• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

2. Upaya Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta

dan yang Paling Jarang

a. Upaya Guru BK yang Paling Dominan

Pada hasil analisis aspek yang telah dipaparkan di atas, terungkap bahwa pada aspek 5, yaitu menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling, merupakan aspek yang paling tinggi atau dominan dila-kukan oleh Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional di Yayasan IPEKA Jakarta, karena salah satu program yang dirancang o-leh pihak yayasan dalam mencapai mutu, kualitas, dan kuantitas pendi-dikan adalah mengadakan program penilaian dan evaluasi. Program tersebut dilaksanakan secara menyeluruh yang sesuai dengan visi, misi, motto, 5 nilai inti, kurikulum, dan filosofi pendidikan yang diterapkan

Yayasan IPEKA, serta diperuntukkan bagi seluruh pejabat, para guru, karyawan/staff, dan siswa yang ada di Yayasan IPEKA. Hal ini dapat membuktikan bahwa program penilaian yang diterapkan memiliki lan-dasan yang interdisipliner.

Drake (2013: 136–137), menjelaskan istilah penilaian interdisipli-ner merupakan penilaian yang memberikan gambaran tentang konsep

dan keterampilan yang melintasi kurikulum, serta berkaitan dengan the know (pemahaman yang bertahan dan ide besar), the do (keterampilan

abad ke 21), dan the be, atau dapat disingkat menjadi KDB. KDB da-pat membantu para pejabat sekolah, guru, termasuk Guru BK, dalam melaksanakan atau melakukan penilaian proses dan hasil kegiatan be-lajar mengajar. Namun demikian, para guru, termasuk Guru BK perlu memahami terlebih dahulu tentang "siapa yang menilai?" dan "ingin menilai apa?" (Drake, 2013: 142).

Dalam memahami kedua pertanyaan di atas, para guru, termasuk Guru BK harus mempelajari berbagai pendekatan yang dapat memfo-kuskan penilaian pada satu area bidang studi. Hal ini dapat menimbul-kan berbagai ekspektasi dan cara berpikir yang berbeda, baik dari pi-hak guru, termasuk Guru BK sebagai pelaksana tugas penilaian, mau-pun pihak siswa sebagai individu yang dinilai.

Tugas penilaian ini merupakan tugas yang sangat memberikan tantangan pada para guru, termasuk Guru BK di yayasan atau sekolah manapun, termasuk Yayasan IPEKA Jakarta. Hal ini harus direncana-kan dengan baik, sehingga para guru, termasuk Guru BK dapat melak-sanakan tugas penilaian sampai pada titik akhir yang baik, dengan kata lain merencanakan tugas penilaian puncak yang kaya atau dapat diter-jemahkan ke dalam bahasa Inggris, yaitu Rich Culminating Assess-ment Task (RCAT).

Merencanakan RCAT merupakan suatu rencana yang tidak mu-dah untuk dirancang dan dilaksanakan dalam waktu singkat, karena hal ini membutuhkan kecerdasan, ketelitian dan ketepatan dalam meng-ambil berbagai keputusan dan tindakan. Drake (2013: 144–167) menje-laskan secara terperinci, padat, lengkap, dan jelas bahwa RCAT me-nuntut refleksi yang penuh pertimbangan karena membutuhkan pe-mahaman tentang KDB, konteks, rubric atau alat, rincian, dan kriteria penilaian yang jelas yang diperoleh dari proses dan struktur kegiatan siswa secara terperinci, terbuka, jelas, dan dapat dipertanggungjawab-kan.

Hal–hal yang harus dipertimbangkan dalam merancang dan me-rencanakan RCAT adalah perlu memperhatikan: (1) keselarasan antara RCAT dengan rancangan kurikulum yang bersifat interdisipliner (se-perti rancangan kurikulum Yayasan IPEKA); (2) tingkat efektivitas pe-nilaian dengan RCAT; (3) kemampuan para guru, termasuk Guru BK dalam memahami metode penilaian melalui RCAT yang terfokus pada kurikulum interdisipliner; (4) kemampuan para guru, termasuk Guru BK dalam merancang, merencanakan, menciptakan, dan menyajikan rubric atau alat penilaian RCAT dengan penuh pertimbangan dan

da-pat dipertanggungjawabkan; serta (5) kemampuan para guru, termasuk Guru BK dalam mempelajari, memahami, dan menemukan, serta mela-kukan berbagai langkah penilaian dengan metode RCAT yang harus dilakukan agar tidak terjadi kekeliruan, kesalahan, dan kegagalan yang

dapat menimbulkan protes, konflik, maupun perpecahan pada suatu lembaga yayasan atau sekolah.

