• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERBANDINGAN TAHAPAN UPACARA PERKAWINAN

3.1 Tahapan Upacara Perkawinan pada Masyarakat Jepang

3.1.2 Upacara Perkawinan

Pada pagi hari saat upacara perkawinan akan berlangsung, pihak wanita sudah menyiapkan diri sedemikian rupa. Seorang juru rias sudah dipesan untuk hari itu dan akan menolong pengantin wanit untuk berdandan dan menata rambutnya. Beberapa gadis memutuskan untuk tidak menggunakan pakaian tradisional dan memilih untuk memakai pakaian pengantin barat yang berwarna putih. Kimono tradisional digunakan saat upacara berlangsung. Tetapi dalam resepsi yang diadakan setelah upacara, mereka akan mengganti kimono tersebut dengan pakaian pengantin barat. Kebiasaan ini dikenal sebagai ironaoshi ( 色直し ). Di beberapa daerah tertentu, pengantin wanita akan memakai kimono putih pada hari pertama dan kedua perkawinannya, kemudian menggantinya dengan kimono berwarna cerah pada hari ketiga.

Pakaian pengantin utama disebut uchikake ( 内掛け ). Di bagian dalam dari uchikake ini, pengantin wanita akan memakai kimono putih yang menandakan kesucian. Pengertian dari kimono putih ini yaitu pengantin wanita akan melupakan kehidupan lamanya dan bersiap untuk mewarnai dirinya dengan cara apapun sesuai dengan keinginan disebut tsunokakushi ( 角隠し ).

Selain gaun pengantin barat yang digunakan sebagai, kimono yang berwarna – warni juga sering dipilih para wanita Jepang. Biasanya bercorak indah dan berwarna terang, seperti merah atau jingga sesuai suasana bahagia. Penutup kepala biasanya terbuat dari kulit kura – kura tiruan. Biasanya pengantin wanita menyelipkan sebuah kipas pada kimononya. Pengantin pria memakai pakaian tradisional untuk upacara perkawinannya kemudian akan menggantinya dengan jas barat ketika pengantin wanita juga mengganti kimononya. Pakaian resmi pengantin pria untuk upacara, yang ditetapkan oleh pemerintah sejak tahun 1877, adalah jas hitam khususnya upacara perkawinan.

Setelah pengantin wanita berhias dan berpakaian, ia akan duduk untuk sarapan pagi sebagai sarapan terakhir di keluarganya, saling memberikan sake dan menyanyikan beberapa lagu. Tirai yang dihias sering digantung didepan pintu rumah pengantin wanita dan para tamu dapat memberikan salam padanya.

Jika tiba waktunya untuk pergi ketempat upacara, maka pengantin akan mengambil waktu sebentar untuk berlutut didepan butsudan dalam rangka mengucapkan salam perpisahan dan berterima kasih pada nenek moyang atas berkat dan perlindungannya, karena mulai sekarang ia akan menyembah butsudan milik suaminya dan kelak sekali – kali akan berkunjung lagi. Nakoodo akan menyertai pengantin wanita pergi ketempat berlangsungnya upacara.

Ada berbagai cara melangsungkan perkawinan dan merayakan, misalnya ; dirumah selama tiga hari berturut – turut. Sekarang banyak orang yang menyelenggarakan dalam satu resepsi besar di kekkon shikijoo ( suatu tempat yang ditata khusus untuk resepsi perkawinan ), termasuk penyewaan pakaian, fasilitas fotografi, hadiah untuk para tamu dan beberapa pelayanan lainnya, seperti ruangan – ruangan untuk resepsi dan upacara. Suasana resepsi yang mewah tersedia pada beberapa rycotei ( rumah makan tradisional Jepang ) yang memberikan fasilitas – fasilitas khusus untuk berbagai resepsi.

Upacara perkawinan akan mendahului resepsi. Upacara perkawinan yang paling populer di Jepang adalah upacara perkawinan berdasarkan agama ; yaitu

Shinzen kekkonshiki ( upacara perkawinan Shinto ), Butsuzen kekkonshiki (

upacara perkawinan Budha ), dan Kiritsutokyoo kekkonshiki ( upacara perkawinan Kristen ), selain itu ada juga perkawinan yang tidak bercorak agama yaitu Hitomae kekkonshiki dan Katei kekkonshiki.

Shinzen kekkonshiki merupakan jenis upacara yang banyak dilakukan di

Jepang. Banyak kuil Shinto yang menyediakan fasilitas lengkap untuk peristiwa penting seperti perkawinan. Ada juga pasangan yang memilih kuil Budha atau Gereja sebagai tempat melangsungkan upacara perkawinannya.

