• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNTUK MENGATASI CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (G arcinia mangostana L )

( Garcinia mangostana L ) Latar Belakang

UNTUK MENGATASI CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (G arcinia mangostana L )

Latar Belakang

Aplikasi kalsium pada tanaman manggis terbukti mampu menurunkan cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah manggis. Pada percobaan aplikasi kalsium berdasarkan stadia pertumbuhan dan perkembangan buah, didapatkan informasi bahwa waktu aplikasi kalsium terbaik terhadap penurunan cemaran getah kuning pada buah manggis adalah pada saat antesis. Selanjutnya sumber pupuk kalsium yang diberikan diduga juga memberikan pengaruh terhadap serapan dan tingkat kelimpahan kalsium pada tanaman. Saat ini terdapat dua sumber kalsium yang umum digunakan oleh petani yaitu dari Dolomit (CaMg(CO3)2) dan Kalsit (CaCO3). Di dalam percobaan ini dicoba untuk menurunkan dosis pupuk kalsium yang diberikan menjadi sebesar 1 ton/ha/tahun dibandingkan pada pecobaan sebelumnya sebesar 2 ton/ha/tahun.

Serapan kalsium oleh tanaman selain dipengaruhi oleh transpirasi juga dipengaruhi oleh kondisi aerasi di tanah. Menurut Marschner (1995) serapan kalsium selain dipengaruhi oleh proses transpirasi tanaman, namun juga dipengaruhi oleh kondisi aerasi didaerah perakaran. Dengan kondisi aerasi tanah yang baik maka repirasi akar dapat berjalan baik dan mendorong peningkatan pertumbuhan dan perkembangan akar. Peningkatan pertumbuhan dan perkembangan akar akan meningkatkan serapan air dan berbagai unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman termasuk kalsium. Perbaikan kondisi aerasi di daerah perakaran tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi lubang resapan biopori (LRB). Teknologi lubang resapan biopori merupakan teknik yang digunakan untuk menstimulasi terbentuknya saluran-saluran (pori-pori) tanah secara alami di daerah perakaran tanaman. Peningkatan aerasi di daerah perakaran diharapkan akan meningkatkan serapan kalsium oleh tanaman dan kemudian meningkatkan distribusi kalsium ke jaringan buah.

Oleh karena itu dilakukan percobaan yang bertujuan untuk: (1) mendapatkan dosis dan sumber kalsium terbaik dan efisien dalam menurunkan cemaran getah kuning pada buah manggis, (2) mengetahui pengaruh lubang resapan biopori di dalam usaha mengatasi cemaran getah kuning pada buah manggis, (3) mengetahui kombinasi terbaik dari aplikasi kalsium dan lubang resapan biopori untuk meningkatkan serapan dan tranlokasi kalsium ke buah dan dapat menanggulangi cemaran getah kuning pada buah manggis.

Bahan dan Metode Tempat dan waktu

Penelitian dilakukan di kebun manggis Kelompok Tani Manggis Karya Mekar, di Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian 390- 398 m di atas permukaan laut (dpl). Lokasi ini merupakan daerah sentra produksi tanaman manggis binaan

sekarang. Analisis kimia tanah dan jaringan tanaman akan dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah, Bogor dan kualitas buah di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian IPB. Foto morfologi jaringan akar dan pita kaspari dilakukan di Lab. Mikroteknik, IPB. Penelitian berlangsung selama 36 bulan sejak persiapan hingga pangambilan data, yaitu dimulai pada bulan Maret 2011 hingga April 2014.

Bahan dan alat

Bahan tanaman yang digunakan adalah tanaman manggis asal biji yang telah berumur berumur lebih kurang 20 tahun dan telah berproduksi. Pemilihan tanaman sampel dilakukan seperti yang dilakukan pada pada BAB III.

