• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

3.1 Rumah Sakit Umum Pusat H Adam Malik Medan

3.1.7.6 Unit-Unit Non Struktural

Unit-unit non struktural RSUP H. Adam Malik Medan terdiri dari Dewan Pengawas, Komite, Satuan Pemeriksaan Intern dan Instalasi.

a. Dewan Pengawas

Pembentukan, tugas, fungsi, tata kerja dan keanggotaan Dewan Pengawas ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 109/PMK.05/2007 tentang Dewan Pengawas Badan Layanan Umum, dewan pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap pengelolaan BLU. Jumlah anggota dewan pengawas ditetapkan sebanyak 3 atau 5 orang disesuaikan dengan nilai omzet dan/atau nilai asset, serta seorang di antara anggota dewan pengawas ditetapkan sebagai ketua dewan pengawas.

Jumlah anggota dewan pengawas ditetapkan sebanyak 3 orang untuk BLU yang memiliki:

i) realisasi nilai omzet tahunan menurut laporan realisasi anggaran tahun terakhir, sebesar Rp. 15.000.000.000 sampai dengan Rp. 30.000.000.000, dan/atau

ii)nilai aset menurut neraca sebesar Rp. 75.000.000.000 sampai dengan Rp. 200.000.000.000.

Jumlah anggota dewan pengawas dapat ditetapkan sebanyak 3 atau 5 orang untuk BLU yang memiliki:

i) realisasi nilai omzet tahunan menurut laporan realisasi anggaran tahun terakhir, lebih besar dari Rp. 30.000.000.000, dan/atau

ii) nilai aset menurut neraca lebih besar dari Rp. 200.000.000.000. b. Komite

Komite merupakan wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau profesi yang dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada Direktur Utama dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan rumah sakit.

Pembentukan Komite ditetapkan oleh Direktur Utama sesuai kebutuhan rumah sakit, sekurang-kurangnya terdiri dari Komite Medik serta Komite Etik dan Hukum. Komite berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Komite dipimpin oleh seorang ketua yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama.

Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis komite ditetapkan oleh Direktur Utama setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, yang mempunyai masa kerja tiga tahun.

RSUP H. Adam Malik Medan membentuk dua komite, yaitu Komite Medik dan Komite Etik dan Hukum.

Komite Medik memiliki tugas memberikan pertimbangan kepada Direktur Utama dalam hal menyusun standar pelayanan medis, pengawasan dan pengendalian mutu pengawasan medis, hak klinis khusus kepada Staf Medis Fungsional (SMF), program pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan.

Komite Etik dan Hukum mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Direktur Utama dalam hal menyusun dan merumuskan medicoetikolegal dan etik pelayanan rumah sakit, penyelesaian masalah etik kedokteran, etik rumah sakit, serta penyelesaian pelanggaran terhadap kode etik pelayanan rumah sakit, pemeliharaan etika penyelenggaraan fungsi rumah sakit, kebijakan yang terkait dengan Hospital Bylaws serta Medical Staff Bylaws, gugus tugas bantuan hukum dalam penanganan masalah hukum di rumah sakit.

c. Satuan Pemeriksaan Intern

Satuan Pemeriksaan Intern adalah satuan kerja fungsional yang bertugas melaksanakan pemeriksaan intern rumah sakit. Satuan Pemeriksaan Intern berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

d. Instalasi

Instalasi adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan, pendidikan dan penelitian rumah sakit. Pembentukan instalasi ditetapkan oleh Direktur Utama sesuai kebutuhan rumah sakit.

Instalasi berada dibawah dan bertanggung jawab kepada direktur yang dipimpin oleh seorang kepala yang diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama. Kepala instalasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh tenaga-tenaga fungsional/non medis.

3.2 Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik Medan

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik Medan No. OT.01.01./IV.2.1/1868a/2009 tentang Struktur Organisasi dan Tata

Kerja Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik tanggal 01 April 2009, IFRS dipimpin oleh seorang kepala instalasi.

Dalam melaksanakan kegiatan IFRS, kepala instalasi dibantu oleh wakil kepala instalasi farmasi, tata usaha, empat kelompok kerja dan empat depo. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dipimpin oleh seorang apoteker yang berada dan bertanggungjawab langsung kepada Direktur Umum dan Operasional.

Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik dapat dilihat pada Gambar 1.

