• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Harmonisasi Keberagamaan di

BAB XII INKLUSIVISME DAN TRANSFORMASI

C. Upaya Harmonisasi Keberagamaan di

Pendidikan agama pada dasarnya dapat merespon masalah-masalah sosial yang berkembang dan menonjol pada setiap zaman. Pada masa lalu, umat beragama sering dilanda pertikaian internal karena perbedaan paham keagamaan. Meskipun ketegangan semacam itu masih sering muncul ke permukaan pada masa sekarang, namun intensitasnya sudah mengalami penurunan tajam. Tidak berlebih kiranya apabila dikatakan bahwa kedewasaan dan kecerdasan umat beragama dalam memandang persoalan-persoalan furu'iyah merupakan implikasi positif dari upaya pemerintah dalam pembinaan inklusivisme keberagamaan.

Sejalan dengan paparan di atas, Ali Maksum (1994:68) menggambarkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang masyarakatnya sangat majemuk atau pluralis. Kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu: horizontal dan vertikal. Dalam perspektif horizontal,

kemajemukan bangsa kita dapat dilihat dari perbedaan agama, etnis, bahasa daerah, geografis, pakaian, makanan, dan 'budayanya. Sementara, dalam perspektif vertikal, kemajemukan bangsa kita dapat dilihat dari perbedaan tingkat pendidikan, ekonomi, pemukiman, pekerjaan, dan tingkat sosial budaya.Pada satu sisi, kemajemukan masyarakat memberikan dampak positif. Namun, pada sisi lain, juga menimbulkan dampak negatif, karena faktor kemajemukan itulah justru terkadang sering menimbulkan konflik antar kelompok masyarakat. Pada akhirnya, konflik-konflik antar kelompok masyarakat tersebut akan melahirkan distabilitas keamanan, sosio-ekonomi dan ketidakharmonisan sosial (social disharmony).

Oleh karena itu, Choirul Mahfud (2006:186) menegaskan, dalam menghadapi inklusivisme budaya tersebut, diperlukan paradigma baru yang lebih toleran, yaitu paradigma pendidikan multikultural, yang pada intinya selaras dengan visi inklusivisme itu sendiri. Pendidikan berparadigma demikian dipandang penting, sebab akan mengarahkan anak didik untuk bersikap dan berpandangan toleran dan inklusif terhadap realitas masyarakat yang beragam, baik dalam hal budaya, suku, ras, etnis maupun agama. Dengan pandangan tersebut, diharapkan sikap eksklusif yang selama ini bersemayam di otak sebagian anak-anak bangsa dan sikap membenarkan pandangan sendiri (truth claim) dengan menyalahkan pandangan dan pilihan orang lain dapat dihilangkan, atau paling tidak diminimalisir.

Memperhatikan pendidikan, khususnya pendidikan agama di sekolah-sekolah, kemampuan ―merekam‖ pelajaran agama, keterampilan melakukan praktik ibadah, berdoa dan lain-lain, menjadi tolak ukur dalam evaluasi belajar. Artinya, keberhasilan seseorang dalam mata pelajaran agama dinilai berdasarkan kemampuan kognitif dan psikomotoriknya, sehingga tidak heran

jika muncul masalah-masalah moral, sosial dan spiritual di kalangan peserta didik. Sebab pelajaran agama tidak mampu memberi tuntunan moral, ataupun memberi pegangan dalam memilih nilai dan norma untuk hidupnya. Pendidikan yang demikian itu hanya mampu menghasilkan manusia cerdas, makhluk intelektual yang ―kering‘ spiritual dan nilai moralnya. Peserta didik hanya mementingkan pencapaian nilai lulus bagi mata pelajaran agama, apalagi mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran wajib yang sangat menentukan kenaikan kelas atau kelulusan pada evaluasi belajar tahap akhir.