Metode percobaan

Percobaan dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 3 ulangan, terdiri atas perlakuan dosis pupuk kalsium (C) sebagai faktor pertama yang diberikan pada saat antesis, terdiri atas 5 taraf yaitu:

1. Kontrol (tanpa kalsium)

2. 1.6 kg kalsium dolomit /pohon/tahun (5.33 kg dolomit/ pohon /tahun) 3. 3.2 kg kalsium dolomit /pohon/tahun (10.67 kg dolomit /pohon /tahun) 4. 1.6 kg kalsium kalsit /pohon/tahun (3.55 kg kalsit/pohon/tahun)

5. 3.2 kg kalsium kalsit /pohon/tahun (7.11 kg kalsit/pohon/tahun)

Sedangkan faktor kedua yaitu aplikasi teknologi lubang resapan biopori (LRB) pada daerah perakaran manggis (P), yang terdiri atas 2 taraf yaitu :

1. Tanpa aplikasi teknologi lubang resapan biopori 2. Aplikasi teknologi lubang resapan biopori

Setiap taraf perlakuan terdiri atas satu tanaman sehingga diperlukan 30 tanaman manggis dewasa (umur lebih kurang 20 tahun dan telah berbuah) yang relatif seragam dalam satu lokasi percobaan (Lampiran1).

Pemberian kalsium pada daerah perakaran manggis dengan cara ditaburkan dalam larikan yang dibuat pada sekeliling pohon manggis di bawah tajuk dengan diameter lebih kurang 2 m, dan kemudian ditutup dengan tanah kalsium yang digunakan bersumber dari Dolomit (CaMg(CO3)2) dan Kalsit (CaCO3). Penerapan teknologi LRB dilakukan pada bagian perakaran tanaman manggis dengan membuat lubang dengan diameter 10 cm sedalam 100 cm, sebanyak 8 lubang di bawah tajuk tanaman manggis.

Pelabelan buah

Pelabelan buah dilakukan terhadap 100 bunga/pohon. Pelabelan bertujuan untuk menentukan buah-buah yang akan digunakan selama pengamatan.

Pemanenan

Buah dipanen pada umur 112 hari setelah antesis.

Pengamatan

Peubah yang diamati adalah :

2. Kandungan kalsium perikarp buah. Diukur dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer), Perkin-Elmer model 1100B. Seperti pada BAB III

3. Komponen kualitas buah. Seperti pada BAB III 4. Panjang akar. Pengamatan meliputi :

a) Pengukuran panjang akar nampak berdasarkan satuan luas (m2) tanah. Pengamatan dilakukan dengan membuat potongan vertikal dari permukaan tanah hingga kedalaman 0.30 m. Panjang potongan adalah 0.30 m. sehingga terbentuk potongan vertikal dan melintang pada profil tanah seluas 0.30 m x 0.30 m. Potongan berjarak 1.5 m dari batang pohon manggis (di bawah lingkar kanopi). Pada permukaan potongan vertikal dari profil tanah tersebut diletakkan plastik fiber transparan. Semua akar tanaman manggis yang terlihat/nampak pada plastik fiber tersebut kemudian digambar pola sebarannya. Pola yang didapatkan kemudian diukur menggunakan curvimeter digital Silva. Panjang akar yang didapatkan kemudian dikonversikan dalam satuan per m2.

b) Pengukuran panjang akar berdasarkan satuan volume (m3) tanah. Pada metode ini akar-akar tanaman manggis diambil dari daerah perakaran. Ruang pengambilan akar adalah sebesar 0.35 m x 0.35 m x 0.60 m. Potongan berjarak 1.5 m dari batang pohon manggis (di bawah lingkar kanopi). Semua akar yang didapat kemudian dipisahkan dari tanah dan benda lain. Akar-akar kemudian diletakkan dan disebar merata dalam sebuah wadah yang telah diisi dengan sedikit air. Akar kemudian ditekan dengan plastik fiber transparan yang telah diberi pola bergaris dengan ukuran 1 cm x 1 cm. Tahap selanjutnya menghitung jumlah akar yang berpotongan dengan garis secara horizontal dan vertikal. Data yang didapat kemudian dihitung dengan persamaan Line Intersect Marsh (Tennant 1975).

5. Keberadaan pita kaspari. Pengamatan dilakukan secara mikroskopis terhadap jaringan akar muda dan akar tua tanaman manggis. Akar dipotong melintang setipis mungkin, dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70 %, kemudian diamati keberadaan pita kaspari.