Direktur Umum dan Operasional

Ka. Instalasi Farmasi Wa.Ka. Instalasi Farmasi

Ka. Tata Usaha

Ka. Pokja Farmasi Klinis Ka. Pokja Perencanaan dan Evaluasi Ka. Pokja Perbekalan Ka. Pokja. Apotek I Ka. Pokja. Apotek II  Ka. Depo Farmasi IGD

Ka. Depo Farmasi Rindu A Ka. Depo Farmasi Rindu B Ka.Depo Farmasi CMU Lt III Wa.Ka Pokja Perbekalan

Wa. Ka. Depo CMU Lt III

Falsafah pelayanan farmasi menurut Surat Keputusan Direktur Utama RSUP H. Adam Malik No OT.01.03/IV.14/1866/2009 adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Instalasi Farmasi RSUP H. Adam Malik Medan mempunyai fungsi:

a. melaksanakan kegiatan tata usaha untuk menunjang kegiatan Instalasi Farmasi dan melaporkan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian

b. melaksanakan perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan RSUP H. Adam Malik serta melaksanakan evaluasi dan SIRS Instalasi Farmasi

c. melaksanakan perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi di gudang Instalasi Farmasi dan memproduksi obat-obat sesuai dengan kebutuhan rumah sakit

d. mendistribusikan perbekalan farmasi ke seluruh satuan kerja/Instalasi di lingkungan RSUP H. Adam Malik Medan untuk kebutuhan pasien rawat jalan, rawat inap, gawat darurat dan instalasi-instalasi penunjang lainnya e. melaksanakan fungsi pelayanan farmasi klinis

f. melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan di bidang farmasi 3.2.1 Kepala Instalasi Farmasi

Kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas memimpin, menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan di bidang kefarmasian di RSUP H.

Adam Malik. Kepala instalasi farmasi berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Umum dan Operasional.

3.2.2 Wakil Kepala Instalasi Farmasi

Wakil kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi untuk menyelenggarakan, mengkoordinasikan, merencanakan, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di RSUP H. Adam Malik sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku, menggantikan tugas kepala instalasi farmasi apabila berhalangan hadir.

3.2.3 Tata Usaha

Kepala Tata Usaha Farmasi bertugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal mengkoordinasikan kegiatan ketatausahaan, pelaporan, kerumahtanggaan, mengarsipkan surat masuk dan keluar, serta urusan kepegawaian instalasi farmasi.

3.2.4 Kelompok Kerja 3.2.4.1 Pokja Perbekalan

Pokja perbekalan dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik, mempunyai tugas menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan farmasi, peracikan, pembuatan, pengemasan kembali perbekalan farmasi serta administrasi perbekalan farmasi dan melaksanakan SIMRS instalasi farmasi.

3.2.4.2 Wakil Kepala Pokja Perbekalan

Wakil kepala pokja perbekalan bertugas membantu kepala pokja perbekalan untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan farmasi, peracikan pembuatan pengemasan kembali, perbekalan farmasi serta administrasi perbekalan farmasi, melaksanakan SIMRS instalasi farmasi.

3.2.4.3 Pokja Apotek

Pokja Apotek terbagi dua, yaitu pokja Apotek I dan pokja Apotek II yang masing-masing dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik, mempunyai tugas menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan farmasi terhadap kebutuhan perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan, rawat inap maupun gawat darurat serta melaksanakan SIMRS instalasi farmasi.

Pokja Apotek I melayani pasien Askes rawat jalan dan pasien umum rawat jalan. Sedangkan pokja apotek II melayani pasien Jamkesmas rawat jalan dan rawat inap di luar jam kerja, pasien Askes rawat inap, pasien umum, pasien perusahaan, pasien hemodialisa rawat jalan dan rawat inap.

3.2.4.4 Pokja Farmasi Klinis

Pokja farmasi klinis dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik, mempunyai tugas membantu kepala instalasi farmasi dalam hal menyelenggarakan, mengkoordinasikan, melaksanakan pelayanan farmasi klinik

secara professional dan melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan pelayanan kefarmasian serta melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja farmasi klinis.

Pelayanan farmasi klinik meliputi: A. Pengkajian dan Pelayanan Resep

Pengkajian pelayanan resep bertujuan untuk menganalisa adanya masalah terkait obat dan apabila ditemukan, maka dikonsultasikan kepada dokter penulis resep.

Pelayanan resep mulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error).

Tujuan:

Untuk menganalisa adanya masalah terkait obat; bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep.

Kegiatan :

Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.

Persyaratan administrasi meliputi:

• Nama, umur, jenis kelamin, dan berat badan serta tinggi badan pasien

• Tanggal resep

• Ruangan / unit asal resep Persyaratan farmasetik meliputi:

• Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan • Dosis dan jumlah obat

• Stabilitas

• Aturan, dan cara penggunaan Persyaratan klinis meliputi:

• Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat • Duplikasi pengobatan

• Alergi, dan reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) • Kontraindikasi

• Interaksi obat

B. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat

Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan obat pasien.

