B. Penyampaian Pesan Dakwah 1.Pengertian Pesan
3. Unsur-Unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah dalam pembahasan ini adalah bagian-bagian yang terkait
dan merupakan satu kesatuan dalam suatu penyelengaraan dakwah. Jadi, unsur-unsur
dakwah tersebut:
a. Subjek Dakwah. Dalam hal ini yang dimaksud dengan subjek dakwah adalah yang
melaksanakan tugas-tugas dakwah, orang itu disebut da`i atau mubaligh.
b. Objek Dakwah. Objek dakwah adalah setiap orang atau sekelompok orang yang
dituju atau menjadi sasaran suatu kegiatan dakwah. Berdasarkan pengertian tersebut, maka setiap manusia tanpa membedakan jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan, warna kulit, dan dain sebagainya, adalah objek dakwah.
Pada prinsipnya objek dakwah terbagi dua, yaitu:
1) Objek material; ilmu dakwah adalah semua aspek ajaran Islam (dalam
Al-Qur`an dan Sunnah), sejarah ajaran Islam (Ijtihan dan realisasinya dalam sistem pengetahuan, teknologi, sosial hukum, ekonomi, pendidikan dan kemasyarakatan, politik dan kelembagaan Islam)
2) Objek formal; ilmu dakwah adalah mengkaji salah satu sisi objek formal yang
dihadapi umat.
a. Materi dakwah. Materi dakwah adalah isi pesan yang disampaikan oleh da`i
kepada objek dakwah, yakni ajaran agama Islam sebagaimana tersebut dalam Al Qur`an dan Hadis. Oleh karena itu seorang da`i hendaknya mengkaji objek dakwah dan strategi dakwah terlebih dahulu sebelum menentukan materi dakwah sehingga terhindar dari hal-hal yang dapat menghambat kegiatan dakwah.
b. Metode dakwah. Metode dakwah adalah cara-cara menyampaikan pesan kepada
objek dakwah, baik itu kepada individu, kelompok maupun masyarakat agar pesan tersebut mudah diterima, diyakini dan diamalkan. Sebagaimana yang telah tertulis dalam Al-Qur`an surah An-Nahl: 125.
c. Landasan Dakwah.
1) Bil Hikmah (Kebijaksanaan) yaitu cara-cara penyampaian pesan-pesan
dakwah sesuai dengan keadaan penerima dakwah. Operasionalisasi metode dakwah bil hikmah dalam penyelenggaraan dakwah dapat berbentuk: ceramah-ceramah pengajian, pemberian santunan kepada anak yatim atau korban bencana alam.
2) Mau`idah Hasanah, yakni memberi nasehat atau mengingatkan kepada orang
lain dengan tutur kata yang baik, sehingga nasihat tersebut dapat diterima tanpa ada rasa keterpaksaan. Penggunaan metode dakwah model ini dapat dilakukan antara lain dengan melalui: kunjungan keluarga, sarasehan, penataran/kursus-kursus, ceramah umum, tabligh dan penyuluhan.
3) Mujadalah (bertukar pikiran dengan cara yang baik).62
62
Masing-masing Da`i mempunyai gaya yang berbeda-beda. Setiap Da`i yang
menjalankan kegiatan dakwah masing-masing memiliki pendekatan, strategi, metode
dan teknik yang berbeda satu sama lain. Perbedaan ini juga berlaku saat menghadapi
objek dakwah yang berbeda. Mengingat subjek dakwah adalah sebagai penyampai
materi. Maka sikap tegasnya dapat dilakukan oleh ia yang mampu melaksanakannya
serta didukung oleh situasi yang mengitarinya dan ada harapan perubahan dari objek
dakwah.
Jadi agar terlaksananya suatu penyelenggaraan dakwah, seorang Da`i harus
mempunyai materi dakwah nya terlebih dahulu untuk di sampaikan kepada mad`u
melalui cara-cara yang mudah diterima, diyakini dan diamalkan, melalui landasan
dakwah yang berbentuk ceramah, nasehat atau dengan bertukar pikiran secara baik.