Kehadiran mata pelajaran agama justru mengaburkan arti beragama, arti iman sesungguhnya. Kelulusan di mata pelajaran agama sendiri tidak menjamin keberimanan seseorang, tidak menjamin moral seseorang baik, malah bisa menjadikan seseorang bersikap munafik atau memiliki norma ganda. Bahaya lain dari pendidikan agama di sekolah adalah terbentuknya pengkotakan siswa dalam suatu sekolah menurut agamanya, alih-alih menumbuhkan rasa solidaritas dan persaudaraan. Dampak yang muncul selanjutnya adalah tumbuhnya fanatisme terhadap agama masing-masing sambil merendahkan agama lain, dan kecurigaan serta prasangka terhadap ―yang berbeda‖. Selain itu, nilai Bhineka Tunggal Ika sebagai prinsip pemersatu bangsa dalam kemajemukan, diganti dengan siapa kuat dia menang, siapa besar dia yang menentukan. Padahal dalam demokrasi, satu suara lemah dari yang paling kecil sekalipun harus memperoleh kesempatan untuk didengar dan dipertimbangkan oleh semua.

Tempat belajar yang pertama seharusnnya adalah kelas pelajaran agama, yang mengajarkan untuk menerima dan mengasihi sesama manusia sebagai bukti menghargai karya Allah yang tertinggi. Dalam kelas, melalui pelajaran agama juga lah orang belajar mengenai hak dan tanggung jawab manusia

terhadap Tuhan dan sesama makhluk, karena ke-salingtergantung-an manusia. Juga di situlah individu belajar tentang kewajiban untuk melayani dan bukan mengeksploitasi atau memanipulasi untuk kepentingan sendiri, belajar untuk menghargai orang lain dan perbedaan masing-masing sebagai anugerah khusus dari Allah kepada setiap orang. Melalui pelajaran agama pula peserta didik semestinya dapat memahami posisi agama dan dirinya di tengah keragaman agama dan keyakinan, serta bagaimana ia melibatkan diri secara positif untuk bekerja sama menepis perbedaan dan mengangkat persamaan universal untuk membangun kehidupan yang lebih baik.

Kautsar Azhari Noer (2001:230) berpandangan lain bahwa kelemahan sistem pendidikan agama di Indonesia selama ini, tampaknya terletak pada kurangnya penekanan pada nilai-nilai moral seperti kasih sayang, cinta, tolong-menolong, toleransi, tenggang rasa, menghormati perbedaan pendapat dan kepercayaan keagamaan, dan sikap-sikap lain yang mampu menciptakan dan mendukung hubungan harmonis antara sesama manusia, meskipun berbeda etnik, agama, dan kebudayaan. Tanpa mengabaikan nilai-nilai teologis, seperti iman, tauhid, dan jihad, nilai-nilai moral yang dapat menciptakan hubungan harmonis ini perlu ditekankan melalui pendidikan agama.

Selain itu, Kautsar Azhari Noer menyebutkan, paling tidak ada empat faktor penyebab kegagalan pendidikan agama dalam menumbuhkan inklusivisme. Pertama, penekananya pada proses transfer ilmu agama ketimbang pada proses transformasi nilai-nilai keagamaan dan moral kepada anak didik; kedua, sikap bahwa pendidikan agama tidak lebih dari sekedar sebagai "hiasan kurikulum" belaka, atau sebagai "pelengkap" yang dipandang sebelah mata; ketiga, kurangnya penekanan pada penanaman

nilai-nilai moral yang mendukung kerukunan antaragama, seperti cinta, kasih sayang, persahabatan, suka menolong, suka damai dan toleransi; dan keempat, kurangnya perhatian untuk perhatikan untuk mempelajari agama-agama lain.

Memperhatikan hal tersebut, nilai kemanusiaan (humanisme) harus lebih dikedepankan sebagai landasan pendidikan Islam. Ajaran teosentris dalam Islam pada dasarnya dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia dan memang sesuai dengan fitrah manusia.

Pendidikan agama (Islam) dilandasi oleh dua fundamen yang esensial dan terpadu dalam menjawab segala problematika umat, yaitu teosentrisme dan humanisme, atau sering disebut humanisme-teosentris (Mappanganro, 1997:4). Dengan landasan humanisme dan teosentrisme itulah maka nilai-nilai fundamental dan obyektif dapat teraplikasikan dalam kehidupan manusia, yaitu nilai kemanusiaan yang fitrah, kesatuan umat manusia, keseimbangan dan Islam sebagai rahmatan li al-alamin.

