• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Tindak Pidana dan Ujaran Kebencian

4. Unsur-Unsur dan Bentuk Ujaran Kebencian

Terdapat beberapa unsur-unsur Ujaran kebencian, diantaranya28: 1. Segala tindakan dan usaha baik langsung maupun tidak langsung: 2. Yang di dasarkan pada kebencian atas dasar suku, ras, agama, alir

an keagamaan, keyakinan/kepercayaan, antar golongan, warna kulit, gender, kaum difabel, ras, etnis dan orientasi seksual;

3. Yang merupakan hasutan terhadap individu kelompok agar terja di diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa atau konflik sosial; 4. Yang dilakukan melalui berbagai sarana;

Sebagaimana Unsur-unsur yang telah dipaparkan diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwasanya yang di katakana sebagai tindak pidana ujaran kebencian adalah segala tindakan dan usaha yang dilakukan oleh seseorang ataupun lebih baik secara langsung maupun tidak, untuk menebar kebencian, menghasut seseorang maupun kelompok/komunitas atas dasar suku, agama, aliran keagamaan, keyakinan/kepercayaan, ras, antar golongan, warna kulit, etnis, gender, kaum difabel, dan orientasi seksual. Perbuatan yang dilakukan

26

Marsum, Jarimah Ta‟zir, perbuatan dosa dalam hukum pidana islam, (Yogyakarta: perpustakaan fakultas hukum UII Press), 1989, hlm 33.

27

Aan Aspihanto, “Ujaran kebencian dalam sudut pandang hukum positif dan islam”

Jurnal Ar Risalah, Vol 17, No 1, (Juni 2017) , hlm 15.

28

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Buku saku penanganan ujaran kebencian (hate

dapat berupa lisan maupun tulisan melalui berbagai macam saran, sarana yang dimaksud disini ialah seperti melalui spanduk, media sosial ( facebook, twitte ,instagram, email, path, whatshApp, dan lain sebagainya), penyampaian pendapat di muka umum, ceramah keagamaan, media massa cetak maupun elektronik ( buku, majalah, Koran, komik, pamplet), dan juga bisa melalui kampanye, baikdalam bentuk orasi maupun tulisan.

Dalam surat Edaran Kapolri Nomor SE/6/X/2015, ujaran kebencian dapat berupa tindak pidana yag di atur dalam kitab undang-undang hukum pidana

(KUHP) dan ketentuan pidana lainnya yang di atur diluar KUHP. Yang berbentu kantara lain29:

1. Penghinaan;

2. Pencemaran nama baik; 3. Penistaan;

4. Perbuatan yang tidak menyenangkan; 5. Memprovokasi;

6. Menghasut;

7. Penyebaran berita bohong (Hoax);

Semua tindakan di atas memiliki tujuan atau bisa berdampak pada tindakan diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa, dan konflik sosial.

Kemudian pada huruf (g) surat edaran nomor SE/06/X/2015 disebutkan ujaran kebencian sebagaimana yang dimaksud di atas, bertujuan untuk

29

Surat Edaran Kapolri Nomor ; SE/06/X/2015 Tentang penanganan ujaran

menghasut dan menyulut kebencian terhadap individu dan kelompok masyaraka t,dalam berbagai komunitas dari aspek30:

1. Suku; 2. Agama;

3. Aliran Keagamaan;

4. Keyakinan atau kepercayaan; 5. Ras, Etnis, Gender;

6. Antar golongan, Warna kulit; 7. Kaum difabel;

8. Orientasi seksual;

Adapun penjelasan dari pembagian tindak pidana yang terdapatdalam ujaran kebencian yang ada di atas adalah sebagai berikut:

a. Penghinaan

Penghinaan dapat dikatakan sebagai ujaran kebencian jikapenghinaan ditujukan kepada seseorang dan kelompok/ komunitas berdasarkan atas suku, agama, keagamaan, keyakinan/ kepercayaan,etnis, warna kulit, gender, orang yang disabilitas, dan orientasi seksual serta penghinaan itu berupa hasutan guna melakukan diskriminasi, permusuhan atau kekerasan . Penghinaan ini terdapat dalam pasal 315 KUHP jo UU No.12 Tahun 2005 tentang pengesahan konvenan Internasional tentang hak-hak sipil dan politik jo pasal 7 ayat (2) UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM. Pasal 315 KUHP Berbunyi:

“Tiap-tiap penghinaan dengan sengaja yang tidak bersifat pencemaran nama baik tertulis, yang dilakukan terhadap seseorang, baik dimuka umu dengan lisan atau tulisan, maupun dimuka orang itu sendiri dengan lisan atau perbuatan atau dengan surat yang

dikirimkan atau diterimakan kepadanya, diancam karena penghinaan ringan, dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak tiga ratus rupiah”.