Adapun hal yang mempengaruhi aktivitas dakwah antara lain meliputi:
a. Keberadaan seorang Da`i, baik yang terjun secara langsung maupun tidak
langsung, dalam pengertian eksistensi Da`i yang bergerak di bidang dakwah itu sendiri.
b. Materi merupakan isi yang akan disampaikan kepada Mad`u, pada tataran ini
materi harus bisa memenuhi atau yang dibutuhkan oleh Mad`u.
c. Mad`u kegiatan dakwah harus jelas sasarannya, dalam artian ada objek yang
didakwahinya.63
Penyampaian Pesan Dakwah
Banyak alat yang bisa dijadikan media dakwah. Alat tersebut dapat dikatakan
sebagai media dakwah bila ditunjukkan untuk berdakwah. Semua alat itu tergantung
dari tujuannya. Salah satu media dakwah yaitu Radio.
63
Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), cet. 2. h. 32.
Radio yang merupakan media komunikasi massa mempunyai andil yang cukup
besar dalam penyampaian dan penerangan agama kepada masyarakat.
Begitu kuatnya media ini sampai dijuluki kekuasaan kelima (the fifth estate) setelah
surat kabar sebagai kekuasaan keempat.
Antara strategi dengan siaran , maka dapat diartikan sebagai pola-pola umum
atau perhitungan kebijaksanaan siaran dan langkah-langkah (Bintoro, 13:1983).
Dapat penulis simpulkan bahwa dalam penyampaian pesan dakwah adalah
nasehat dalam bentuk suara, gambar, atau karakter baik yang bersifat interaktif atau
tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran dalam rangka mengajak
manusia kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Allah untuk keselamatan
dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Yang dimaksud dengan pesan dakwah di sini
yaitu siaran yang berada di jam-jam tertentu yang diselipkan kata-kata untuk
mengajak muda mudi yang mendengarkan agar melakukan suatu kebaikan. Baik
buruknya publikasi pesan dalam bentuk suara, gambar, atau karakter baik yang
bersifat interaktif atau tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran
dalam rangka mengajak manusia kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah
Allah untuk keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Penyampaian pesan
dakwah yang penulis maksud adalah suatu siaran yang disampaikan melalui bentuk
suara yang mengajak seseorang dalam kebaikan dunia dan akhirat.
Media dakwah dapat berfungsi secara efektif bila ia dapat menyesuaikan diri
dengan pendakwah, pesan dakwah dan mitra dakwah. Dalam penyampaian pesan
dakwah juga berkaitan dengan efek dakwah dimana setiap aksi menimbulkan reaksi.
komponen dakwah yang dikaitkan dengan tujuan dakwah yang telah ditetapkan
dengan hasil yang dicapai.
Selanjutnya dalam memahami strategi komunikasi penyiar di radio, penulis
menggunakan penggabungan antara teori komunikasi Harold D. Lasswell dengan
teori komunikasi Melvin L. DeFluer. Pada teori Lasswel dinyatakan bahwa cara yang
terbaik untuk menerangkan kegiatan komunikasi ialah menjawab pertanyaan Who
Says What In Which Channel To Whom With What Effect?
Untuk mantapnya strategi komunikasi, maka segala sesuatunya harus
dipertautkan dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap
pertanyaan dalam rumus Laswell tersebut.
Who? (Siapakah komunikatornya?)
Says What (Pesan Apa yang disampaikan?) In Which Channel (Media Apa yang digunakan?) To Whom ( Siapa komunikannya?)
With What Effect? (Efek apa yang dihasilkan?)64
Rumusan Laswell tersebut mempunyai pertautan dengan berbagai teori
komunikasi lainnya. Pertama-tama fokus perhatian perlu ditunjukkan kepada
komponen komunikasi. Untuk membahas ini sengaja penulis gabungkan dengan salah
satu dari empat teori Melvin L. DeFleur, yaitu dengan mengambil teori Cultural
Norms Theory, sebagai teori keempat yang diketengahkan oleh Melvin, pada hakikatnya merupakan anggapan yang mendasar bahwa, melalui penyajian selektif
64
dan penekanan pada tema tertentu, media massa menciptakan kesan-kesan tertentu
pada khalayak.65
Sehubungan dengan penggunaan teori tersebut, ada alasan bahwa teori ini
sangat erat sekali hubungannya dengan strategi untuk memberikan pengaruh kepada
norma-norma dan batas-batas situasi perorangan.
Pertama: Pesan komunikasi bisa memperkuat pola-pola yang sudah ada (reinforce exiting patterns) dan mengarahkan orang-orang untuk percaya bahwa suatu bentuk sosial dipelihara oleh masyarakat.