Hal–hal di atas merupakan langkah terpadu yang seringkali dila-kukan oleh Yayasan IPEKA. Kepala Bidang ILDC menjelaskan bahwa Yayasan IPEKA memiliki kebijakan untuk mengadakan penilaian se-tiap satu bulan sekali. Rancangan penilaian yang diterapkan oleh Yaya-san IPEKA Yaya-sangat ketat dan penuh dengan pertimbangan.

Susunan penilaian yang dirancang dan diterapkan oleh pihak Ya-yasan IPEKA terdiri atas kemampuan dalam menangani dan mengatasi masalah; kemampuan dalam berliterasi; keterampilan dalam pelaksana-an riset; memiliki pemahampelaksana-an dpelaksana-an mampu bertumbuh secara rohpelaksana-ani, mampu berinteraksi dengan pimpinan, rekan sekerja, dan pihak lain; memiliki kepribadian dan keterampilan dalam menciptakan komunika-si yang baik, santun, terarah, dan efektif, serta dikomunika-siplin; kemampuan da-lam menciptakan suatu ide dan inovasi baru; dan lain–lain. Susunan penilaian ini selaras dengan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 52 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Pertama, Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru

Pasal 52 Point C yang terkait dengan Menilai Hasil Pembelajaran. Pa-da point ini dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar merupakan se-rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara

siste-matis dan berkesinambungan. Melalui penilaian hasil pembelajaran da-pat diperoleh berbagai informasi yang bermakna untuk meningkatkan proses pembelajaran berikutnya, serta pengambilan keputusan lainnya. Menilai hasil pembelajaran dilaksanakan secara menyeluruh dan terin-tegrasi dengan menggunakan tes dan nontes. Pada penilaian nontes da-pat berupa pengamatan, pengukuran sikap, dan penilaian hasil karya dalam bentuk tugas, proyek fisik, dan produk jasa.

Kedua, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun

2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Kaidah umum yang diatur dalam Permendiknas No. 27 Tahun 2007 meliputi pengertian dasar pe-nilaian, prinsip dasar pepe-nilaian, teknik, instrumen, prosedur, dan meka-nisme penilaian, serta perbedaan kewenangan penilaian hasil belajar o-leh pendidik, sekolah atau yayasan, dan pemerintah. Sedangkan pada kaidah khususnya terkait dengan dasar pelaksanaan penilaian selama proses pembelajaran di kelas oleh guru, termasuk Guru BK. Proses pe-nilaian di dalam kelas yang dilakukan oleh pendidik dikenal dengan is-tilah penilaian kelas.

Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengem-bangan Pendidikan Nasional mengatur pelaksanaan penilaian kelas un-tuk berbagai tingkatan pendidikan. Pedoman penilaian kelas berisi ber-bagai aturan yang membahas tentang (1) konsep dasar penilaian, (2) teknik penilaian, (3) langkah–langkah pelaksanaan penilaian, (4)

peng-olahan hasil penilaian, dan (5) pengpeng-olahan dan pelaporan hasil penilai-an.

Proses pemberian nilai terhadap proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan yang telah dipaparkan di atas, perlu disesuaikan dengan tingkat keterampilan, keahlian, dan kemahiran setiap individu, baik yang berperan sebagai pimpinan, guru, karyawan, staff, maupun siswa, serta tidak memihak pada salah satu pihak, dan tetap menghargai pihak yang dinilai. Hal ini tentu harus disesuaikan dengan konteks kurikulum yang diterapkan oleh Yayasan IPEKA (Kepala Bidang ILDC dan Ke-pala SMA IPEKA Puri Indah).

