• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 6. Kesimpulan dan Saran

6.2 Saran

6.2.3 Untuk pemerintahan setempat

Agar menggalakkan kegiatan-kegiatan olah raga, menghidupkan

karang taruna dan kegiatan-kegiatan kerohanian seperti remaja Mesjid,

perkumpulan gereja dan lain-lain, supaya waktu luang masyarakat diisi

dengan hal-hal yang positif.

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stigma

2.1.1 Pengertian Stigma

Stigma adalah memberikan label sosial yang bertujuan untuk

memisahkan seseorang atau sekelompok orang dengan cap atau pandangan

yang buruk. Dalam prakteknya, stigma mengakibatkan tindakan diskriminasi,

yaitu tindakan tidak mengakui atau tidak mengupayakan pemenuhan hak-hak

dasar individu atau kelompok sebagaimana selayaknya sebagai manusia yang

bermartabat (Kemenkes, 2012).

Stigma dan diskriminasi terjadi karena adanya persepsi bahwa mereka

dianggap sebagai musuh, penyakit, elemen masyarakat yang memalukan, atau

mereka yang tidak taat terhadap norma masyarakat dan agama yang berlaku.

Implikasi dari stigma dan diskriminasi bukan hanya pada diri orang atau

kelompok tertentu tetapi juga pada keluarga dan pihak-pihak yang terkait

dengan kehidupan mereka.

Beberapa bentuk diskriminasi dan Stigmatisasi terhadap ODHA dapat

diuraikan sebagai berikut :

1) Dukungan bagi ODHA dan keluarga

ODHA mengalami proses berduka dalam kehidupannya -sebuah

proses yang seharusnya mendorong pada penerimaan terhadap kondisi

mereka. Namun, masyarakat dan lembaga terkadang memberikan opini

negatif serta memperlakukan ODHA dan keluarganya sebagai warga

8

masyarakat kelas dua. Hal ini menyebabkan melemahnya kualitas hidup

ODHA.

2) Tempat layanan kesehatan

Sering terjadi, lembaga yang diharapkan memberikan perawatan dan

dukungan, pada kenyataannya merupakan tempat pertama orang

mengalami stigma dan diskriminasi. Misalnya, memberikan mutu

perawatan medis yang kurang baik, menolak memberikan pengobatan -

seringkali sebagai akibat rasa takut tertular yang salah kaprah. Contoh

dari stigma dan diskriminasi yang dihadapi ini adalah: alasan dan

penjelasan kenapa seseorang tidak diterima di rumah sakit (tanpa

didaftar berarti secara langsung telah ditolak), isolasi, pemberian label

nama atau metode lain yang mengidentifikasikan seseorang sebagai

HIV positif, pelanggaran kerahasiaan, perlakuan yang negatif dari staf,

penggunaan kata-kata dan bahasa tubuh yang negatif oleh pekerja

kesehatan, juga akses yang terbatas untuk fasilitas-fasilitas rumah sakit.

3) Akses untuk perawatan

ODHA seringkali tidak menerima akses yang sama seperti

masyarakat umum dan kebanyakan dari mereka juga tidak mempunyai

akses untuk pengobatan ARV mengingat tingginya harga obat-obatan

dan kurangnya infrastruktur medis di banyak negara berkembang untuk

memberikan perawatan medis yang berkualitas. Bahkan ketika

pengobatan ARV tersedia, beberapa kelompok mungkin tidak bisa

mengaksesnya, misalnya karena persyaratan tentang kemampuan

9

mereka untuk mengkonsumsi sebuah zat obat, yang mungkin terjadi

pada kelompok pengguna narkoba suntikan.

2.1.2 Jenis-jenis stigma (Kemenkes, 2012) :

1) Stigma aktual (actual) atau stigma yang dialami (experienced) yaitu jika ada orang atau masyarakat yang melakukan tindakan

nyata, baik verbal maupun non verbal yang menyebabkan orang

lain dibedakan dan disingkirkan.

2) Stigma potensial atau dirasakan (felt)

yaitu jika tindakan stigma belum terjadi tetapi ada tanda atau

perasaan tidak nyaman. Sehingga orang cenderung tidak

mengakses layanan kesehatan.