Kedua: Media massa bisa menciptakan keyakinan baru (creat new shared
conviction) mengenai topik, dengan topik mana khalayak kurang berpengalaman sebelumnya.
Ketiga: Media massa bisa mengubah norma-norma yang sudah ada (change
exiting Norm) dan karenanya mengubah orang-orang dari bentuk tingkah laku yang lain.66
Sejalan dengan perkembangan pesat teknologi modern, maka tidak dapat dipungkiri bahwa tantangan dakwah semakin berat. Oleh karena itu, dakwah pada saat ini tidak dapat lagi hanya mengandalkan masjid dan majelis taklim sebagai upaya mengajak manusia kearah yang positif. Tapi juga memerlukan pemanfaatan media yang sesuai dengan kondisi dan semangat zaman.
Kenyataan tersebut tidaklah mengherankan bila kemudian muncul sikap
antusias masyrakat untuk memiliki pesawat radio.
Radio sebagai media massa memiliki kelebihan dibanding media massa
lainnya. Meskipun radio hanya merupakan auditori, tetapi dalam jangkauannya lebih
luas, cepat dan murah, bahkan sampai kepelosok daerah. Sehingga kedudukannya
65Ibid, h. 24.
66
memiliki nilai strategis sebagai media dakwah, dan pesan-pesan yang disampaikan
lewat radio akan lebih mudah dan cepat tersebar luas.67
Dakwah yang disampaikan melalui radio memiliki nilai penting dan strategis.
Orientasi dakwah melalui radio sesungguhnya dapat menjangkau wilaya kognitif,
afektif, dan psikomotorik khalayak pendengarnya. Namun untuk tercapainya tujuan
ini diperlukan kemampuan mengelola untuk mengemas pesan dan kata menjadi
barang berharga yang perlu disimak dan didengarkan. InsyaAllah, bila hal tersebut
telah terwujud, dakwah akan terwujud dengan baik.
Radio 94.4 FM D!Radio Lampung telah mempunyai andil besar atau bahkan
setidaknya memberikan harapan-harapan khalayak pendengar di Lampung, tentang
prilaku yang pantas serta aktifitas yang sesuai dengan agama. Hal ini dapat dilihat
dari program siaran tertentu, tentang menyajian informasi serta kemampuan penyiar
dalam mengemas pesan dengan kata menjadi sesuatu yang berharga untuk disimak
dan didengarkan yang notabennya muda mudi. Sementara pada anak-anak muda
secara umum masih banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang
mengakibatkan masih terjadinya perbuatan-perbuatan amoral (maksiat), hal ini
memberikan hipotesis bahwa kenyataan ini dimungkinkan karena ketidakcocokkan
dalam menentukan strategi siaran agama yang digunakan sehingga sulit untuk
memahaminya.
Lebih jelasnya teori pemahaman terhadap strategi menurut Laswell dan
Melvin, dapat dilihat pada bagan berikut:68
67
Onong, Op. Cit, h. 107-108.
68
Bagan tersebut memberikan pemahaman bahwa untuk memahami strategi
siaran maka harus kita faham dulu stategi komunikasi. Dalam memahami strategi
siaran disini, sengaja penulis menggunakan penggabungan dua teori komunikasi yaitu
teori komunikasi Laswell dan Teori Komunikasi Melvin.
Penulis dapat menarik kesimpulan bahwa kedua teori tersebut pada intinya
sama yaitu bagaimana memecahkan permasalahan yang dihadapi strategi, walaupun
tentunya ada perbedaan keduanya namun perbedaan tersebut hanya pada teknis saja. Teori Komunikasi
Massa
5W + 1H
Melvin Laswell
Cultural Norm Theory
1. Who? 2. Says What? 3. In Which Channel 4. To Whom?
5. With What Effect?
1. Reinforce Exciting Pattern
2. Creat New Shared 3. Change Exciting Norm
Radio Siaran
Pemahaman Strategi
Pada teori Laswell lebih cenderung kepada bagaimana teknis siaran serta untuk siapa
dan apa efeknya. Kalau pada teori komunikasi Melvin lebih cenderung kepada
bagaimana siaran tersebut memberikan pemahaman serta dapat merubah tingkah laku
BAB III