• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah.

- Ki Hadjar Dewantara

Beberapa Tip untuk Guru

1. Upayakan agar selalu ada buku di tas guru, sekaligus usahakan agar anak-anak “menangkap basah” guru sedang membaca. Saat anak-anak melihat bahwa buku adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan seorang guru, akan lebih mudah bagi anak untuk menjadikan buku sebagai bagian dari hidupnya juga.

2. Buat rencana tetapi beri pilihan. Rencana sangat membantu pelaksanaan kegiatan. Meski demikian, anak akan lebih antusias bila diberi pilihan. Setiap orang akan lebih suka melakukan sesuatu yang dipilihnya sendiri dan bukan yang dipaksakan kepadanya.

3. Ajak anak untuk terbiasa berpikir. Saat bertanya pada anak, gunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang membuat anak berpikir. Misalnya, selain pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya dapat langsung terlihat di buku--seperti siapa nama tokoh, apa warna baju tokoh--tanyakan juga pertanyaan yang memerlukan proses berpikir atau proses empati, misalnya, “Apa yang kira-kira akan dilakukan tokoh?

Mengapa dia melakukannya? Bagaimana perasaannya? dll.).

4. Hadirkan isi cerita dalam kehidupan anak-anak sebagai bagian dari pembelajaran. Membawa bagian-bagian tertentu dalam cerita ke dalam kegiatan bermain anak akan membantu anak mengingat cerita, mendapatkan pengalaman, dan membangun kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Misalnya, setelah membaca buku tentang makanan sehat, anak diajak merancang menu apa yang akan dibawa sebagai bekal esok hari.

5. Nikmati prosesnya. Jangan terpaku pada hasil akhir. Misalnya, saat anak melakukan kegiatan (seperti menceritakan kembali sebuah cerita atau membuat sesuatu), fokuslah pada prosesnya. Apakah mereka berusaha? Apakah mereka keluar dari zona nyaman? Yang terutama, apakah mereka menikmati proses itu? Itu semua jauh lebih penting daripada hasil akhir. Jika kita secara konsisten berfokus pada memperbaiki proses, hasil akhir akan tercapai dengan sendirinya.

6. Simpan “sampah”. Sebelum membuang sesuatu yang sepertinya hanya

“sampah”, pikirkan kegunaan-kegunaan lain yang mungkin bisa diperoleh.

Beberapa benda bekas ternyata bisa berguna, contohnya: kardus penggulung, kertas bekas kado, kertas karton bekas undangan, pita bekas, botol bekas, atau koran bekas. Simpan secukupnya, tidak perlu terlalu banyak. Satu sampai dua kardus (misalnya kardus bekas mi instan) pun cukup.

Gambar 2.10 Kumpulan barang bekas yang berguna

Sumber: Arleen A.

7. Kaitkan cerita dengan kehidupan sehari-hari atau dengan berita dan peristiwa yang sedang terjadi. Misalnya saat anak membaca cerita tentang kehidupan petani, tunjukkan dan ceritakan artikel mengenai sistem irigasi. Saat anak membaca cerita tentang hewan, tunjukkan dan ceritakan artikel tentang usaha

8. Cerita dalam buku dapat menjadi dasar pemilihan dan dan pelaksanaan proyek, misalnya buku tentang tanaman bisa menjadi inspirasi proyek menanam dan merawat tanaman dalam pot-pot dari barang bekas.

Gambar 2.11 Anak merawat tanaman

Sumber: Ni Ekawati/TK Bintang Permata Denpasar, 2021

9. Ada banyak sumber cerita anak yang dapat diakses gratis. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.

• Aplikasi iJak dan iPusnas.

https://literacycloud.org/

https://anggunpaud.kemdikbud.go.id/pustaka/buku/

https://bobo.grid.id/

https://budi.kemdikbud.go.id/

10. Perbanyak perbendaharaan buku yang dibaca. Jangan hanya membaca buku yang akan digunakan sebagai bahan pelajaran di kelas. Setiap ada kesempatan membaca buku anak (dan buku dewasa), manfaatkan kesempatan itu. Buku yang belum akan digunakan di kelas bisa berguna, memperkaya wawasan, dan memperbanyak ide kegiatan di kemudian hari. Jadilah orang yang bingung saat diminta rekomendasi buku (anak maupun dewasa) karena terlalu banyak.

Jangan menjadi orang yang bingung karena tidak mengetahui buku untuk direkomendasikan.

Beberapa Tip untuk Orang Tua

1. Mulailah sedini mungkin. Walaupun manusia adalah makhluk dengan akal budi tertinggi, bayi manusia dilahirkan sebelum perkembangan otaknya optimal karena jalan lahir yang sempit. Proses perkembangan otak dilanjutkan di luar kandungan. Buktinya, bayi kuda hanya membutuhkan waktu satu hari untuk bisa berjalan sementara manusia membutuhkan waktu kurang lebih satu tahun. Oleh karena bayi manusia lahir dengan otak yang jauh dari sempurna, maka enam tahun pertama kehidupan manusia menjadi sangat penting. Pada masa inilah otak berkembang dengan pesat. Semua stimulasi yang diberikan pada masa ini berpengaruh pada optimal atau tidaknya perkembangan otak.

Membaca pada bayi adalah cara paling murah, mudah, dan ampuh untuk memberikan stimulasi yang baik pada otak anak. Dengan demikian, mulailah membacakan sesuatu untuk anak sejak di dalam kandungan atau selambat-lambatnya setelah anak lahir.

2. Konsistensi jangka panjang adalah hal yang terpenting. Hal ini berlaku dalam segala hal, misalnya berolahraga. Berolahraga selama lima jam hari ini kemudian setelah itu tidak pernah lagi akan sia-sia. Sama halnya dengan membaca pada anak. Tidak ada gunanya membaca pada anak selama lima jam hari ini kemudian setelah itu tidak pernah lagi. Lima belas menit sehari cukup asalkan dilakukan secara rutin dan konsisten dalam jangka waktu panjang.

3. Buatlah buku orang tua dan buku anak-anak selalu tersedia di setiap bagian rumah: di kamar tidur, di ruang keluarga, di ruang makan, dan di mana saja.

Secara khusus, letakkan buku-buku anak di tempat yang mudah dijangkau.

Jadikan buku sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

4. Selalu ada buku di tas bunda. Bacalah sekali lagi kutipan dari Maria Montessori di awal subbab ini. Ingatlah bahwa anak-anak selalu memperhatikan dan menyerap semua yang dilakukan dan dikatakan orang dewasa di sekitarnya, terutama orang tuanya. Bila orang tua dekat dengan buku, otomatis anak akan dekat dengan buku. Dengan selalu membawa buku di dalam tas, kita dapat memanfaatkan waktu-waktu tunggu di mana pun seperti waktu macet, waktu antre, waktu menunggu di ruang dokter, dll.