3) Stigma internal atau stigmatisasi diri

yaitu seseorang menghakimi dirinya sendiri sebagai orang yang

tidak berhak disukai masyarakat.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi stigma terhadap ODHA (Kemenkes, 2012) :

1) HIV/AIDS adalah penyakit mematikan.

2) HIV/AIDS adalah penyakit karena perbuatan melanggar susila, kotor, tidak bertanggung jawab.

3) Orang HIV/AIDS dengan sengaja menularkan penyakitnya. 4) Kurangnya pengetahuan yang benar tentang cara penularan HIV.

10

2.1.4 Dimensi stigma menurut Breitkopf tahun 2004 yakni:

1) Concealability, yakni sampai sejauh mana suatu kondisi dapat disembunyikan atau tidak tampak oleh orang lain.

2) Course, menjelaskan bagaimana kondisi terstigmatisasi berubah dari waktu ke waktu.

3) Strains, menjelaskan bagaimana hubungan interpersonal seseorang menjadi tegang.

4) Aesthetic Qualities, menjelaskan bagaimana penampilan seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi stigmatisasi.

5) Cause, menjelaskan apakah seseorang mengalami stigmatisasi karena bawaan dari lahir atau didapatkan.

6) Peril, menjelaskan kemungkinan keberbahayaan pada orang lain terkait dengan kondisi terstigmatisasi.

2.1.5Anggapan yang salah mengenai HIV (Kemenkes RI, 2012)

Banyak anggapan yang salah di masyarakat mengenai penyebaran HIV

pada manusia. Walaupun HIV menyebar melalui cairan tubuh yaitu: cairan

kelamin dan ASI, tetapi tidak semua cairan tubuh dapat membawa HIV.

1) Keringat, menempelnya keringat penderita HIV positif pada kulit orang sehat tidak akan menularkan virus tersebut. HIV tidak terdapat

pada keringat, tetapi pada darah, cairan kelamin dan ASI.

2) Saliva/liur, tidak dapat menularkan HIV.

11

3) Bersin dan batuk, merupakan kasus yang sama dengan air liur, dimana cairan hidung bukanlah media penularan HIV, selama tidak

mengandung darah

4) Menggunakan WC, jika menggunakan wc yang sama itu tidak akan menyebabkan tertular HIV sebab kotoran dan air seni tidak dapat

membawa HIV.

5) Makan dengan alat makan yang sama, tidak akan menularkan HIV karena air liur tidak dapat membawa virus HIV.

6) Gigitan nyamuk dan serangga lain, tidak akan menukarkan HIV. Nyamuk hanya menghisap darah yang digigitnya dan hanya

memasukkan liurnya dalam tubuh yang berupa bentol. Nyamuk tidak

menginjeksikan darah yang sudah dihisap ke tubuh lain.

7) Berenang bersama, tidak menularkan HIV.

2.2 HIV/AIDS

2.2.1 Pengertian HIV

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih

tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau

penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai

CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih

12

atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk

ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4

berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan

yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin

lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol)

(Komisi Penanggulangan AIDS, 2007).

Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau

retroviridae. Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang

tergantung pada enzim reverse transcriptase untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia, dan menimbulkan kelainan patologi secara

lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing

grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masing-masing subtipe secara

evolusi yang cepat mengalami mutasi. Diantara kedua grup tersebut, yang

paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah

grup HIV-1 (Zein, 2006).

2.2.2 Pengertian AIDS

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan

tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai

kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus dan

penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini,

sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006).

13

HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup

dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke

dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini

ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit

maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik

(Zein, 2006).

