• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.3 Kehidupan Sosial Budaya

2.3.1 Stratifikasi Upacara Tradisi Daur Hidup Daerah Jawa Barat

2.3.1.1 Upacara Daur Hidup Golongan Bangsawan

- Upacara Masa Kehamilan

Pada golongan bangsawan dalam masa kehamilan terdapat upacara sebagai berikut: (1) Upacara salamatan tilu bulanan; (2) Upacara salamatan lima bulanan; (3) Upacara

tingkeban (mengndung tujuh bulan); (4) Upacara salamatan salapan bulanan; (5) Upacara

reuneuh mundingeun (mengandung lebih dari sembilan bulan).

- Upacara Salamatan Tilu Bulanan dan Salamatan Lima Bulanan

Upacara salamatan tilu bulanan dan salamatan lima bulanan dilakukan sebagai pemberitahuan kepada tetangga dan kerabat bahwa perempuan itu sudah betul hamil. Selain itu mengandung maksud juga agar yang mengandung dan yang dikandungnya mulus rahayu, mendapat keselamatan.

- Upacara Tingkeban

Upacara tingkeban (upacara mengandung tujuh bulan) disebut juga babarit yang dilakukan sebagai peringatan tingkeb yang artinya tutup. Sejak upacara itu sampai empat puluh hari setelah melahirkan harus tutup, tidak boleh dibuka sebelum waktunya tiba. Jadi, semacam pemberitahuan, baik bagi istri (perempuan yang sedang mengandung) maupun suaminya. Suami istri tidak boleh bercampur (tidur bersama) sampai empat puluh hari setelah bayi tersebut lahir.

- Upacara Salamatan Salapan Bulanan

Upacara salamatan salapan bulanan diadakan setelah usia kandungan masuk bulan kesembilan. Dalam upacara itu dibuat bubur lolos dengan maksud agar mendapat kemudahan pada waktu melahirkan, longgar seperti bubur lolos tersebut. Ada juga dalam upacara tersebut menyediakan lampu kecil agar nanti anak yang dilahirkan terang hatinya.

- Upacara Reuneuh Mundingeun

Upacara reuneuh mundingeun, yaitu perempuan yng mengandung lebih dari semilan bulan, tetapi belum melahirkn saja, seperti kerbau yang bunting. Upacara ini diselenggarakan agar perempuan yang hamil tua tersebut segera melahirkan.

- Upacara Kelahiran dan Masa Bayi.

Upacara tersebut dilaksanakan pada waktu perempun yang sedang mengandung sudah merasa akan melahirkan, segeralah mengundang indung beurang. Indung beurang yang dipanggil itu ialah orang yang sama pada waktu upacara tingkeban sebagai penyelenggara. Pada waktu mengundang indung beurang itu harus membawa obor, yaitu obor dari

barangbang (daun kering kelapa atau enau) walaupun pada waktu itu terjadi pada siang hari. Persoalan makanan juga sangat dipertimbangkan. Dalam masa kelahiran tersebut sebaiknya mengkonsumsi makanana seperti ngawayahan, yaitu bakar daging ayam, kacang- kacangan yang disangray (yang dikeringkan diatas kuali), jaat, roay, hiris, biji kacang panjang, dan sebaginya. Dengan demikian itu dimaksudkan agar ibu sang bayi banyak air susunya.

Nama Upacara dan Tahapannya: (1) Upacara memelihara tembuni; (2) Upacara

nenjrag bumi; (3) Upacara puput puser; (4) Upacara ekah; (5) Upacara nurunkeun; (6) Upacara opat puluh dinten; (7) Upacara cukuran; (8) Upacara turun taneuh.

- Upacara MemeliharaTembuni (memelihara tali pusar)

Maksud dan tujuan upacara memelihara tembuni ialah penghormatan terhadap kembaran bayi. Tembuni tersebut dipandang sebagai saudara bayi karena itu tidak boleh

dibuang sembarangan, tetapi harus diadakan upacara waktu menguburkannya atau menghanyutkannya ke sungai. Hal tersebut dilakukan agar mendapatkan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa agar bayi dan ibunya selamat tak kurang suatu apapun.

Tata cara penghormatan tembuni tersebut memiliki dua cara, yaitu ada yang dikuburkan dan ada pula yang dihanyutkan ke sungai. Tembuni yang dihanyutkan ke sugai maksudnya agar anak tersebut kelak menjadi orang yang berani mengarungi hidup, banyak pengalaman, dan tidak picik. Sedangkan tembuni yang dikubur tidak jauh dari rumah maksudnya agar anak itu kelak walaupun berada di tempat yang jauh atau merantau tidak lupa akan kampung halamannya.

Tembuni harus dipelihara dengan baik karena ada kepercayaan bahwa tembuni yang dikubur atau dihanyutkan ke sungai akan kembali lagi. Jadi, walaupun memiliki anak empat atau lima kali, tembuni nya masih itu juga. Waktu kembalinya ialah pada waktu perempuan itu hamil kembali. Itulah sebabnya mengapa perempuan yang mengidam sering muntah- muntah karena waktu itu sedang dimasuki tembuni.