Hasil dan Pembahasan Aplikasi Kalsium

Pada tahun pertama percobaan, aplikasi kalsium nyata menurunkan persentase buah tercemar getah kuning pada aril dari 72 % (kontrol) menjadi 31- 33 %, namun tidak memberikan pengaruh terhadap skor cemaran getah kuning pada aril dan persentase juring tercemar. Sedangkan pada tahun kedua percobaan, Aplikasi kalsium baik dari dolomit maupun kalsit nyata menurunkan persentase cemaran getah kuning pada aril, skor cemaran pada aril dan persentase juring tercemar (Tabel 10).

kuning pada aril/pohon, skor cemaran getah kuning pada aril dan persentase juring tercemar selama dua tahun.

Perlakuan Ca

Cemaran getah kuning pada aril Buah tercemar

/pohon (%)

Juring tercemar /buah

(%) Skor (1-5) 2012 2013 2012 2013 2012 2013 Kontrol 91.7 a 72.3 a 31.5 28.8 a 2.3 2.7 a 1.6 kg Ca dolomit 78.3 b 47.7 b 27.4 28.2 a 2.2 2.3 b 3.2 kg Ca dolomit 66.7 c 31.0 c 27.5 26.7 ab 2.3 2.1 c 1.6 kg Ca kalsit 63.3 c 31.0 c 26.7 27.0 ab 2.3 2.2 c 3.2 kg Ca kalsit 68.3 c 33.0 c 28.3 25.7 b 2.4 2.1 c Ket.: Data skoring diuji menggunakan uji peringkat Kruskal Wallis. Skor cemaran

berdasar skor 1-5 dengan nilai 1 (terbaik/tanpa cemaran) hingga nilai 5 (terburuk/ memiliki skor cemaran tertinggi). Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom skor getah kuning menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Dunn 5 %, pada kolom % buah tercemar per pohon dan % juring tercemar per buah menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5 %.

Pada tahun pertama dan kedua percobaan, aplikasi kalsium baik dari dolomit dan kalsit nyata menurunkan persentase buah tercemar getah kuning pada kulit dan skor cemaran getah kuning pada kulit. Aplikasi 1.6 kg kalsium kalsit, 3.2 kg kalsium kalsit dan 3.2 kg kalsium dolomit menurunkan persentase buah tercemar getah kuning sampai dengan kurang dari 67%, sedangkan kontrol masih sebesar 96% pada tahun pertama dan 91% pada tahun kedua (Tabel 11).

Tabel 11. Waktu Pemupukan kalsium dan boron pada tanaman manggis, terhadap persentase buah tercemar getah kuning pada kulit/pohon dan skor cemaran getah kuning pada kulit buah selama dua tahun.

Perlakuan Ca

Cemaran getah kuning pada kulit buah

Buah tercemar /pohon (%) Skor (1-5)

2012 2013 2012 2013

Kontrol 96.7a 91.8 a 2.8a 2.3 a

1.6 kg Ca dolomit 68.3 b 56.3 b 2.2 b 2.0 b

3.2 kg Ca dolomit 63.3 bc 47.7 c 1.9 c 1.8 c

1.6 kg Ca kalsit 61.7 c 46.3 c 1.9 c 2.0 b

3.2 kg Ca kalsit 66.7 bc 44.3 c 2.0 bc 2.0 b

Ket.: Data skoring diuji menggunakan uji peringkat Kruskal Wallis. Skor cemaran berdasar skor 1-5 dengan nilai 1 (terbaik/tanpa cemaran) hingga nilai 5 (terburuk/ memiliki skor cemaran tertinggi). Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom skor getah kuning menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Dunn 5 %, pada kolom % buah tercemar per pohon menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5 %.

Aplikasi 1.6 kg kalsium kalsit menghasilkan penurunan persentase buah tercemar getah kuning dan skor cemaran getah kuning pada aril dan kulit yang nyata lebih rendah dibandingkan aplikasi 1.6 kg kalsium dolomit (Tabel 10 dan 11). Hal ini diduga terkait dengan kecepatan tersedianya kalsium dan kemudahan diserap oleh tanaman. Peters et al. (1996) dan Stevens et al. (2005) menemukan bahwa kalsit akan segera bereaksi dengan tanah dan melepaskan CO32- dan kalsium lebih cepat dibandingkan dolomit. Dengan demikian maka dolomit dengan dosis 1.6 kg akan lebih lambat dan lebih sedikit dalam menghasilkan kalsium tersedia dalam kurun waktu yang sama dibandingkan dengan kalsit dengan dosis yang sama. Sedangkan kalsit dengan dosis yang sama akan bereaksi dan terurai lebih cepat di daerah perakaran manggis dan menghasilkan kalsium tersedia lebih cepat. Kalsium yang tersedia pada saat yang tepat yaitu saat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan buah cepat akan dapat segera diserap dan ditranlokasikan ke jaringan buah.