2.2.3 Etiologi dan Patogenesis

Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai virus penyebab AIDS. Virus ini termasuk dalam retrovirus anggota subfamili

lentivirinae. Ciri khas morfologi yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur. Virus ini mengandung 3 gen

yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapat lebih

dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis

penyakit. Satu protein replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam

transaktivasi dimana produk gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional

dari gen virus lainnya. Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk

menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk

ekspresi protein struktural virus. Rev membantu keluarnya transkrip virus

yang terlepas dari nukleus. Protein Nef menginduksi produksi khemokin oleh

makrofag, yang dapat menginfeksi sel yang lain (Brooks, 2005). Setelah virus

masuk dalam tubuh maka target utamanya adalah limfosit CD4 karena virus

mempunyai afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Virus ini mempunyai

kemampuan untuk mentransfer informasi genetik mereka dari RNA ke DNA

14

dengan menggunakan enzim yang disebut reverse transcriptase. Limfosit CD4 berfungsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting.

Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon imun yang

progresif (Borucki, 1997).

Setelah infeksi primer, terdapat 4-11 hari masa antara infeksi mukosa

dan viremia permulaan yang dapat dideteksi selama 8-12 minggu. Selama

masa ini, virus tersebar luas ke seluruh tubuh dan mencapai organ limfoid.

Pada tahap ini telah terjadi penurunan jumlah sel-T CD4. Respon imun

terhadap HIV terjadi 1 minggu sampai 3 bulan setelah infeksi, viremia plasma

menurun, dan level sel CD4 kembali meningkat namun tidak mampu

menyingkirkan infeksi secara sempurna. Masa laten klinis ini bisa

berlangsung selama 10 tahun. Selama masa ini akan terjadi replikasi virus

yang meningkat. Diperkirakan sekitar 10 milyar partikel HIV dihasilkan dan

dihancurkan setiap harinya. Waktu paruh virus dalam plasma adalah sekitar 6

jam, dan siklus hidup virus rata-rata 2,6 hari. Limfosit T-CD4 yang terinfeksi

memiliki waktu paruh 1,6 hari. Karena cepatnya proliferasi virus ini dan

angka kesalahan reverse transcriptase HIV yang berikatan, diperkirakan bahwa setiap nukleotida dari genom HIV mungkin bermutasi dalam basis

harian (Brooks, 2005).

Akhirnya pasien akan menderita gejala-gejala konstitusional dan

penyakit klinis yang nyata seperti infeksi oportunistik atau neoplasma. Level

virus yang lebih tinggi dapat terdeteksi dalam plasma selama tahap infeksi

yang lebih lanjut. HIV yang dapat terdeteksi dalam plasma selama tahap

15

infeksi yang lebih lanjut dan lebih virulin daripada yang ditemukan pada awal

infeksi (Brooks, 2005). Infeksi oportunistik dapat terjadi karena para

pengidap HIV terjadi penurunan daya tahan tubuh sampai pada tingkat yang

sangat rendah, sehingga beberapa jenis mikroorganisme dapat menyerang

bagian-bagian tubuh tertentu. Bahkan mikroorganisme yang selama ini

komensal bisa jadi ganas dan menimbulkan penyakit (Zein, 2006).

2.2.4 Cara Penularan

HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang

berpotensial mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan

air susu ibu (KPA, 2007). Penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara,

yaitu melalui cairan tubuh seperti darah ,cairan genitalia, dan ASI. Virus

terdapat juga dalam saliva, air mata dan urin (sangat rendah). HIV tidak

dilaporkan terdapat dalam air mata dan keringat. Pria yang sudah di sunat

memiliki resiko HIV yang lebih kecil dibandingkan dengan pria yang tidak

disunat (Widoyono, 2008).

Selain melalui cairan tubuh, HIV ditularkan juga melalui :

1) Ibu Hamil

a. Secara interaurin, intrapartum, dan postpartum (ASI) b. Angka transmisi mencapai 20-50%

c. Angka transmisi melalui ASI dilaporkan lebih dari sepertiga d. Laporan lain menyatakan resiko penularan melalui ASI adalah 11-