Hasil wawancara pun membuktikan bahwa konteks dan isi jawa-ban para Guru BK mencirikhaskan penilaian proses dan hasil kegiatan dalam bidang bimbingan dan konseling yang interdisipliner. Hal ini da-pat diamati dan dicermati pada bagian pengungkapan para Guru BK yang berkenaan tentang cara menilai dirinya sendiri dalam berbagai tu-gas, peran, kegiatan, dan aktivitas seperti: (1) mengajar di kelas; (2) berelasi, berinteraksi, dan berkomunikasi dengan seluruh pimpinan ya-yasan, pimpinan sekolah, rekan guru mata pelajaran, guru wali kelas, rekan sesama Guru BK, karyawan/staff, dan siswa; (3) mengelola ke-las; (4) mempersiapkan materi layanan bimbingan dan konseling; (5) menghadapi, menanggapi, dan menyelesaikan masalah; (6) mengambil keputusan; (7) mengikuti berbagai kegiatan dan aktivitas keguruan yang dipersiapkan dan disediakan oleh pihak yayasan; (8)

mempela-jari, memahami, menguasai, dan mempraktikkan seluruh makna, kon-sep, praksis, teknik, metode, media, teknologi, dan asesmen dalam BK; (9) sampai dengan mengukur tingkat keberhasilan layanan BK dalam menumbuhkembangkan tugas perkembangan siswa.

b. Upaya Guru BK yang Paling Jarang

Pada hasil analisis aspek yang telah dipaparkan di atas, terungkap bahwa pada aspek 2, yaitu menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling, merupakan aspek yang paling jarang diupa-yakan oleh Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional di Yayasan IPEKA Jakarta, karena minat membaca Guru BK masih ren-dah, Guru BK tidak atau kurang meng–update berbagai informasi yang berkembang, dan keterbatasan Guru BK dalam mempelajari, memaha-mi, dan mencerna isi kerangka teoritik dan praksis yang sesuai dengan bidangnya. Namun demikian, permasalahan ini bukan hanya dihadapi oleh Guru BK saja, melainkan guru mata pelajaran lainnya pun meng-hadapi permasalahan yang sama, terkhususnya bagi guru mata pelaja-ran yang memiliki tanggung jawab dan tugas ganda sebagai Guru BK

(Kepala Bidang ILDC).

Pada hasil wawancara dengan Guru BK menunjukkan kesesuaian dengan permasalahan yang telah dijabarkan di atas yang dimana Guru BK tidak hanya kesulitan menguasai kerangka teoritik dan praksis da-lam BK, melainkan juga mengada-lami kesulitan dada-lam mempelajari

filo-sofi, konsep dasar, tujuan, metode, dan teknik dalam BK yang menye-babkan Guru BK mengalami keraguan, kebingungan, ketidakpahaman, dan ketidaksiapan dalam. Salah satu Guru BK mengungkapkan bahwa penyebab dari permasalahan di atas adalah ketidakaktivan Guru BK itu sendiri dalam mencari buku literatur dan informasi yang relevan, serta membaca, mempelajari, mencermati, memahami, dan mempersiapkan-nya dengan sebaik mungkin.

Selain itu, kurangnya kolaborasi, relasi dan kerjasama, serta solida-ritas Guru BK dengan rekan sekerja dapat menyebabkannya tidak menguasai kerangka teoritik dan praksis dalam BK. (Jejen, 2011: 4–6) mengungkapkan bahwa kurangnya sarana dan prasarana belajar; ku-rangnya keahlian, kedisiplinan, motivasi, dan kemauan bekerja dalam tim dengan rekan sesama guru; masih rendahnya kualitas, kualifikasi, dan kompetensi guru; dan rendahnya motivasi guru dalam meraih pen-didikan yang lebih tinggi dapat mempengaruhi kurangnya penguasaan para Guru BK terhadap kerangka teoritik dan praksis dalam BK.

Dari permasalahan di atas, dapat dipahami bahwa terdapat Guru BK yang kurang berkeinginan untuk membagikan informasi, ilmu, terampilan, dan keahliannya dalam mengajarkan dan menjelaskan ke-rangka teoritik dan praksis dalam BK kepada Guru BK yang kurang mampu menguasainya, sehingga rekan Guru BK lainnya mengalami kesulitan untuk menguasai lebih dalam setiap teori dan praksis dalam BK. Tapi Guru BK pun harus inisiatif mencari informasi, membaca,

mempelajari, mengamati, mencermati, dan memahami sendiri setiap kerangka teori dan praksis dalam BK, sehingga Guru BK bersangkutan dapat menguasai sendiri dan menemukan kerangka teoritik dan praksis BK yang sesungguhnya.

