• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unsur-Unsur Partisipasi Anggota

BAB I PENDAHULUAN

B. Partisipasi Anggota

2. Unsur-Unsur Partisipasi Anggota

Istilah partisipasi mempunyai banyak dimensi/ sudut pandang, tergantung dari sudut mana kita memandang. Partisipasi bisa dipandang dari sifatnya, bentuknya, pelaksanaannya dan peran serta perorangan atau sekelompok orang. Dimensi-dimensi partisipasi dijelaskan sebagai berikut (Hendar dan Kusnadi, 2002: 73):

a. Dimensi partisipasi dipandang dari sifatnya.

Dipandang dari sifatnya, partisipasi dapat berupa: partisipasi yang dipaksakan (forced) dan partisipasi sukarela (voluntary). Partisipasi yang sesuai pada koperasi adalah partisipasi yang bersifat sukarela. Sifat kesukarelaan ini menuntut kemampuan manajemen koperasi dalam merangsang aktivitas partisipasi anggota. Tanpa rangsangan partisipasi yang efektif, partisipasi dalam koperasi tidak akan berjalan.

b. Dimensi partsipasi dipandang dari bentuknya.

Dipandang dari bentuknya, partisipasi dapat dibagi menjadi partisipasi formal (formal participation) dan partisipasi informal (informal participation). Pada koperasi kedua bentuk partisipasi ini bisa dilaksanakan secara bersama-sama. Manajemen koperasi bisa merangsang partisipasi anggota secara formal maupun informal, tergantung situasi dan kondisi serta aturan-aturan partisipasi yang diberlakukan.

c. Dimensi partisipasi dipandang dari pelaksanaannya.

Dipandang dari pelaksanannya, partisipasi dapat dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak langsung. Partisipasi langsung dapat dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas koperasi (membeli atau menjual kepada koperasi), memberikan saran atau informasi dalam rapat-rapat, memberikan kontribusi modal, memilih pengurus, dll. Partisipasi tidak langsung terjadi apabila jumlah anggota terlampau banyak, anggota tersebar di wilayah kerja koperasi yang begitu luas, atau koperasi yang terintegrasi, sehingga diperlukan perwakilan-perwakilan untuk menyampaikan aspirasinya.

d. Dimensi partisipasi dipandang dari segi kepentingannya.

Dari segi kepentingannya partisipasi dalam koperasi dapat berupa partisipasi kontributif (contribute participation) dan partisipasi insentif (incentive participation). Kedua jenis partisipasi ini timbul

sebagai akibat peran ganda anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan.

Antara partisipasi kontributif dengan partisipasi insentif terdapat hubungan yang sangat erat, yaitu:

1) Dalam rangka membiayai pertumbuhan koperasi, kontribusi keuangan yang baik berupa simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela maupun yang berasal dari usaha sendiri para anggota (partsipasi kontribusi keuangan) sangat diperlukan. 2) Setelah dana yang terkumpul tersebut digunakan oleh koperasi,

proses pengambilan keputusan mengenai penetapan tujuan dan kebijaksanaan serta proses pengawasan jalannya perusahaan koperasi harus melibatkan anggota karena anggota sebagai pemilik koperasi (partisipasi kontributif anggota dalam pengambilan keputusan).

3) Tetapi untuk mendukung pertumbuhan koperasi, anggota sebagai pelanggan harus memanfaatkan setiap pelayanan yang diberikan oleh koperasi (partisipasi insentif).

Ada beberapa pendapat tentang bentuk- bentuk partisipasi anggota dalam koperasi. Menurut Kartasapoetra (1992: 126) partisipasi anggota aktif dapat diwujudkan dengan:

a. Membayar iuran wajib secara tertib dan teratur.

c. Memanfaatkan jasa koperasi (barang/belanja barang-barang dari koperasi)

d. Memanfaatkan dana pinjaman koperasi dengan taat mengangsur. e. Menghadiri rapat-rapat dan pertemuan secara aktif.

Menurut Widiyanti dan Panji (1993: 200) beberapa indikasi yang muncul sebagai ciri-ciri anggota yang berpartisipasi baik adalah:

a. Melunasi simpanan pokok dan simpanan wajib secara tertib dan teratur.

b. Membantu modal koperasi disamping simpanan pokok dan simpanan wajib sesuai dengan kemampuan masing-masing.

c. Menjadi langganan koperasi yang setia.

d. Menghadiri rapat-rapat dan pertemuan secara aktif.

e. Menggunakan hak untuk mengawasi jalannya usaha koperasi menurut Anggaran Dasar dan Rumah Tangga, peraturan-peraturan lainnya dan keputusan keputusan bersama lainnya.

Partisipasi anggota berdasarkan statusnya dapat dirinci menjadi (Rusidi, 1992: 18):

a. Partisipasi anggota dalam RAT.

b. Partisipasi anggota dalam penanaman modal melalui berbagai macam simpanan.

c. Partisipasi anggota dalam pemanfaatan pelayanan yang disediakan oleh koperasi (sebagai pelanggan).

Secara garis besar, partisipasi anggota secara operasional dapat dilihat melalui beberapa indikator, antara lain (Yahya, 1985: 87):

a. Kerajinan dan ketepatan membayar simpanan. b. Seringnya menghadiri rapat-rapat.

c. Motivasi menjadi anggota.

d. Pengetahuan tentang koperasi, antara lain tentang mekanisme pemilihan pengurus.

e. Ketepatan mengembalikan pinjaman (khusus untuk koperasi simpan-pinjam).

f. Frekuensi penggunaan jasa koperasi.