Dosis pupuk kalsium sebesar 1.6 kg kalsium kalsit /pohon/tahun menunjukkan pengaruh yang sama dengan dosis 3.2 kg kalsium dolomit dan 3.2 kg kalsium kalsit/pohon/tahun terhadap penurunan cemaran getah kuning, kecuali pada skor cemaran getah kuning pada kulit pada tahun kedua percobaan. Berdasarkan efisiensi dan efektifitas, maka dosis pupuk kalsium bersumber dari kalsit sebesar 1.6 kg /pohon/tahun menjadi dosis yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan 3.2 kg kalsium dolomit dan 3.2 kg kalsium kalsit dalam menurunkan persentase cemaran getah kuning. Pupuk kalsit dengan kandungan kalsium sebesar 40-45 %, akan lebih murah secara ekonomi dan mudah serta efektif untuk diterapkan oleh para petani dilahan perkebunan manggis, dibandingkan dolomit yang memiliki kandungan kalsium berkisar 23 – 32 %. Aplikasi kalsium sebesar 1.6 kg kalsium kalsit/pohon/tahun atau setara dengan 1 ton kalsium/ha bersumber dari 2.2 ton kalsit/hamemberikan pengaruh yang sama terhadap aplikasi 3.2 kg kalsium dolomit (setara dengan dengan 2 ton kalsium/ha bersumber dari 6.7 ton dolomit/ha) dan 3.2 kg kalsium kalsit (setara dengan dengan 2 ton kalsium/ha bersumber dari 4.4 ton kalsit/ha) untuk menurunkan persentase cemaran pada kulit buah manggis.

Aplikasi Lubang Resapan Biopori

Pada tahun pertama, aplikasi teknologi LRB tidak menunjukkan penurunan cemaran getah kuning baik pada persentase buah tercemar pada aril dan kulit, maupun skor cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah, kecuali pada persentase juring tercemar. Aplikasi LRB pada tahun kedua percobaan nyata menurunkan persentase buah tercemar pada aril/pohon sebesar 38% dengan skor cemaran hanya 2.1, sedangkan tanpa aplikasi LRB persentase buah tercemar getah kuning pada aril lebih dari 47 %, dengan skor cemaran getah kuning mencapai 2.3 (Tabel 12).

persentase buah tercemar getah kuning pada aril/pohon, skor cemaran getah kuning pada aril dan persentase juring tercemar selama dua tahun. Lubang

resapan biopori

Buah tercemar

/pohon (%) Juring tercemar /buah (%) Skor (1-5)

2012 2013 2012 2013 2012 2013

Tanpa LRB 75.3 47.2 a 30 a 28 a 2.3 2.3 a

LRB 72.0 38.8 b 27 b 27 b 2.3 2.1 b

Ket.: Data skoring diuji menggunakan uji peringkat Kruskal Wallis. Skor cemaran berdasar skor 1-5 dengan nilai 1 (terbaik/tanpa cemaran) hingga nilai 5 (terburuk/ memiliki skor cemaran tertinggi). Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom skor getah kuning menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Dunn 5 %, pada kolom % buah tercemar per pohon dan % juring tercemar per buah menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5 %.

Aplikasi LRB pada tahun kedua juga menurunkan persentase buah tercemar getah kuning pada kulit dan skor cemaran getah kuning. Dengan aplikasi LRB, terjadi penurunan persentase buah tercemar getah kuning pada kulit menjadi sebesar 50%, dengan skor cemaran hanya 1.9, sedangkan tanpa aplikasi LRB menghasilkan persentase buah tercemar getah kuning pada kulit diatas 64%, dengan skor cemaran getah kuning mencapai 2.1 (Tabel 13)

Tabel 13. Pengaruh aplikasi teknologi lubang resapan biopori (LRB) selama 3 tahun terhadap peningkatan panjang akar tanaman.