Melihat realitas tersebut, bahkan ditambah dengan adanya banyak konflik, kekerasan, dan bahkan kekejaman yang dijalankan atas nama agama, sebagaimana tersebut di atas, seharusnyalah yang menjadi tujuan refleksi atas pendidikan agama adalah mampu melakukan transformasi kehidupan beragama itu sendiri dengan melihat sisi ilahi dan sosial-budaya. Pendidikan agama harus mampu menanamkan cara hidup yang lebih baik dan santun kepada peserta didik. Sehingga sikap-sikap seperti saling menghormati, tulus, afirmatif dan toleran terhadap keanekaragaman agama dan budaya dapat tercapai di tengah-tengah masyarakat plural.

Tujuan pokok pendidikan adalah agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan tidak hanya memberikan pengajaran keahlian khusus (spesialisasi), tetapi juga pemberian pengetahuan, pertimbangan, kebijaksanaan dan kearifan kepada peserta didik. Untuk sampai pada titik ini. pendidikan mesti diberikan dengan basis saling menghargai dan menghormati keberbagaian atau keragaman.

Sebagai negara yang memiliki multikulturalitas tinggi, semestinya Indonesia menerapkan pendidikan agama Islam — dan juga pendidikan agama lainnya- yang berwawasan multikultural pluralistis, sehingga output-nya adalah terbentuk peserta didik yang memiliki wawasan dan sikap multikultural dengan indikator berusaha melaksanakan nilai-nilai multikultural-pluralistik dalam hidup kesehariannya atas dasar pandangan hidup yang berorientasi bahwa keragaman dalam aspek apapun merupakan sesuatu yang tidak dapat ditolak eksistensinya sehingga mesti diapresiasi secara arif dan positif.

Dengan menyadari bahwa masyarakat Indonesia terdiri dan banyak suku dan beberapa agama, pencarian bentuk pendidikan alternatif mutlak diperlukan. Suatu bentuk pendidikan yang berusaha menjaga kebudayaan suatu masyarakat dan memindahkanya kepada generasi berikutnya, menumbuhkan tata nilai, memupuk persahabatan antara peserta didik yang beraneka ragam suku, ras, dan agama, mengembangkan sikap saling memahami, serta mengerjakan keterbukaan dan dialog. Bentuk pendidikan seperti inilah yang banyak ditawarkan oleh banyak ahli dalam rangka mengantisipasi konflik keagamaan dan menuju perdamaian, yang kemudian dikenal dengan sebutan "pendidikan agama berbasis inklusivisme" atau pendidikan agama inklusif.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Amin. ―Pengantar‖ dalam Burhanuddin Daya, Pergumulan Timur Menyikapi Barat: Dasar-dasar Oksidentalisme, Cet. I; Yogyakara: Suka Press, 2008. Achwan, Roihan, 2001. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam Versi

Mursi, dlm. Jurnal Ilmu Pendidikan Islam,(Volume 1, IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Afzalurrahman, 1980. Islam, Ideologi and the Way of Life (Singapore, Pustaka Nasional.

Ahmad, Muhammad ‗Abd al-Qadir. Thuruq ta‟lim al-Tarbiyah Islamiyah, Qahirah: Maktabah Nahdlah al-Mishriyah, 1981.

Ahwani, Ahmad Fuad al- Filsafat Islam, diterjemahkan oleh Pustaka Firdaus. Cet. VIII; Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997

Ainain, Badar Abul, 1965. U¡ul al Fiqh, Kairo : Dar al Ma‘arif. Al-Abrasyi, Athiyah, 1992. Al-Tarbiyat Al-Islamiyah, Cet. I;

Beirut: Dar al-Syamiyah.

Al-Ainin, Abu Khalil Abu, 1980. Falsafah Tarbiyah Islamiyah fi Qur‟an Karim, Beirut: Dar Fikr al-Arabiy.

