• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk meningkatkan fungsi kepatuhan dan memastikan pelaksanaan program tata kelola perusahaan yang baik atau

Dalam dokumen PT BANK MEGA SYARIAH (Halaman 39-42)

Good Corporate Governance (GCG) telah dilakukan pelatihan

dan sosialisasi Kepatuhan serta Prinsip Mengenal Nasabah

pada kegiatan Training Internal.

Laporan Tahunan Bank Mega Syariah 201139

1. Penyediaan Dana

Risiko penyediaan dana (pembiayaan) adalah risiko yang disebabkan kegagalan counterpart dalam memenuhi kewajiban kepada perusahaan. Hal tersebut dapat timbul dari aktivitas fungsional, yaitu penyediaan dana dan aktivitas investasi seperti pembelian surat berharga dengan tujuan membentuk secondary reserve di samping imbalan berupa margin yang merupakan pendapatan bank. Tujuan penerapan manajemen risiko pembiayaan adalah menjaga agar kualitas pembiayaan tetap berada pada kondisi baik tanpa menghalangi ekspansi pembiayaan yang telah disusun dalam rencana bisnis. Aktivitas pembiayaan yang difokuskan pada pembiayaan mikro, gadai syariah, joint finance, dan pembiayaan haji telah dipersiapkan sedemikian rupa dalam bentuk penyediaan infrastruktur berupa bangunan fisik, sumber daya insani, serta dukungan dalam bentuk penyediaan kebijakan dan prosedur.

Aktivitas mitigasi risiko pembiayaan dilakukan dalam seluruh aktivitas pembiayaan sejak pendekatan kepada nasabah hingga pelunasan pembiayaan. Pemilihan calon nasabah dilakukan dengan memperhatikan target pasar yang telah disusun dalam rencana bisnis dengan tujuan memastikan bahwa ekspansi telah dilakukan terhadap sektor yang prospektif.

2. Rate of Return

Pertumbuhan perbankan syariah ditentukan oleh pertumbuhan di sisi aset yang mayoritas terdiri atas pembiayaan, sehingga kebutuhan dana pihak ketiga ditentukan oleh kemampuan bank dalam menyalurkan pembiayaan sesuai dengan target pasar masing-masing. Dengan konsep tersebut, maka bank syariah seharusnya tidak pernah akan membukukan kerugian karena jumlah yang dibayarkan kepada pemilik dana bergantung pada jumlah yang dibayarkan kepada bank dari nasabah penyaluran dana.

Dari sisi investasi, bank syariah memiliki karakteristik khusus karena usaha syariah tidak memperbolehkan bank memiliki portofolio untuk tujuan diperdagangkan (trading). Walaupun demikian, struktur neraca bank tetap dipengaruhi interest rate risk in banking book, yang merupakan risiko yang disebabkan kegagalan bank dalam menyeimbangkan hasil dari pembiayaan dan aset lain dengan bagi-hasil yang diharapkan nasabah pemilik dana pihak ketiga. Risiko tersebut dipengaruhi secara langsung atau tidak langsung oleh volatilitas suku bunga pasar. Hal itu mengakibatkan bank selalu memperhatikan pergerakan suku bunga sebagai acuan dalam menentukan kebijakan pricing sumber dana dan pembiayaan. Risiko rate of return melekat pada instrumen aset, seperti pembiayaan, surat berharga syariah, dan liabilitas seperti giro, tabungan, dan deposito.

3. Likuiditas

Risiko likuiditas adalah potensi timbulnya kerugian akibat ketidakmampuan bank dalam membayar seluruh kewajiban yang jatuh tempo. Risiko tersebut juga muncul pada saat bank tidak dapat mencairkan atau menjual aset berupa investasi surat berharga karena pasar tidak dapat menerimanya. Pengelolaan likuiditas sangat penting karena kekurangan likuiditas dapat mengganggu sistem perbankan secara keseluruhan.

Peningkatan kebutuhan likuiditas selama 2011 akibat pertumbuhan pembiayaan masih dapat ditangani Bank Mega Syariah dengan baik tanpa harus melakukan upaya penjualan surat berharga. Bank ini mampu mengelola likuiditasnya, sehingga tidak terkena dampak risiko likuiditas. Beberapa faktor yang mendukung keamanan likuiditas bank ini, antara lain, posisi secondary reserve dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan surat berharga yang dapat dijaga pada tingkat aman serta ketentuan BI yang memperbolehkan dilakukannya repo terhadap SBSN.