Lubang resapan biopori

Buah tercemar / pohon (%) Skor

(1-5)

2012 2013 2012 2013

Tanpa LRB 72.7 64.1 a 2.3 2.1 a

LRB 70.0 50.5 b 2.1 1.9 b

Ket.: Data skoring diuji menggunakan uji peringkat Kruskal Wallis. Skor cemaran berdasar skor 1-5 dengan nilai 1 (terbaik/tanpa cemaran) hingga nilai 5 (terburuk/ memiliki skor cemaran tertinggi). Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom skor getah kuning menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Dunn 5 %, pada kolom % buah tercemar per pohon menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5 %.

Penurunan cemaran getah kuning pada tahun kedua percobaan diduga karena telah terbentuk kondisi aerasi yang baik di daerah perakaran tanaman manggis. Pori-pori alami yang terbentuk oleh penerapan teknologi LRB akan memberikan kondisi yang menguntungkan bagi tanaman, diantaranya yaitu terjadinya peningkatan kondisi aerasi di daerah perakaran tanamaan manggis dan menyediakan ruang bagi pertumbuhan akar-akar muda untuk tumbuh dan memberikan kontak lebih luas dengan tanah.

Tanaman membutuhkan udara dan air dalam tanah, serta keseimbangan yang baik antara ruang pori makro dan mikro untuk pertumbuhan tanaman yang optimal. Setelah biopori terbentuk, terjadi peningkatan kondisi aerasi tanah yang berkaitan dengan peningkatan pertukaran gas seperti CO2 dan O2 di daerah perakaran serta peningkatan porositas tanah. Jumlah, ukuran dan distribusi pori

tanah akan mempengaruhi aerasi yang berkaitan dengan pergerakan dan ketersediaan air dan udara di dalam tanah. Aerasi yang baik di daerah perakaran tanaman akan meningkatkan serapan hara oleh akar (Marschner 1995). Kondisi aerasi yang baik akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan akar serta proses respirasi akar. Pergerakan dan translokasi kalsium menuju xylem di dalam kortek terjadi secara aktif dan pasif yaitu secara simplas dan apoplas (Rigney dan Wills 1981; Song et al. 2014). Serapan kalsium secara aktif oleh sel-sel akar berkaitan dengan adanya kalsium-ATPase dan H+/kalsium -antiporter serta Calsium channel, sehingga dibutuhkan energi dalam proses tersebut (Park et al. 2005). Energi yang dihasilkan dari proses respirasi akar akan dimanfaatkan dalam meningkatkan serapan dan translokasi kalsium secara aktif oleh sel-sel akar tanaman menuju jaringan xylem (Chiu 1980; Wiebel et al. 1994; White dan Broadley 2003).

Dari hasil pengamatan pada penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan akar-akar baru pada saat antesis (Gambar 11). Terbentuknya akar- akar baru diduga terkait dengan upaya pertumbuhan dan perkembangan buah. Hasil penelitian Hidayat (2002) menunjukkan bahwa pada tanaman manggis terjadi pertumbuhan akar yang cepat beberapa waktu sebelum pecah tunas. Biopori akan mendukung terbentuknya akar-akar muda termasuk pembentukan akar sekunder dan tersier pada tanaman manggis produktif. Hal ini akan memberikan nilai positif terhadap peningkatan serapan hara oleh akar karena akar tanaman manggis diketahui tidak memiliki bulu akar (Wiebel et al. 1994; Poerwanto 2000).

Gambar 11. Akar-akar baru pada tanaman manggis. (A) Pengamatan 1 MSA; (B) 4 MSA.

A

kalsium dari daerah perakaran menuju xylem (Drazeta et al. 2004). Dijelaskan oleh Himelrick (1981) serta Marschner (1995) bahwa kalsium terutama diserap pada jaringan akar yang masih muda. Hal ini karena jaringan endodermis pada akar muda masih belum terbentuk pita kaspari yang akan menutupi sel yang dapat menghambat translokasi kalsium menuju xylem. Pita kaspari merupakan substansi yang menghalangi masuknya air dan berbagai zat lain di jaringan endodermis akar. Berdasarkan hasil pengamatan pada penelitian ini diketahui bahwa pada akar tua tanaman manggis telah terbentuk pita kaspari dibagian endodermis akar (Gambar 13).