Selain itu, dukungan, bimbingan, dan pengarahan dari pihak Yaya-san IPEKA Yaya-sangat penting dalam membantu Guru BK menguasai ke-rangka teoritik dan praksis dalam BK. Pada pembahasan sebelumnya, Yayasan IPEKA memiliki suatu lembaga yang dapat memberikan ban-tuan, dukungan, dan bimbingan kepada guru, termasuk Guru BK dalam mencari, mempelajari, mencermati, dan memahami, serta mempersiap-kan berbagai penguasaan terhadap bidang–bidang pengajaran dan pem-belajaran yang sesuai dengan tugas, peran, dan tanggung jawab setiap guru, termasuk Guru BK. Lembaga yang dimaksud adalah ILDC. Hal ini tentu dapat membantu Guru BK dalam menguasai kerangka teoritik dan praksis dalam BK, namun hal tersebut kembali lagi pada diri setiap pribadi Guru BK, karena tanpa usaha, kerja keras, dan dorongan dari Guru BK itu sendiri, maka semua hal yang telah dilakukan oleh pihak Yayasan IPEKA tidak akan membuahkan hasil yang maksimal (Kepa-la Bidang ILDC).

3. Butir Instrumen Termasuk Kategori Rendah Sebagai Dasar Tindak

Lanjut Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional di

Yayasan IPEKA Jakarta

Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan analisis data, diperoleh data yang menunjukan bahwa terdapat 4 item yang terindikasi rendah. Ke-empat item tersebut diuraikan dan disajikan dalam tabel 16 sebagai beri-kut.

Tabel 16

Butir Item Kuesioner Kategori Rendah

No. Item Aspek Indikator Pernyataan

3 Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah siswa. Menguasai konsep dan praksis asesmen dengan belajar dari pihak lain.

Saya mengikuti studi banding bimbingan dan konseling ke sekolah lain dalam mempelajari konsep dan praksis asesmen dalam BK. 12 Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling dengan mencari sumber buku yang relevan.

Saya malas mengunjungi perpustakaan dalam melakukan studi literatur tentang kerangka teori dan praksis BK. 15 Merancang program bimbingan dan konseling Belajar merancang program bimbingan dan konseling dari pihak lain. Saya mengikuti seminar BK di kampus–kampus dalam mempelajari penyusunan rancangan program BK. 30 Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika professional Aktif dalam seminar ke–BK–an dan non ke–BK– an. Saya melalukan setiap kesempatan seminar ke–BK–an dan non ke–BK– an.

Pada tabel 17 di atas menunjukkan bahwa terdapat 4 item upaya Guru BK yang masih rendah. Item–item yang dianggap masih rendah membutuhkan tindak lanjut yang perlu dilakukan oleh pihak Yayasan IPEKA Jakarta. Namun demikian, hal tersebut perlu mengetahui terlebih dahulu penyebab rendahnya keempat item upaya Guru BK meningkatkan kompetensi profesional di Yayasan IPEKA Tahun Ajaran 2015/ 2016.

Dari 4 item upaya Guru BK yang dikategorikan rendah, akan dibagi menjadi 3 pembahasan penting, yaitu: Guru BK tidak mengikuti kegia-tan–kegiatan di luar kegiatan Yayasan IPEKA, Guru BK melalukan mo-mentum seminar ke–BK–an dan Non ke–BK–an, dan Guru BK malas mengunjungi perpustakaan untuk studi literatur. Pembahasan ini juga a-kan dijelasa-kan, didukung, atau diperkuat dengan hasil wawancara dengan Guru BK dan penjelasan secara lengkap oleh Kepala Bidang ILDC, dan Kepala SMA IPEKA Puri Indah.

Pembahasan yang pertama akan membahas tentang Guru BK tidak mengikuti kegiatan–kegiatan di luar kegiatan Yayasan IPEKA. Pada pem-bahasan ini terdapat 2 item upaya Guru BK yang dikategorikan rendah, ya-itu item nomor 3 yang berbunyi: "Saya mengikuti studi banding bimbingan dan konseling ke sekolah lain dalam mempelajari konsep dan praksis

a-sesmen dalam BK", dan item nomor 15, yaitu "Saya mengikuti seminar BK

BK". Permasalahan ini dapat dialami oleh Guru BK dari berbagai sekolah

atau yayasan, baik swasta maupun negeri.