Kebijakan manajemen risiko likuiditas ditujukan untuk memenuhi kebutuhan operasional dan kebutuhan tak terduga, seperti penarikan dana nasabah dalam jumlah signifikan. Kebijakan tersebut mencakup penetapan strategi likuiditas, pemeliharaan cadangan likuiditas, dan akses pendanaan antarbank.

4. Operasional

Potensi risiko operasional selama 2011 meningkat akibat perluasan jaringan kerja dan volume pembiayaan setelah Bank Mega Syariah meluncurkan strategi pembiayaan terhadap sektor mikro dan gadai. Sumber utama peningkatan risiko operasional berasal dari proses internal, terutama sumber daya manusia, khususnya perpindahan pegawai kunci yang berperan dalam pengembangan bisnis bank. Faktor eksternal yang memengaruhi risiko operasional adalah perubahan kondisi makro-ekonomi dan kebijakan pemerintah serta perkembangan perbankan syariah yang membutuhkan sumber daya insani yang memiliki pemahaman perbankan dan syariah. Ketersediaan sumber daya seperti itu masih sangat terbatas, sehingga terjadi persaingan dalam pemenuhan kebutuhan sumber daya insani yang berakibat pada perpindahan pegawai.

5. Kepatuhan

Profil risiko kepatuhan Bank Mega Syariah selama 2011 berada pada level yang masih dapat diterima. Hal tersebut terlihat pada beberapa indikator, seperti tidak terdapat pelanggaran kepatuhan terhadap aturan internal dan eksternal, posisi Capital Adequacy Ratio (CAR), pemenuhan Penyisihan dan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) serta Giro Wajib Minimum (GWM), Non Performing Financing (NPF) di bawah ketentuan maksimal Bank Indonesia, serta tidak adanya pelampauan ataupun pelanggaran Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK).

Laporan Tahunan Bank Mega Syariah 2011

40

Untuk mengurangi risiko selama 2011, Bank Mega Syariah telah melakukan sejumlah hal.

• Pemantauan penggunaan limit pembiayaan mikro dan gadai. • Pelaporan secara harian mengenai perfomance financing, seperti

pertumbuhan pembiayaan, risiko pembiayaan, dan write off.

• Pemberian opini risk terhadap setiap produk baru ataupun aktivitas baru yang akan dilakukan.

• Peningkatan kualitas manajemen likuiditas melalui peningkatan nominal dana murah seperti giro dan tabungan dan mengurangi dana mahal seperti deposito.

• Peningkatan manajemen pembiayaan dengan cara hanya akan memberikan pembiayaan untuk sektor yang telah dikuasai dengan baik dan menghindari pembiayaan untuk sektor yang sama sekali baru.

• Pelatihan dasar manajemen risiko untuk pegawai baru.

Program Sertifikasi Manajemen Risiko

Salah satu penentu keberhasilan operasional bank adalah kualitas pelaksanaan manajemen risiko dalam bentuk pemahaman dan pengetahuan pegawai mengenai risiko. Hal itu bukan hanya pemenuhan ketentuan Bank Indonesia, melainkan juga penerapan best practices

yang berlaku di industri perbankan. Bank Indonesia telah mengeluarkan dan memutakhirkan peraturan mengenai sertifikasi manajemen risiko bagi pengurus dan pejabat bank umum yang dimulai sejak Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 7/25/PBI/2005, kemudian PBI Nomor 8/9/PBI/2006, dan terakhir PBI Nomor 11/19/PBI/2009. Bank Mega Syariah telah berkomitmen untuk melanjutkan program sertifikasi pegawai sesuai dengan ketentuan PBI tersebut.

Dalam pelaksanaan sertifikasi, Bank Mega Syariah memutuskan untuk menyelenggarakan pelatihan internal untuk mempersiapkan peserta dalam menghadapi ujian sertifikasi. Selama 2011, bank ini hanya melakukan satu kali pengiriman peserta ujian level I dengan tingkat kelulusan 100%. Frekuensi pengiriman peserta yang rendah tersebut disebabkan bank ini sedang memfokuskan kegiatan dalam proses integrasi antar-unit bisnis yang berbeda.

41 Laporan Tahunan Bank Mega Syariah 2011

Dalam dokumen PT BANK MEGA SYARIAH (Halaman 39-42)

Dokumen terkait