29%

16

e. Sebuah studi meta-analisis prosfektif yang melibatkan penelitian pada dua kelompok ibu, yaitu kelompok ibu yang menyusui sejak

awal kelahiran bayi dan kelompok ibu yang menyusui setelah

beberapa waktu usia bayinya, melaporkan angka penularan HIV

pada bayi yang belum dissusui adalah 14% (yang diperoleh dari

penularan melalui mekanisme kehamilan dan persalinan), dan

angka HIV meningkat menjadi 29% setelah bayinya dissusui. Bayi

normal dengan ibu HIV bisa memperoleh antibodi HIV dari ibunya

selama 6-15 bulan

2) Jarum Suntik

a. Pervalensi 5-10 %

b. Penularan HIV pada anak dan remaja biasanya melalui jarum suntik karena penyalahgunaan obat

c. Di antara tahanan (tersangka atau terdakwa tindak pidana) dewasa, pengguna obat suntik di Jakarta sebanyak 40% terinfeksi HIV, di

Bogor 25% dan di Bali 53%

3) Transfusi Darah

a. Resiko penularan sebesar 90% b. Prevalensi 3-5%

4) Hubungan seksual a. Prevalensi 70-80%

b. Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan intim

17

c. Model penularan ini adalah yang tersering di dunia. Akhir-akhir ini dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk

menggunakan kondom, maka penularan melalui jalur ini cenderung

menurun dan digantikan oleh penularan melalui jalur penasun

(pengguna narkoba suntik)

2.2.5 Infeksi HIV

HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara yaitu secara

vertical, horizontal dan transeksual. Jadi HIV dapat mencapai sirkulasi

sistemik secara langsung dan diperantai benda tajam yang mampu menembus

dinding pembuluh darah atau secara tidak langsung nelalui dan mukosa yang

tidak intake seperti yang terjadi kontak seksual. Begitu mencapai atau berada

dalam sirkulasi sistemik, 4-11 hari sejak paparan pertama HIV dapat

dideteksi di dalam darah.

1) HIV tidak menular melalui kontak sosial seperti : a. Bersentuhan dengan pengidap HIV.

b. Berjabat tangan dengan ODHA. c. Berciuman, bersin, dan batuk. d. Melalui makanan dan minuman. e. Gigitan nyamuk dan serangga lainnya. f. Berenang bersama ODHA di kolam renang.

2) HIV mudah mati diluar tubuh karena terkena air panas, sabun dan bahan pencuci hama.

18

3) Cara hubungan seksual yang paling rawan bagi penularan HIV dan AIDS adalah sebagai berikut :

a. Anogenital pasif. Penis mitra seksual pengidap HIV masuk ke lubang dubur pasangan.

b. Anogenital aktif. Penis masuk ke lubang dubur mitra seksual pengidap HIV.

c. Genetia-genetia pasif. Penis mitra seksual pengidap HIV masuk ke vagina.

d. Genetia-genetia aktif. Penis masuk ke vagina mitra seksual pengidap HIV.

e. Senggama terputus dengan mitra pengidap HIV dan AIDS.

f. Hubungan antara mulut pelaku seksual dengan kelamin mitra seksual pengidap HIV (orogenital) belum tentu aman.

2.2.6 Tanda-tanda terkena HIV

Gejala orang yang terinfeksi HIV menjadi AIDS bisa dilihat dari 2

gejala Mayor (umum terjadi) dan gejala Minor (tidak umum terjadi) :

1) Gejala Mayor :

a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan. b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan. c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan. d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis. e. Demensia / HIV enselopati.

2) Gejala Minor :

19

a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan. b. Dermatitis generalisata.

c. Adanya herpes zotermultisegmental dan herpes zoster berulang. d. Kandidas orofaringeal.

e. Herpes simpleks kronis progresif. f. Limfadenopati generalista.

g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita. h. Retinitis virus sitomegalo.

2.2.7 Tahapan seseorang terkena HIV (Noviana, 2013):

Bila seseorang dewasa (> 12 tahun) dianggap AIDS apabila

menunjukkan tes HIV positif dengan strategi pemeeriksaan yang sesuai

dengan sekurang-kurangnya 2 gejala mayor dan 1 gejala minor, dan gejala ini

bukan disebabkan oleh keadaan lain yang tidak berkaitan dengan infeksi HIV.

Pada orang yang telah terinfeksi HIV tidak bisa langsung terlihat secara

fisik. Terdapat tahap-tahap seseorang terkena HIV.