Upacara perkawinan diawali dengan Karishuugen ( 仮 言 ). Menurut Martha ( 1995 : 57 ) hal yang terpenting dari perkawinan adalah suatu perjanjian yang ditetapkan dengan cara saling memberikan cangkir berisi sake antara pengantin wanita dan pengantin pria. Acara ini dilangsungkan sebelum acara lain, merupakan upacara singkat yang disebut Karishuugen. Upcara ini dilakukan sebelum upacara utama yang disebut san – san – ku – do ( 三-三-ク ー度 ).

Karishuugen dilakukan didepan butsudan, dimana pengantin wanita dan orang tuanya memberikan penghormatan terakhir setelah mereka memasuki rumah pengantin pria. Mereka memakai kimono tetapi pengantin wanita tidak memakai gaun pengantinnya, maupun penutup kepalanya. Pengantin wanita didampingi oleh ibunya, kakeknya, kakak laki – laki dan adik perempuannya. Pengantin wanita dan pengantin pria duduk di tengah didampingi Nakoodoo serta isterinya disamping masing – masing pengantin serta sanak saudara kedua pihak juga duduk. Saudara perempuan pengantin wanita, yaitu gadis yang belum menikah dan anak – anak kecil dari pihak pengantin pria, membantu jalannya upacara ini. Jika semua sudah duduk, kedua pihak akan saling memberi hormat, kemudian tuan rumah akan mengucapkan terima kasih kepada para undangan.

Nakoodo akan berpindah ke dekat nenek pengantin pria, untuk berperan

sebagai Shikaisha ( pemimpin upacara ). Upacara diawali dengan pendahuluan berupa pemberitahuan akan tujuan acara ini. Kemudian seorang gadis kecil membawa baki berkaki pendek, yang didalamnya terdapat Noshi, meletakkannya di depan pasangan itu dan membungkuk. Ini disebut noshi no gi ( upacara noshi ). Setelah itu, dua orang gadis yang lebih tua akan membawa seperangkat cangkir sake dan dua wadah bercorak berisi sake. Seorang akan menyajikan sake kepada pengantin wanita dan yang lain akan menuangkan sake kecangkir lainnya. Pada saat itu juga, kakak laki – laki pengantin wanita akan keluar kebelakang pintu sorong untuk menyajikan beberapa lagu yang disebut Kageutai. Setelah lagu selesai, pengantin wanita minum sake dan cangkir sake dipindahkan ke pengantin pria. Kembali sake dituangkan dan diminum lagi setelah lagu lain dinyanyikan. Akhirnya, cangkir akan kembali kepada pengantin wanita, berarti seluruh proses

telah berulang sekali. Sebelum dan sesudahnya tiap lagu dinyanyikan, para gadis dan kedua pengantin membungkuk. Ini mengakhiri upacara dan Nakoodo memberikan sedikit ucapan terima kasih.

Susunan tempat duduk di Karishuugen seperti dibawah ini :

Butsudan      Tokonoma 

Nakoodo  Pengantin pria  Pengantin wanita 

Isteri  Nakoodo  Ayah  pengantin  pria      Kakek  pengantin  wanita  Ibu  pengantin  pria      Ibu  pengantin  wanita  Nenek  pengantin  pria      Kakak laki‐ laki  pengantin  wanita  Shikaisha      Penyanyi  Kageutai 

Setelah Karishugen berakhir, upacara utama yang disebut san – san – ku-do akan dilakukan. Ada tiga cangkir dalam satu kumpulan yang berbeda – beda ukurannya. Seluruh proses san – san – ku – do adalah sebagai berikut : pengantin pria, kemudian pengantin wanita, kembali ke pengantin pria yang menghabiskan cangkir kedua yang berukuran kecil ; pengantin wanita, kemudian pengantin pria dan kembali ke pengantin wanita menghabiskan cangkir kedua yang berukuran sedang ; terakhir adalah pengantin pria, ke pengantin wanita dan kembali ke pengantin pria yang menghabiskan cangkir ketiga yang berukuran besar, maka mereka bersama minum sebanyak sembilan kali.

Seluruh proses diatas dapat terjadi sebaliknya, yaitu dimulai dari pengantin wanita dan akhirnya kembali lagi kepadanya. San – san – ku – do merupakan bagian terpenting dari upacara perkawinan. Saling memberikan cangkir diartikan sebagai lambang membagi suka duka dalam kehidupan bersama.

Setelah upacara perkawinan diselenggarakan, akan diadakan resepsi yang disebut hiroen ; yaitu resepsi untuk memberitahukan perkawinan ini kepada masyarakat. Pasangan pengantin akan pergi ke gedung atau rumah makan tertentu, dimana mereka akan bergabung dengan para tamu yang akan memberikan ucapan selamat.

Dokumen terkait