Pada satu sisi, Guru BK tidak pernah atau jarang mengikuti studi banding dan seminar karena ketentuan, kebijakan, peraturan, dan sistim pendidikan dari pihak yayasan atau sekolah, terkhususnya di Yayasan IPEKA. Pada hasil wawancara terhadap salah satu Guru BK di Yayasan IPEKA, membuktikan bahwa seluruh kebijakan, peraturan, dan sistim pen-didikan yang dirancang, disusun, dan diterapkan oleh Yayasan IPEKA sangat mempersulit Guru BK dalam mengupayakan dirinya meningkatkan kompetensi profesional.

Permasalahan yang mempersulit para Guru BK dalam mengupaya-kan diri meningkatmengupaya-kan kompetensi profesional, terdapat pada bagian him-bauan dari Yayasan IPEKA agar Guru BK tidak memfokuskan diri dalam berbagai kegiatan di luar, seperti mengikuti studi banding atau seminar ke sekolah atau yayasan lain dan universitas, sehingga Guru BK yang meng-ajar dan mengabdi di Yayasan IPEKA kurang memperoleh informasi yang berkembang.

Namun, pada satu sisi lain dapat bertolakbelakang yang menyatakan bahwa seluruh ketentuan, kebijakan, peraturan, dan sistim pendidikan yang diterapkan oleh pihak yayasan atau sekolah, terkhususnya di Yayasan IPEKA sangat mendukung Guru BK untuk mengadakan berbagai kegia-tan, seperti studi banding dan seminar. Meskipun kegiatan–kegiatan terse-but hanya diadakan dalam lingkup Yayasan IPEKA, tetapi kegiatan yang

diselenggarakan dan diadakan oleh pihak yayasan memperoleh dukungan dari pihak di luar Yayasan IPEKA, sehingga seluruh Guru BK di Yayasan IPEKA juga memperoleh informasi yang lengkap dan up to date.

Perihal di atas juga diungkapkan oleh beberapa orang Guru BK da-lam hasil wawancara yang menyatakan bahwa seluruh kebijakan dan sis-tim pendidikan yang dirancang, disusun, dan diterapkan oleh pihak Yaya-san IPEKA selama ini Yaya-sangat memberikan dukungan kepada Guru BK da-lam mengupayakan diri meningkatkan kompetensi profesionalnya. Yaya-san IPEKA memang sejauh ini tidak mewajibkan, memfokuskan, dan mengirimkan Guru BK untuk mengikuti kegiatan di luar, karena pihak Ya-yasan IPEKA pun memiliki berbagai kegiatan yang sama.

Selain itu, pihak Yayasan IPEKA memiliki alasan yang sangat jelas bahwa pihak yayasan memiliki banyak program pendidikan, pelatihan, dan pengembangan bagi para guru, termasuk Guru BK setiap satu bulan sekali. Program ini diselenggarakan, diadakan, dan dilaksanakan secara berurutan sesuai dengan rundom atau berita acara yang disusun oleh pihak Yayasan IPEKA pusat, dan di dalam rundom tersebut telah dicantumkan pelaksa-naan studi banding dan seminar. Pelaksapelaksa-naan seminar dan studi banding dapat dilakukan di dalam Yayasan IPEKA sendiri maupun di luar Yayasan IPEKA atau lembaga lainnya (Kepala Bidang ILDC).