1) Tahap Jendela (Window Period)

Yaitu masa dari masuknya virus, sampai ketika dilakukan tes,

hasilnya positif. Masa jendela pada beberapa orang berbeda-beda,

bervariasi antara 2 minggu sampai 6 bulan. Pada masa jendela ini,

meskipun hasil tes negatif, apabila seseorang terinfeksi HIV, maka

ia dapat menularkan HIV pada orang lain.

2) Masa tanpa Gejala

20

Masa tanpa gejala ini berkisar antara 5-12 tahun, dimana

seseorang telah benar-benar terinfeksi HIV tetapi tidak ada gejala

apapun secara fisik yang berkaitan dengan infeksi.

3) Masa Pembesaran kelenjar limfe

Pada tahapan ini, seorang ODHA akan mengalami

pembengkakan pada kelenjar limfa. Biasanya terjadi beberapa kali

secara berulang.

4) Tahap AIDS

Tahap akhir atau yang disebut full blown AIDS, pada umumnya muncul gejala yang khas, yaitu adanya gejala mayor dan minor.

Gejala mayor antara lain : demam berkepanjangan, diare kronis

yang berulang dan terus menerus, penurunan berat badan lebih dari

10% dalam satu bulan. Sedangkan gejala minor antara lain : batuk

kronis,infeksi jamur pada mulut dan tenggorokan, pembengkakan

kelenjar getah bening yang menetap, kanker khususnya kanker kulit

yang disebut sebagai sarkoma kaposi, munculnya Herpes zoster. 2.2.8 Upaya Pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS

Cara pencegahan penularan HIV yang paling efektif adalah dengan

memutus rantai penularan. Pencegahan dikaitkan dengan cara-cara penularan

HIV.Infeksi HIV/AIDS merupakan suatu penyakit dengan perjalanan yang

panjang dan hingga saat ini belum ditemukan obat yang efektif, maka

pencegahan dan penularan menjadi sangat penting terutama melalui

21

pendidikan kedehaatan dan peningkatan pengetahuan yang benar mengenai

patofisiologi HIV dan cara penularannya.

Penanggulangan merupakan segala upaya dan kegiatan yang

dilakukan meliputi kegiatan pencegahan, penanganan dan rehabilitasi. Seperti

diketahui penyebaran virus HIV melalui hubungan seks, jarum suntik yang

tercemar, transfusi darah, penularan dari ibu ke anak maupun donor darah

atau donor organ tubuh (Noviana, 2013)

1) Pencegahan penularan melalui hubungan seksual

Infeksi HIV terutama terjadi melaui hubungan seksual, sehingga

pencegahan AIDS perlu difokuskan pada hubungan seksual. Agar

terhindar dari tertularnya HIV dan AIDS seseorang harus berperilaku

seksual yang aman dan bertanggung jawab. Yaitu hanya mengadakan

hubungan seksual dengan pasangan sendiri. Apabila salah seorang

pasangan sudah terinfeksiHIV maka dalam melakukan hubungan seksual

harus menggunakan kondom dengan benar. Melakukan tindakan seks yang

aman dengan pendekatan ABC. Abstinent yaitu tidak melakukan hubungan seksual, Be faithful tidak berganti-ganti pasangan, use Condom yaitu menggunakan kondom dengan baik dan benar.

2) Pencegahan penularan melaui darah : a. Transfusi darah

Memastikan bahwa darah yang dipakai untuk transfusi tidak

tercemar HIV.

22

b. Alat suntik dan alat lain yang dapat melukai kulit

Desinfeksi atau membersihkan alat-alat seperti jarum, alat cukur, alat

tusuk untuk tindik dan lain-lain dengan pemanasan atau larutan

desinfektan.

c. Pencegahan penularan dari ibu anak

Penularan HIV dari seorang ibu yang terinfeksi dapat terjadi selama

masa kehamilan, selama proses persalinan atau setelah kelahiran

melalui ASI. Pemberian ASI meningkatkan resiko penularan sekitar

10-15%. Resiko ini tergantung pada faktor-faktor klinis dan bisa saja

bervariasi tergantung dari pola dan lamanya masa menyusui.