Tujuan:

a. melakukan verifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan. b. mendokumentasikan adanya alergi dan reaksi obat yang tidak dikehendaki

c. melakukan penilaian terhadap kepatuhan dan pemahaman pasien terhadap obat yang digunakan.

d. melakukan penilaian rasionalitas obat yang diresepkan.

e. memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap obat dan alat bantu kepatuhan minum obat (concordance aids).

C. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

RSUP H. Adam Malik memiliki suatu unit Pusat Informasi Obat yang memberikan informasi obat yang benar bagi pasien dan keluarga pasien dalam menggunakan obat yang benar. Informasi tentang penggunaan obat tersebut diberikan oleh apoteker yang bertugas di Pusat Informasi Obat setiap hari, sehingga pasien dan keluarga pasien dapat memahami penggunaan obat yang benar dan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani proses penyembuhan penyakit.

Pelayanan Informasi Obat adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak diluar rumah sakit.

Tujuan :

a. menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit dan pihak lain di luar rumah sakit. b. menunjang penggunaan obat yang rasional.

Kegiatan :

1. menjawab pertanyaan.

3. menyediakan informasi bagi Komite/ Sub Komite Farmasi dan Terapi sehubungan dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit.

4. bersama dengan PKMRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap.

5. melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya.

6. melakukan penelitian.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan: 1. sumber daya manusia

2. tempat 3. perlengkapan D. Konseling

Konseling obat adalah suatu proses diskusi antara apoteker dengan pasien/ keluarga pasien yang dilakukan secara sistematis untuk memberikan kesempatan kepada pasien/keluarga pasien mengeksplorasikan diri dan membantu meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran sehingga pasien/keluarga pasien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam penggunaan obat yang benar termasuk swamedikasi.

Tujuan umum konseling adalah meningkatkan keberhasilan terapi, memaksimalkan efek terapi, meminimalkan resiko efek samping, meningkatkan cost effectiveness dan menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi. Kegiatan yang dilakukan di konseling dimulai dari:

b. mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui Three Prime Questions.

c. menggali informasi lebih lanjut dengan memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat.

d. memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah penggunaan obat.

e. dokumentasi. Faktor yang diperhatikan:

1. kriteria pasien

• Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan ginjal, ibu hamil dan menyusui).

• Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM, epilepsi, dan lain-lain).

• Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, phenytoin).

• Pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi). • Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah. 2. sarana dan prasarana

• Ruangan atau tempat konseling.

• Alat bantu konseling (kartu pasien/catatan konseling). E. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi

pasien. Tujuan pemantauan terapi obat adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan resiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD).

Tahapan Pemantauan Terapi Obat: a. pengumpulan data pasien. b. identifikasi masalah terkait obat.

c. rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat. d. pemantauan.

e. terapi lanjut.

Faktor yang harus diperhatikan:

1. kemampuan penelusuran informasi dan penilaian kritis bukti terkini dan terpercaya.

2. kerahasiaan informasi.

3. kerjasama dengan tim kesehatan lain (dokter dan perawat). F. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan setiap respons terhadap obat yang tidak dikehendaki (ROTD) yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi.

Tujuan :

a. menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang.

b. menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah dikenal dan yang baru saja ditemukan.

c. mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/ mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya efek samping obat.

d. meminimalkan resiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki. e. mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki. Faktor yang perlu diperhatikan:

a. kerjasama dengan Komite Farmasi dan Terapi dan ruang rawat. b. ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.

G. Visite Pasien

Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengalami kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.

Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit atas permintaan pasien yang biasa disebut dengan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmaceutical Care). Sebelum melakukan kegiatan visite apoteker harus mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi obat dari rekam medis atau sumber lain. H. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif.

Tujuan:

b. membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu tertentu. c. memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan obat.

d. menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat. I. Dispensing Sediaan Khusus

RSUP H. Adam Malik memiliki ruangan khusus untuk melakukan pencampuran obat-obat kemoterapi bagi pasien penderita kanker yang membutuhkan obat-obat kemoterapi. Proses pencampuran dilakukan setiap hari berdasarkan permintaan dari dokter. Pencampuran dilakukan oleh apoteker berdasarkan jadwal yang telah dibuat untuk melakukan pencampuran.

Dispensing sediaan khusus steril harus dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat.

Tujuan:

a. menjamin sterilitas dan stabilitas produk. b. melindungi petugas dari paparan zat berbahaya. c. menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat. 1. Pencampuran obat Suntik

Melakukan pencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien yang menjamin kompatibilitas, dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan.

Kegiatan :

b. melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuai.

c. mengemas menjadi sediaan siap pakai. Faktor yang perlu diperhatikan:

a. ruangan khusus.

b. lemari pencampuran Biological Safety Cabinet. c. HEPA filter.