Makin besar peranan pengurus dan badan pemeriksa dalam menggerakkan indikator-indikator tersebut akan makin besar pula tingkat partisipasi anggota, sehingga perputaran roda organisasi maupun usaha koperasi akan lebih dinamis. Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur partisipasi anggota yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga hal penting yaitu:

a. Partisipasi anggota dalam demokrasi ekonomi.

Partisipasi anggota dalam demokrasi ekonomi koperasi dapat dilakukan dalam rapat anggota baik rapat anggota tahunan (RAT) maupun rapat-rapat anggota yang dilakukan sewaktu-waktu apabila diperlukan. Dalam koperasi, rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi di mana dalam rapat ini semua anggota berhak

menghadirinya. Menurut UU No.25 tahun 1992 pasal 23, rapat anggota pada umumnya menetapkan:

1) Anggaran Dasar

2) Kebijakan umum di bidang organisasi seperti manajemen dan usaha koperasi

3) Pemilihan, pengangkatan, dan pemberhentian pengurus dan pengawas.

4) Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja koperasi serta pengesahan laporan keuangan.

5) Pengesahan pertanggungjawaban pengurus dalam melaksanakan tugasnya.

6) Pembagian sisa hasil usaha (SHU)

7) Penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran koperasi.

Di dalam rapat anggota koperasi itulah para anggota koperasi dapat menggunakan dengan sebaik-baiknya hak demokrasinya secara jujur dan demokratis mengemukakan pendapat dan gagasan-gagasannya demi perbaikan, kemajuan dan perkembangan koperasi sebagai wahana yang terbaik untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan bersama.

b. Partisipasi Anggota Dalam Permodalan.

Dalam kehidupan koperasi, untuk dapat melaksanakan dan mengembangkan usahanya diperlukan modal. Permodalan koperasi

terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan hibah. Sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari anggota, koperasi lainnya dan/atau anggota, bank, dan lembaga-lembaga keuangan lainnya, penerbitan dan surat utang lainnya atau sumber-sumber lain yang sah (UU No. 25 Tahun 1991 pasal 41).

Bentuk partisipasi anggota dalam permodalan dapat dilakukan melalui berbagai simpanan yang ada dalam koperasi. Menurut UU No. 25 Tahun 1991 pasal 41 modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari (Sitio dan Halomoan, 200: 84):

1) Simpanan pokok

Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh masing-masing anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok ini sifatnya permanen, artinya tidak dapat diambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

2) Simpanan wajib

Simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama banyaknya, yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada periode tertentu. Simpanan wajib ini tidak dapat diambil selama yang bersangkutan menjadi anggota.

3) Dana Cadangan

Dana cadangan adalah sejumlah dana yang diperoleh dari penyisihan Sisa Hasil Usaha (SHU) dan dicadangkan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan.

4) Donasi atau hibah

Donasi atau hibah yaitu sejumlah uang atau barang dengan nilai tertentu yang disumbangkan oleh pihak ketiga, tanpa ada sesuatu ikatan atau kewajiban untuk mengembalikannya.

Sedangkan modal pinjaman atau modal luar bersumber dari (Sitio dan Halomoan, 2001: 84-85):

1) Anggota

Yaitu pinjaman dari anggota ataupun calon anggota koperasi yang bersangkutan.

2) Koperasi lainnya dan/atau anggotanya

Yaitu pinjaman dari koperasi lainnya dan/atau anggotanya yang didasari dengan perjanjian kerja sama antar koperasi.

3) Bank dan lembaga keuangannya lainnya

Yaitu pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya yang dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya

Yaitu dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

5) Sumber lain yang sah

Yaitu pinjaman yang diperoleh dari bukan anggota yang dilakukan tanpa melalui penawaran secara umum.

c. Partisipasi Anggota Dalam Menggunakan Jasa Koperasi.

Prinsip kegiatan koperasi adalah berorientasi pada kepentingan anggota (member oriented). Hal ini sangat berkaitan dengan fungsi ganda anggota sebagai pemilik sekaligus sebagai pelanggan dari koperasinya. Fungsi ganda anggota ini harus simultan tidak boleh dipisah. Fungsi ganda ini menjadi ciri khas suatu koperasi yang membedakan dengan perusahaan lain non-koperasi.

Hal diatas sejalan dengan isi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.27 (Revisi 1998) mengenai Akuntansi Perkoperasian bahwa karakteristik utama koperasi yang membedakannya dengan badan usaha lain adalah bahwa anggota koperasi memiliki identitas ganda (the dual identity of the member), yaitu anggota sebagai pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi (user own oriented firm). Oleh karena itu:

1) Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama.

2) Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai percaya diri untuk menolong dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, kesetiakawanan, keadilan, persamaan, dan demokrasi. Selain itu, anggota-anggota koperasi percaya pada nilai-nilai etika kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap orang lain.

3) Koperasi didirikan, dimodali, dibiayai, diatur, dan diawasi serta dimanfaatkan sendiri oleh anggotanya.

4) Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan anggota (promotion of the member’s welfare). 5) Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan koperasi kepada

anggotanya maka kelebihan kemampuan pelayanan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang nonanggota koperasi.

C. Sisa Hasil Usaha (SHU)

Dokumen terkait