- Upacara Nenjreg Bumi (menginkkan kaki ke tanah)

Upacara nenjreg bumi ialah memukulkan alu ke bumi sebanyak tujuh kali didekat bayi. Ada juga dengan cara lainnya, yaitu bayi dibaringkan diatas pelupuh (bambu yang dibelah-belah dijadikan lantai), kemudian indung beurang menghentakkan kakinya ke

pelupuh tersebut didekat bayi. Maksud dan tujuan upacara tersebut ialah agar bayi itu kelak menjadi anak yang tidak lekas terkejut atau takut jika mendengar bunyi yang tiba-tiba dan menakutkan.

- Upacara Puput Puser (lepas tali pusat)

Upacara puput puser ialah upacara yang diadakan setelah tali pusatnya terlepas dengan tujuan demi keselamatan sang bayi. Ada kepercayaan bahwa tali pusat atau tali ari termasuk saudara bayi yang juga harus dipelihara dengan sungguh-sungguh. Adapun saudara

bayi yang tiga lagi ialah tembuni, pembungkus, dan kakawah. Tali ari, tembuni, pebungkus, dan kakawah biasa disebut dulur opat kalima pancer, yaitu keempat bersaudara dan kelimanya sebagai pusatnya ialah bayi itu sendiri. Semua yang disebutkan tersebut harus dipelihara dengan baik agar bayi tersebut kelak setelah dewasa dapat hidup rukun dengan saudara-saudaranya.

- Upacara Ekah

Upacara ekah ialah upacara menebus jiwa anak sebagai pemberian Tuhan, sebagai tanda terimaksih bahwa telah dipercaya amanat, telah dikaruniai anak oleh Tuhan. Kata ekah tersebut berasal dari bahasa Arab, yaitu aqiqatun yang artinya anak kandung. Jadi, maksudnya ialah sebagai tanda terima kasih kepada Tuhan semoga anak itu kelak menjadi orang yang shaleh dan shalehah yang dapat menolong kedua orang tuanya nanti dialam akherat.

- Upacara Nurunkeun (menurunkan bayi ke halaman)

Upacara nurunkeun ialah upacara pertama kali bayi dibawa ke halaman rumah. Makusdnya, agar keadaan sekitar rumah dikenal oleh sang bayi dan sebagai pemberitahuan kepada tetangga bahwa sang bayi tersebut sudah dapat digendong dibawa berjalan-jalan dihalaman rumah.

- Upacara Opat Puluh Dinten (empat puluh hari)

Upacara opat puluh dinten merupakan upacara penyerahan oleh indung beurang

kepada ayah bayi (suami perempuan yang baru melahirkan tersebut). Setelah empat puluh hari lamanya sejak melahirkan, perempuan tersebut oleh indung beurang diserahkan kepada suaminya karena ibu dari bayi tersebut sudah seperti sedia kala lagi. Jadi, maksudnya apa yang hendak diperbuat oleh suaminya tidak akan khawatir.

- Upacara Cukuran (memotong rambut)

Upacara cukuran adalah salah satu diantara upacara dalam masa bayi yang sangat penting. Maksud dari upcara tersebut ialah membersihkan dan mensucikan rambut bayi.

- Upacara Turun Taneuh (menurunkan kaki bayi ke tanah)

Upacara turun taneuh ialah upacara pertama kali bayi menjejakkan kakinya ke tanah. Maksudnya, untuk mengetahui akan menjadi apakah anak itu kelak.

- Upacara Masa Kanak-kanak

Masa kanak-kanak ialah antara usia 3 tahun hingga usia 12 tahun. Hal tersebut berdasarkan fase-fase perkembangannya. Adapun fase-fase perkembangannya ialah sebagai berikut: (1) Masa kanak-kanak: usia 3-5 tahun; (2) Masa usia sekolah: usia 6-12 tahun; (3) Masa remaja atau Adolesen: usia 13-20 tahun; (4) Masa dewasa: sesudah anak tersebut dapat berdiiri sendiri dalam kehidupannya.

Pada golongan bangsawan dalam masa kanak-kanak terdapat upacara sebagai berikut: (1) Upacara Gusaran dan (2) Upacara Sepitan.

Maksud dan tujuan dari upacara gusaran pada zaman dahulu agar anak perempuan tersebut yang giginya diratakan dengan sebuah alat menjadi bertambah cantik dan manis jika ia tertawa. Sedangkan maksud dari upacara sepitan ialah memotong sebagian kulit ujung kemaluannya kira-kita satu centimeter untuk mensucikan. Karena, sebelum melakukan upacara sepitan tersebut, jika anak tersebut buang air kecil, akan sedikit tersumbat oleh sebagian kulit dan dengan dilakukan upacara tersebut tujuannya membersihkan dan membuka jalan pada kulit yang melekat padanya.

Dokumen terkait