Berdasarkan tingkat pertumbuhan akar, setelah akar terinisiasi terjadi pertumbuhan akar secara cepat termasuk pembentukan akar sekunder dan tersier, selanjutnya terjadi penebalan akar dan kemudian pertumbuhan akar akan berhenti (Marschner (1995). Hidayat (2002) menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan akar muda hanya optimum selama lebih kurang 4 minggu sejak antesis. Aplikasi teknologi LRB akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan akar-akar muda pada saat antesis tersebut. Saat biopori telah terbentuk maka akar-akar muda dapat tumbuh dengan lebih baik. Akar-akar muda pada tanaman tanpa aplikasi LRB hanya sebagian kecil yang dapat rumbuh dan berkembang dengan baik (Gambar 12). Akar tanaman manggis dengan aplikasi teknologi LRB juga terbukti memiliki panjang akar yang lebih besar dibandingkan tanaman tanpa aplikas teknologi LRB (Tabel 14).

S

Gambar 12. Akar manggis dengan dan tanpa aplikasi lubang resapan biopori (LRB) setelah tiga tahun. (A) Tanpa biopori; (B) dengan aplikasi LRB.

Aplikasi LRB selama 3 tahun menunjukkan peningkatan panjang akar yang lebih besar dibandingkan tanaman manggis tanpa aplikasi LRB. Aplikasi LRB mampu meningkatkan panjang akar nampak mencapai 33.44 m/m2 tanah, sedangkan tanpa aplikasi LRB menghasilkan panjang akar hanya 7.56 m/m2. Demikian pula panjang akar berdasarkan satuan volume tanah, aplikasi LRB meningkatkan panjang akar tanaman manggis mencapai 117.33 m/m3 tanah, sedangkan dibandingkan tanpa aplikasi LRB menghasilkan panjang akar hanya 61.47 m/m3 (Tabel 14).

Tabel 14. Panjang akar pada tanaman dengan perlakuan tanpa dan dengan lubang resapan biopori (LRB) setelah 3 tahun sejak aplikasi (2011-2014). Perlakuan Panjang Akar berdasarkan

luas tanah (m/m2)

Panjang Akar berdasarkan volume tanah (m/m3)

Tanpa LRB 7.56 b 61.47 b

LRB 33.44 a 117.33 a

Ket: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T-Student 5 %

Interaksi kalsium dan lubang resapan biopori

Pada tahun pertama percobaan, tidak terdapat interaksi antara pemupukan kalsium dan teknologi LRB terhadap persentase buah tercemar getah kuning dan skor cemaran getah kuning pada aril dan kulit buah manggis, kecuali pada persentase juring tercemar getah kuning. Interaksi antara pemupukan kalsium dan aplikasi LRB baru terlihat setelah dua tahun percobaan.

Berdasarkan dosis dan sumber kalsium, kombinasi 1.6 kg kalsium kalsit + biopori mampu menurunkan persentase buah tercemar getah kuning dan skor cemaran getah kuning pada aril dan kulit, seperti halnya aplikasi kalsium dengan dosis 3.2 kg kalsium dolomit dan 3.2 kg kalsium kalsit. Persentase buah tercemar getah kuning pada aril menurun mencapai 28%-38% dengan aplikasi kalsium dengan dan tanpa biopori, sedangkan kontrol menghasilkan persentase buah tercemar getah kuning mencapai lebih dari 93% (Tabel 15).