2. Penyiapan Nutrisi Parenteral

Merupakan kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula standar dan kebutuhan terhadap prosedur yang menyertai.

Kegiatan:

a. mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, mineral untuk kebutuhan perorangan.

b. mengemas ke dalam kantong khusus untuk nutrisi. Faktor yang perlu diperhatikan:

a. tim yang terdiri dari dokter, apoteker, perawat, ahli gizi. b. sarana dan prasarana.

c. ruangan khusus.

d. lemari pencampuran Biological Safety Cabinet. e. kantong khusus untuk nutrisi parenteral.

3. Penanganan Sediaan Sitostatik

Merupakan penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses pemberian kepada pasien sampai pembuangan limbahnya.

Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukannya harus sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai.

Kegiatan:

a. melakukan perhitungan dosis secara akurat.

b. melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai.

c. mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan. d. mengemas dalam kemasan tertentu.

e. membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku. Faktor yang perlu diperhatikan:

a. ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai. b. lemari pencampuran Biological Safety Cabinet.

c. HEPA filter. d. alat pelindung diri.

e. sumber daya manusia yang terlatih. f. cara pemberian obat kanker.

J. Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah (PKOD)

Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan apoteker kepada dokter.

Tujuan:

a. mengetahui kadar obat dalam darah.

b. memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:

a. alat Therapeutic Drug Monitoring/instrumen untuk mengukur kadar obat. b. reagen sesuai obat yang diperiksa.

3.2.4.5 Pokja Perencanaan dan Evaluasi

Pokja perencanaan dan evaluasi dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik, mempunyai tugas menyelenggarakan/mengkoordinasikan dan melaksanakan perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan rumah sakit, melakukan evaluasi kegiatan pelayanan kefarmasian di RSUP H. Adam Malik dan melaksanakan SIMRS instalasi farmasi.

Perencanaan dilakukan sebagai pedoman dalam merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi yang bertujuan untuk menentukan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat, dan meningkatkan efisiensi penggunaan perbekalan farmasi dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar yang telah ditentukan antara lain konsumtif, epidemologi atau kombinasi keduanya.

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah suatu sistem yang berhubungan dengan pengelolaan data, pengumpulan data, penyajian informasi, analisis dan penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah sakit. Teknologi informasi merupakan salah satu teknologi yang sedang berkembang pesat saat ini dengan kemajuan teknologi informasi, pengaksesan data atau informasi yang tersedia dapat berlangsung dengan cepat, efisien serta akurat. Hal ini jugalah yang menjadi pertimbangan RSUP H. Adam Malik untuk melakukan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit berbasis komputer yang on line ke berbagai instalasi.

Setiap data mengenai kebutuhan obat-obatan langsung di entry ke bagian instalasi farmasi secara on line, sehingga kebutuhan obat-obatan dapat langsung disediakan untuk depo yang bersangkutan. Hal ini dapat mempermudah dan mempercepat pekerjaan setiap SDM yang bertugas dalam pengelolaan perbekalan farmasi.

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) juga mempermudah bagian pokja perencanaan dan evaluasi untuk mengelola perbekalan farmasi, mulai dari membuat perencanaan perbekalan farmasi yang harus disediakan untuk semua depo yang ada di rumah sakit tanpa harus mengumpulkan data ke setiap depo yang ada, sampai pembuatan laporan perbekalan farmasi. Pokja perencanaan dan evaluasi merupakan admin bagi aplikasi SIMRS di instalasi farmasi yang bertanggung jawab menyusun data base atau master barang untuk setiap perbekalan farmasi yang beredar di rumah sakit, baik jenis, spesifikasi, harga dan lain-lain. Jadi, dengan adanya Sistem Informasi Manajemen Rumah

Sakit ini, sangat membantu untuk kemajuan dan perkembangan RSUP H. Adam Malik.

3.2.5 Depo Farmasi

3.2.5.1 Depo Farmasi Rindu A

Depo farmasi Rindu A dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala instalasi farmasi RSUP H. Adam Malik, yang bertugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan terhadap penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan farmasi serta melaksanakan SIMRS instalasi farmasi terhadap kebutuhan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap di Ruang Inap Terpadu A. Sistem distribusi obat yang dilakukan di Rindu A adalah secara One Day Dose Dispensing (ODDD).

3.2.5.2 Wakil Kepala Depo Farmasi Rindu A

Wakil kepala depo farmasi Rindu A bertugas membantu kepala depo farmasi Rindu A untuk menyelenggarakan dan mengkoordinasikan terhadap penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian stok perbekalan farmasi serta melaksanakan SIMRS instalasi farmasi terhadap kebutuhan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap terpadu A.

Dokumen terkait