3) Pemahaman dan Penerapan kewaspadaan universal (universal precaution) disarana pelayanan kesehatan untuk mengurangi resiko

infeksi yang ditularkan melalui darah.

Kewaspadaan universal, meliputi :

a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah tindakan/perawatan.

b. Penggunaan alat pelindung yang sesuai untuk setiap tindakan. c. Pengelolaan dan pembuangan alat-alat tajam dengan hati-hati. d. Pengelolaan limbah yang tercemar, darah/ cairan tubuh dengan

aman.

e. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai dengan melakukan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi yang benar.

23

4) Melakukan skrining adanya antibodi HIV untuk mencegah penyebaran melalui darah, produk darah dan donor darah.

5) Mencegah penyebaran HIV secara vertikal dari ibu ke anak yang dapat terjadi selama kehamilan, saat persalinan dan saat menyusui.

WHO mencanangkan empat strategi pencegahan penularan HIV

terhadap bayi, yaitu :

a. Mencegah seluruh wanita jangan sampai terinfeksi HIV.

b. Bila sudah terinfeksi HIV, cegah jangan sampai ada kehamilan yang tidak diinginkan.

c. Bila sudah hamil, cegah penularan dari ibu bayi ke anaknya.

d. Bila ibu dan anak sudah terinfeksi perlu diberikan dukungan dan perawatan bagi ODHA dan keluarganya.

6) Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT), yakni merupakan program pencegahan sekaligus jembatan untuk mengakses layanan

manajemen kasus dan CST (Care, Support, Trade) atau perawatan,dukungan dan pengobatan bagi ODHA.

2.3 Masyarakat

2.3.1 Pengertian Masyarakat

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau

dengan istilah lain saling berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang

berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu

dan trikat oleh rasa suatu rasa identitas bersama (Kontjaraningrat, 1990).

24

2.3.2 Ciri-ciri Masayarakat

1) Interaksi

Di dalam masyarakat terjadi interaksi sosial yang merupakan

hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara

perseorangan, antara kelompok maupun antara perseorangan dengan

kelompok, untuk terjadinya interaksi sosial harus memiliki dua syarat,

yaitu kontak sosial dan komunikasi.

2) Wilayah Tertentu

Suatu kelompok masyarakat menempati suatu wilayah tertentu

menurut suatu keadaan geografis sebagai tempat tinggal komunitasnya,

baik dalam ruang lingkup yang kecil RT/RW, desa kelurahan,

kecamatan, kabupaten, provinsi, dan bahkan negara.

3) Saling Ketergantungan

Anggota masyarakat yang hidup pada suatu wilayah tertentu saling

tergantung satu dengan yang lainnya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Tiap-tiap anggota masyarakat mempunyai keterampilan

sesuai dengan kemampuan dan profesi masing-masing. Mereka hidup

saling melengkapi, saling memenuhi agar tetap berhasil dalam

kehidupannya.

4) Adat Istiadat dan Kebudayaan

Adat istiadat dan kebudayaan diciptakan untuk mengatur tatanan

kehidupan bermasyarakat, yang mencakup bidang yang sangat luas

diantar tata cara berinteraksi antara kelompok yang ada di masyarakat,

25

apakah itu dalam perkawinan, kesenian, mata pencaharian, sistem

kekerabatan dan sebagainya.

5) Identitas

Suatu kelompok masyarakat memiliki identitas yang dapat dikenali

oleh anggota masyarakat lainnya, hal ini penting untuk menopang

kehidupan dalam bermasyarakat yang lebih luas. Identitas kelompok

dapat berupa lambang-lambang bahasa, pakaian, simbol-simbol tertentu

dari perumahan, benda-benda tertentu seperti alat pertanian, mata uang,

senjata tajam, kepercayaan dan sebagainya.

2.3.3 Tipe-Tipe Masyarakat

Tipe-tipe masyarakat menurut Effendy tahun 1998 dapat dilihat dari

beberapa sudut pandang yang terdiri atas :

1) Dilihat dari sudut perkembangannya

Dokumen terkait