Tabel 15. Pengaruh aplikasi kalsium dan teknologi lubang resapan biopori (LRB) terhadap persentase buah tercemar getah kuning pada aril/pohon, skor cemaran getah kuning pada aril dan persentase juring tercemar selama dua tahun. perlakuan Buah tercemar /pohon (%) Juring tercemar /buah (%) Skor 2012 2013 2012 2013 2012 2013 Kontrol 93.3 76.0a 34.1a 29.1ab 2.33 2.7a Biopori 90.0 68.7ab 28.8ab 28.6ab 2.33 2.6ab 1.6 kg kalsium dolomit 80.0 56.7b 29.3ab 29.9a 2.33 2.3bc 1.6 kg kalsium + LRB 76.7 38.7c 25.4b 26.6ab 2.00 2.2cde 3.2 kg kalsium dolomit 66.7 32.7c 30.0ab 28.6ab 2.30 2.1de 3.2 kg kalsium dolomit +

LRB 66.7 29.3c 24.9b 24.8b 2.23 1.9e

1.6 kg kalsium kalsit 66.7 34.0c 27.3b 26.9ab 2.20 2.2cd 1.6 kg kalsium kalsit + LRB 60.0 28.0c 26.0b 27.2ab 2.40 2.1de 3.2 kg kalsium kalsit 70.0 36.7c 27.9ab 25.9ab 2.40 2.1de 3.2 kg kalsium + LRB 66.7 29.3c 28.5ab 25.0b 2.43 2.0de Ket.: Data skoring diuji menggunakan uji peringkat Kruskal Wallis. Skor cemaran

berdasar skor 1-5 dengan nilai 1 (terbaik/tanpa cemaran) hingga nilai 5 (terburuk/ memiliki skor cemaran tertinggi). Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom skor getah kuning menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Dunn 5 %, pada kolom % buah tercemar per pohon dan % juring tercemar per buah menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5 %.

terlihat pada tahun kedua dalam menurunkan persentase buah tercemar getah kuning dan skor cemaran getah kuning pada kulit buah. Aplikasi kalsium baik dolomit maupun kalsit, dengan dan tanpa aplikasi LRB mampu menurunkan persentase buah tercemar getah kuning pada kulit mencapai kisaran 38 % - 44 %, dengan skor hanya berkisar 1.9, sedangkan pada kontrol menghasilkan 97 % buah tercemar getah kuning pada kulit dengan skor sebesar 2.4 (Tabel 16).

Tabel 16. Pengaruh aplikasi kalsium dan teknologi lubang resapan biopori (LRB) pada tanaman manggis, terhadap persentase buah tercemar getah kuning pada kulit/pohon dan skor cemaran getah kuning pada kulit buah selama dua tahun.

perlakuan Buah tercemar /pohon (%) Skor

2012 2013 2012 2013

Kontrol 100.0 97.0a 2.93 2.43a

Biopori 93.3 86.7b 2.80 2.13b 1.6 kg kalsium dolomit 73.3 68.7c 2.33 2.06bc 1.6 kg kalsium + LRB 63.3 44.0def 2.03 1.96bc 3.2 kg kalsium dolomit 63.3 52.7d 1.93 1.90cd 3.2 kg kalsium dolomit + LRB 63.3 42.7ef 1.77 1.73d 1.6 kg kalsium kalsit 60.0 52.0d 1.97 1.93c 1.6 kg kalsium kalsit + LRB 63.3 40.7f 1.90 2.00bc 3.2 kg kalsium kalsit 66.7 50.0de 1.97 2.03bc

3.2 kg kalsium + LRB 66.7 38.7f 1.97 1.90cd

Ket.: Data skoring diuji menggunakan uji peringkat Kruskal Wallis. Skor cemaran berdasar skor 1-5 dengan nilai 1 (terbaik/tanpa cemaran) hingga nilai 5 (terburuk/ memiliki skor cemaran tertinggi). Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom skor getah kuning menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Dunn 5 %, pada kolom % buah tercemar per pohon menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT 5 %.

Aplikasi kalsium baik bersumber dari dolomit maupun kalsit nyata menurunkan cemaran getah kuning pada buah manggis, namun demikian dosis 1.6 kg kalsium kalsit menunjukkan hasil yang sama baiknya dalam hal menurunkan cemaran getah kuning dengan perlakuan 3.2 kg kalsium dolomit dan 3.2 kg kalsium kalsit /pohon/tahun. Aplikasi 1.6 kg kalsium dolomit menunjukkan nilai persentase buah tercemar getah kuning dan skor cemaran getah kuning yang lebih tinggi dibandingkan 1.6 kg kalsium kalsit. Hal ini diduga terkait dengan kecepatan tersedianya kalsium dan kemudahan diserap oleh tanaman. Peters et al. (1996) dan

Dokumen terkait