisai dibubuhkan larutan kapur jenuh (soda ash) dengan kebutuhan pada kisaran 5-7 gr/m2

Finish Water Pump / Pemompaan Air Akhir air.

Finish water pump instalasi pengolahan air sunggal berjumlah 14 unit yang berfungsi untuk air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir –reservoir distribusi cabang-cabang melalui pipa-pipa transmisi yang dibagi menjadi 5 jalur dengan kapasitas 150 L/det.

Sludge Lagoon (empang lumpur)

Air buangan (limbah cair) dari masing-masing unit pengolahan air dialirkan ke lagoon untuk didaur ulang. Daur ulang merupakan cara yang tepat untuk aman dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan, prinsip ini telah diterapkan sejak tahun 2002 di unit PDAM tirtanadi instalasi pengoilahan air sunggal dengan membangun unit pengendapan berupa laggon dengan kapasitas 9.600 m3

POLY ALUMINIUM CHLORIDA (PAC) .

Poly Aluminium Chlorida adalah produk perawatan air yang sangat efektif dan efisien merupakan koagulan atau zat kimia yang menyebabkan destabilitas muatan negative partikel didalam suspensi. Koagulan PAC mampu bekerja efektif pada rentan pH 6-9 dapat dimungkiankan untuk penambahan koagulan PAC 0,75 g/l apabila kadar pHnya berada pada rentang tersebut dapat lebih optimal lagi dalam penurunan kadar COD. (Asmadi dan Suharno, 2012)

Penurunan pH ini terjadi disebabkan oleh proses koagulasi karena adanya penambahan kation yang berasal dari koagulan untuk menetralisirisasi muatan partikel oleh koagulasi yang dapat terjadi miuatan partikel mempunyai gaya Tarik menarik antar partikel koloid. Penurunan

tampak jelas pada dosis penambahan koagulan PAC 0,75 g/l dimana nilai pH rata-rata menjadi 5,56. (Asmadi dan Suharno, 2012)

2.9 KEKERUHAN ( TURBIDITAS )

Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung pertikel - pertikel tersuspensi sehingga memberikan penampilan seperti berlumpur dan liat. Bahan -bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur, bahan - bahan organik yang tersebar secara merata dan partikel - partrikel tersuspensi lainnya. Kekeruhan bukan merupakan sifat dari air yang cukup membahayakan, tetapi air tersebut menjadi tidak disenangi karena penampilannya oleh karena itu berbagai usaha telah dilakukan untuk mengolah air yang keruh menjadi air yang bersih . pengolahan adalah usaha-usaha tekhnis yang dilakukan untuk mengubah sifat-sifat suatu zat . hal ini penting artinya bagi air minum yang memenuhi standart air minum yang telah diterapkan.

Didalam proses pengolahan air ini dikenal dengan dua cara yakni :

• pengolahan lengkap atau complete treatment proses yaitu akan mengalami pengolahan lengkap,baik fisik,kimia, maupun bakteriologik. Cara pengolahan seperti ini biasanya dilakukan terhadap air sungai yang kotor/keruh. Pada dasarnya, pengolahan lengkap ini dibagi dalam tiga tingkatan pengolahan, yaitu

• Pengolahan fisika : yaitu suatu tingkat pengolahan yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kotoran-kotoran yang kasar penyisihan lumpur dan pasir.

• Pengolahan kimia : yaitu suatu tingkat pengolahan dengan menambahkan zat-zat kimia tertentu untuk menghilangkan komponen-komponen tertentu.

• Pengolahan sebagian atau partial treatment process, misalnya diadakan pengolahan kimiawi atau pengolahan bakteriologik saja. Pengolahan ini biasanya dilakukan air yang bersumber dari mata air dan air dari sumur yang dangkal ataupun sumur bor. (Sutrisno, 1991)

FLOKULASI JAR TEST

Sebagian besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air permukaan seperti sungai, danau, dan sebagainya salah satu langkah penting dalam pengolahan untuk mendpatkan air bersih adalah menghilangkan kekeruhan dari air baku tersebut. Kekeruhan disebabkan oleh karena adanya partikel-partikel koloid dan kecil. Partikel koloid dan kecil tersebut tidak lain adalah tanah liat,sisa tanaman,ganggang dan sebagainya. Kekeruhan dihilangkan melalaui

pembubuhan sejenis bahan kimia dengan sifat-sifat tertentu yang disebut flokulan. Umumnya flokulan tersebut adalah tawas selain pembubuhan flokulan diperlukan pengadukan agar terbentuk flok-flok. Flok-flok ini mengumpulkan partikel-partikel kecil dan koloid tersebu (bertumbukan) dan akhirnya bersama-sama mengendap. Sesuatu larutan koloid yang mengandung partikel-partikel kecil dan koloid yang dianggap stabil apabila :

• Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang pendek (beberapa jam).

• Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikelyang lebih besar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan partikel- partikel adalah setanda (biasanya negative), sehingga ada repulasi elektrostatis antara partikel satu dengan yang lainnya.

Proses flokulasi terdiri dari 3 langkah :

• Pelarutan reagen melelui pengadukan cepat (1 menit, 100 rpm) bila perlu juga pembubuhan bahan kimia untuk koreksi PH.

• Pengadukan lambat untuk pembentukan flok-flok (15menit,20rpm) Pengadukan yang terlalu cepat dapat merusak flok yang telah terbentuk.

• Penghapusan flok-flok dengan koloid yang terkurung dari larutan melalui sedimentasi (15 menit atau 30 menit , 0 rpm)

Proses flokulasi sebenarnya tidak bisa terganggu. Namun, efisiensi proses tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa factor seperti kadar dan jenis zat tersuspensi , PH larutan,kadar dan jenis flokulan, waktu dan kecepatan pengadukan dan adanya beberapa macam ion terlarut yang tertentu (seperti fosfat, sulfat dan sebagainya). Faktor - faktor ini kalau kurang optimal dapat menghalangi flokulasi. Jar test dapat digunakan untuk mencari nilai-nilai yang optimal melalui percobaan dalam laboratorium. (Sri Sumetri, 1987)

KLORIN (Cl)

Klorida adalah senyawa halogen klor (Cl). Toksisitasnya tergantung pada gugus senyawanya.

Misalnya NaCl sangat tidak beracun,tetapi karbonil klorida sangat beracun. Di Indonesia, klor digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air minum. Dalam jumlah banyak Cl akan menimbulkan rasa asin,korosi pada pipa system penyediaan air panas. Sebagai desinfektan , residu klor didalam penyediaan air sengaja dipelihara, tetapi klor ini dapat terikat pada senyawa organik dan

membentuk halogen-hidrokarbon (CL-HC) banyak diantaranya dikenal sebagai senyawa-senyawa karsiogenik. Oleh karena itu, di berbagai Negara maju sekarang ini, klorinasi sebagai proses desinfeksi tidak lagi digunakan (Slamet, 1994)

Konsentrasi 250 mg/l unsur ini dalam air merupakan batas maksimal konsentrasi yang dapat mengakibatkan timbulnya rasa asin. Konsentrasi klorida dalam air dapat meningkat dengan tiba-tiba dengan adanya kontak dengan air bekas. Klorida mencapai air alam dengan banyak cara. Kemampuan melarutkan pada air adalah untuk melarutkan klorida dari humus dan lapisan-lapisan yang lebih dalam (Sutrisno, 1991)

BAB III

Dokumen terkait