Fitnah juga dapat dikatakan sebagai ujaran kebencian jika tuduhan itu tidak hanya dinyatakan semata tetapi di lakuakan juga dengan bentuk tindakan maupun perbuatan dan usaha baik secara langsung maupun tidak langsung, tuduhan tidak benar itu tentang kehormatan ataupun nama baik seseorang berdasarkan atas suku, agama, ras, aliran keagamaan, keyakinan/ kepercayaan, etnis, warna kulit, gender, orang yang disabilitas, dan orientasi seksual serta tuduhan tersebut berupa hasutan untuk melakukan diskriminasi, permusuhan atau kekerasan31.

b. Pencemaran Nama Baik

Pencemaran nama baik dapat dikatakan sebagai ujaran kebencian jika serangan tersebut berbentuk tindakan dan usaha baik langsung maupun tidak, serangan terhadap kehormatan ataupun nama baik seseorang itu berdasarkan atas suku, agama, aliran keagamaan, keyakinan/ kepercayaan, etnis, warna kulit gender, orang yang disabilitas, dan orientasi seksual serta serangan berupa hasutan untuk melakukan diskriminasi, permusuhan atau kekerasan32. Pencemaran nama baik terdapat pada pasal 310 KUHP jo. UU No. 12 Tahun 2005 tentang pengesahan konvenan internasional tentang hak-hak sipil dan politik jo. Pasal 7 ayat (1), (2), (3) UU No.39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Yang Bunyinya:

“(1) Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang, dengan menuduh sesuatu hal, yang maksudnya terang-terangan supaya hal itu diketahui umum, diancam, karena

31

Ibid, hlm 15.

32

pencemaran, dengan pidana penjara paling lama Sembilan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.

(2) Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan, ditunjukan atau ditempelkan di muka umum, maka yang bersalah , karena pencemaran yang tertulis, diancam pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.

(3) Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan tersebut terang dilakukan demi kepentingan umum karena terpaksa untuk membela diri.”

c. Penistaan

Penistaan adalah suatu perkataan, perilaku, tulisan, ataupun pertunjukan yang dilarang karena dapat memicu terjadinya tindakan kekerasan dan sikap prasangka antara dari pihak pelaku tersebut maupun korban dari tindakan tersebut, sedangkan menurut pasal 310 ayat (1) KUHP penistaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan cara menuduh seseorang maupun kelompok telah melakukan perbuatan tertentu dengan maksud supaya tuduhan itu tersiar (diketahui orang banyak). Perbuatan yang dituduhkan itu tidak perlu suatu perbuatan yang boleh dihukum seperti mencuri, menggelapkan, berzina dan sebagainya, cukup dengan perbuatan biasa, sudah tentu suatu perbuatan yang sangat memalukan33. Sedangkan penistaan dengan surat di atur pada pasal 310 ayat (2) KUHP34. Sebagaimana yang telah dijelaskan apabila tuduhan tersebut di lakukan dengan tulisan (surat) ataupun gambar, maka jelas kejahatan itu dikategorikan

33

Pasal 310 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

34

menista dengan surat. Jadi seseorang dapat dituntut menurut pasal ini jika perbuatan/ kejahatan yang dilakukanya menggunakan surat atau gambar.

d. Perbuatan Yang Tidak Menyenangkan

Perbuatan tidak menyenangkan ini tidak termasuk dalam ujaran kebencian ,karena Mahkamah Konstitusi dalam putusan No.1/PPU-XI/2013 Telah menghapus kekuatan mengikat frasa “sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak menyenangkan” dalam pasal 335 ayat (1) butir 1 KUHP. Dengan demikian dapat dikatakan perbuatan tidak menyenangkan tidak lagi ada dalam hukum pidana Indonesia35.

e. Memprovokasi

Memprovokasi merupakan menyatakan perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan di muka umum terhadap suatu atau beberapa golongan terdapat pada rumusan pasal 156 KUHP dapat dikatakan sebagai ujaran kebencian jika perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan tersebut dilakukan dalam bentuk tindakan dan usaha baik secara langsung maupun tidak langsung. Golongan yang dimaksud dalam pasal tersebut yaitu tiap-tiap bagian dari rakyat Indonesia yang berbeda dengan suatu atau beberapa bagian lainya karena ras, negeri asal, agama, tempat, asal, keturunan, kebangsaan atau kedudukan menurut hukum tata negara36.

35

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, “Buku saku penanganan ujaran kebencian

(hate speech)”, Komnas Ham, Jakarta,2015, Hlm 15.

36

f. Menghasut

Menurut R.Soesilo, Menghasut artinya mendorong, mengajak, membangkitkan atau membakar semangat orang supaya berbuat sesuatu, dalam kata “menghasut” tersimpul sifat “dengan sengaja” menghasut itu lebih keras daripada “memikat” atau “membujuk” akan tetapi bukan “memaksa”37.

g. Penyebaran Berita Bohong (Hoax)

Dengan majunya dunia telekomunikasi, informasi tanpa disadari telah dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk membangun sebuah opini yang dirasa dapat menguntungkan dirinya maupun kelompok tertentu, salah satu nya banyaknya tersebar berita bohong atau yang lebih ramai disebut dengan Hoax.

Menurut R.Soesilo, Menyebarkan berita bohong yaitu menyiarkan berita atau kabar dimana ternyata kabar yang disiarkan itu adalah kabar bohong, yang di pandang sebagai kabar bohong tidak saja memberitahukan suatu kabar yang kosong, akan tetapi juga menceritakan secara tidak betul suatu kejadian38.

Dokumen terkait