Namun, Yayasan IPEKA tidak memprioritaskan para guru, termasuk Guru BK untuk mengikuti kegiatan studi banding dan seminar di luar Ya-yasan IPEKA, karena di YaYa-yasan IPEKA sendiri memiliki program studi

banding sendiri. Apabila pihak Yayasan IPEKA membutuhkan kolaborasi dan kerjasama dari pihak lain di luar Yayasan IPEKA, maka pihak yaysan yang akan mengundang para guru, termasuk Guru BK dari sekolah a-tau yayasan lain untuk menghadiri studi banding dan seminar di Yayasan IPEKA, serta menghadirkan berbagai nara sumber terpercaya dan terke-muka dari berbagai universitas di seluruh Indonesia dan mancanegara. Na-mun demikian, pihak Yayasan IPEKA akan mengutus para guru, termasuk Guru BK yang memiliki jabatan akademik, seperti kepala bagian, kepala bidang, koordinator guru, dan staff ahli untuk mewakili para guru, terma-suk Guru BK dalam menghadiri dan mengikuti studi banding dan seminar di luar Yayasan IPEKA. Tapi tidak menutup kemungkinan pihak yayasan juga akan mengutus guru mata pelajaran, termasuk Guru BK untuk me-wakili, menghadiri, dan mengikuti kedua kegiatan tersebut (Kepala Bi-dang ILDC).

Selain itu, Yayasan IPEKA jarang mengikutsertakan para guru, ter-masuk Guru BK dalam kegiatan di luar yayasan, seperti studi banding dan seminar karena Yayasan IPEKA ingin meminimalisir kekosongan jam pe-lajaran. Pada umumnya, hal ini seringkali terjadi di berbagai sekolah atau yayasan. Hal–hal yang seringkali terjadi ketika guru tidak ada di dalam ke-las karena menghadiri kegiatan di luar sekolah atau yayasan adalah banyak siswa yang keluar masuk kelas, terjadi keributan di dalam kelas, kekera-san, sampai pada akhirnya siswa tidak mengerjakan, serta tidak mengum-pulkan tugasnya dengan baik. Oleh karena itu, Yayasan IPEKA membuat

kebijakan agar para guru, termasuk Guru BK untuk tetap fokus pada tugas dan tanggung jawab utamanya, yaitu mengajar (Kepala Bidang ILDC).

Hal–hal yang telah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa Yayasan IPEKA tidak pernah melarang atau menekan para guru, termasuk Guru BK untuk menghadiri, mengikuti, dan berperan aktif dalam berbagai ke-giatan di luar. Tapi pihak Yayasan IPEKA hanya memberikan himbauan dan arahan kepada para guru, termasuk Guru BK untuk tetap fokus sebagai pengajar di Yayasan IPEKA, karena dalam lingkup Yayasan sendiri me-miliki kegiatan studi banding dan seminar yang telah diagendakan atau di-jadwalkan setiap hari, minggu, dan bulan, serta dilaksanakan di Yayasan IPEKA pusat yang melibatkan para guru, termasuk Guru BK, nara sumber, dosen, dan pihak lain di luar pendidikan dari sekolah atau yayasan dan u-niversitas atau perguruan tinggi di luar Yayasan IPEKA, serta lembaga– lembaga lainnya di luar pendidikan, baik dalam lingkup nasional maupun mancanegara.

Pembahasan yang kedua akan membahas tentang Guru BK malas mengunjungi perpustakaan dalam melakukan studi literatur tentang ke-rangka teori dan praksis BK. Pada pembahasan ini terdapat pada nomor item 12 yang berbunyi: "Saya malas mengunjungi perpustakaan dalam melakukan studi literatur tentang kerangka teori dan praksis BK". Pada

point ini, kita perlu memahami terlebih dahulu bahwa tidak semua orang

berminat untuk mengunjungi perpustakaan. Ketika memperoleh atau men-dapatkan tugas berkaitan dengan studi literatur dan penelitian, respon yang

timbul adalah malas. Hal ini juga yang pernah dihadapi oleh guru, terma-suk Guru BK dalam menjalankan tugasnya yang terkait dengan studi li-teratur dan penelitian. Hal ini merupakan salah satu bagian yang menjadi keprihatinan dunia pendidikan dalam mewujudkan manusia cerdas dan berdedikasi.

Pada hasil wawancara dengan salah satu Guru BK juga mengung-kapkan bahwa ketika salah satu guru, termasuk Guru BK diberikan tugas penelitian dan studi literatur di perpustakaan, maka respon yang diberikan pun tidak menyenangkan dan akhirnya mengatakan malas. Hal ini harus timbul dari dalam diri guru, termasuk Guru BK bersangkutan. Tapi untuk kepentingan lembaga, memang hal tersebut harus dipaksakan, mau tidak

Dokumen terkait