Al-Attas, Muhammad Naquib, 1998, Konsep Pendidikan dalam Islam, Bandung: Mizan.

Al-Baqi Muhammad Fuad Abd , 1987. Al Mu‟jam al Mufahras li Alfadz al-Qur‟an al-Karim, Beirut: Dar al-Fikr.

Al-Faruqi, Ismail Raji‘. 1982. Tauhid: Its Implication for Thought and Life, Kuala Lumpur: International Institute of Islamic Thought.

Ali, Attabik, 2003. Kamus Wal Asri ; kamus kontemporer Arab Indonesia, Cet. IX; Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Ali, Hamdani, 1990. Filsafat Pendidikan, Cet. II; Yogyakarta:

Kota Kembang.

Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Cet. I; Jakarta: Rajawali Pres, 2009.

Jamali, Muhammad Fadhil, Falsafah Pendidikan dalam Al-Qur‟an, terj. Judial Falasani, Surabaya:Bina Ilmu, 1986. Al-Nahlawi, Abdurrahman, 2000. Ushulut Tarbiyatil Islamiyah

wa Asalibuha. diterjemahkan oleh H.N. Ali, Dasar-dasar Pendidikan Islam, Cet. II; Bandung: CV. Diponegoro Al-Sakandary Ibn Athaillah, , t.th. Al-Hikam, Cet. III; Cairo, Dar

Maktabah Al- ashriyah

Al-Syaibani, Omar M. Al-Toumy. 1979. Filsafat Pendidikan Islam (Terj. Hasan Langgulung), Jakarta: Bulan Bintang. Al-Syaibani, Omar Muhammad al-Tumi, Falsafah Pendidikan

Islam, terj. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

Aly, Hey Noer dan Munzier Suparta, 2008. Pendidikan Islam Kini dan Mendatang, Cet. I; Jakarta: Triasco.

Arbi, Sutan Zanti, 2004. Dari Saminisme ke Posmodernisme. Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arif, Mahmud. Pendidikan Islam Transformatif, Cet. I; Yoykakarta: LKis Pelangi Aksara Yogyakarta, 2008. Arifin, M. Filsafat Pendidikan Islam, Cet. IV; Jakarta: Bumi

Aksara, 2004.

Arifin, M.A Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 1991

Arkoun, Mohammad. dan Luis Gardet. Isla>m Ams wal al-Isla>m al-Gad, terj. Ahsin Mohammad, Islam Kemarin dan Hari Esok, Cet. I; Bandung: Pustaka, 1997.

Arkoun, Mohammad. Orientalisme vis a vis Oksidentalisme, Cet. I; Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008.

Ash Shiddiqi, Hasbi, 1974. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta : Bulan Bintang.

Ashraf, Ali, 1996. Horison Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus.

Attas,Sayyid Naquib, 1990. The Concept of Education in Islam: A Frame Work and Islamic Philosophy of Education, Terj. Haidar Baqir, Konsep Pendidikan dalam Islam: Suatu Rangkaian Fikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam, Cet. III; Jakarta: Logos.

Azra, Azyumardi, 1999. Esai-Esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu,. Azra, Azyumardi, 2000. Pendidikan Islam: Tradisi dan

Modernisasi Menuju Millennium Baru, Cet. II; Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Azra, Azyumardi. Pergolakan Politik Islam: dari Fundamentalisme, Modernisme Hingga Post-Modernisme , Cet. I; Jakarta: Paramadina 1996.

Azra, Azyumardi. Pergolakan Politk Islam: dari Fundamentalisme, Modernisme Hingga Post-Modernisme, Cet. I; Jakarta: Paramadina, 1996.

Ba‘albaki, Muni>r. al-Maurid: Qa>mu>s Injli>zi>-Arabi>, Beirut: Da>r al-‗Ilm li al-Mala>yi>n, 1985.

Badawi, Abdurrahman. et all., Ensiklopedi Orientalis , edisi e-book, Cet. I; Yogyakarta: Lkis, 2003.

Baldick, Julian. Mystical Islam: an Introduction to Sufism, terj. Satrio Wahono, Islam Mistik: Mengantar Anda ke Dunia Tasawuf, Cet. I; Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002. Barnadib, Imam, 1994. Filsafat Pendidikan Sistem dan Metode,

Yogyakarta: Andi Offset.

Bastani, Karim dkk, al-Munjid fi Lughah wa A‟lam, Beirut: Dar al-Masyriq, 1975.

Beck, H.L. dan N.S.G. Kaptein. (redaktur), Pandangan Barat Terhadap Literatur Hukum, Filosof, Teologi, dan Mistik Tradisi Islam, Jilid I, Jakarta: INIS, 1988.

Bucher, John S. Modern Philosophy of education. Cet. I; Boston : Publication, 1979

Budiman, Nasir, 2001. Pendidikan dalam Perspektif al-Qur‟an, Jakarta: Madani Pres.

Chittik, William C. Sufism: a Short Introduction, terj. Zainam Am, Tasawuf di Mata Kaum Sufi, Cet. I; Bandung: Mizan, 2000.

Christian, Snouck Hurgronje. Ambtelijke Advizen Van C. Snouck Hurgronje, terj. oleh Sukarsi, Nasihat-nasihat C. Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya kepada Pemerintah Hindia Belanda 1889-1936, Jilid I, Jakarta: INIS, 1990. Daradjat, Zakiah, 1996. Ilmu Pendidikan Islam, Cet. III; Jakarta:

Bumi Aksara

Departemen Agama RI., Al-Qur'an dan Terjemahnya. Semarang : Toha Putra, 1989

Departemen Pendidikan Nasional, 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. IV; Jakarta, Balai Pustaka.

Dhofier Zamachsyari "ed" Kebijakan Departemen Agama dari Masa ke Masa; setenga abad Cet. I; Jakarta: Balibag Depag RI, 1996

Driyarkara, 1950. Driyarkara Tentang Pendidikan, Yayasan Kanisius, Yogyakarta.

Effendi, Bahtiar, Masyarakat Agama dan Pluralisme Keagamaan: Perbincangan Mengenai Islam, Masyarakat, Etos Kewirausahaan, Yogyakarta: Galang Press, 2001.

Freire, Paulo Politik Pendidikan Kebudayaan, Kekuasan dan Pembebasan. Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000 Gellner, Ernest. Post Modernism, Reason and Religion, terj.

Hendro Prasetyo dan Nurul Agustina, Menolak Posmodernisme: Antara Fundamentalisme Rasionalis dan Fundamentalisme Religius, Cet. I; Bandung: Mizan, 1994.

Haedar Al-Wasila, Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Cet. I; Bandung: Rosda Karya, 2008

Hamalik Oemar, 1995. Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: Bumi Aksara.

Harahap, Syahrin, 1999. Islam: Konsep dan Implematasi Pemberdayaan, Cet. I; Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Hasan, Hamid S., ―Pendekatan Multikultural Untuk Penyempurnaan Kurikulum Nasional‖, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi bulan Januari-November , 2000.

Hasan, Hasan Ibrahin Islamic history and Culture from 632-1968, diterjemahkan oleh Djahdan Human dengan Judul Sejarah dan Kebudayaan Islam (Yogyakarta: Kota Kembang, 1983

Hassan, Fuad, 1997. Bebarapa Asas Metodologi Ilmiyah, dalam Koentjaranigrat (ed), Metode-Metode Penelitian Masyarakat Cet. I; Jakarta: Gramedia.

Husain, Syed Sajjad & Syed Ali Ashraf, , 2000. Crisis in Muslim Education, terj. Fadhlan Mudhaffir, Jakarta: Al-Mawardi Prima.

Ibnu Manzhur, Abu al-Fadhl al-Din Muhammad Mukarram, Lisan al-Arab , jilid V, Beirut: Dar Ihya‘, tt.

Idrus, Muhammad, 1997. Karakteristik dan Dimensi Moral Anak Didik dalam Pendidikan, dalam Peradaban Islam dalam Peradaban Industrial, Yogyakarta: Aditya Media. Jalal Abd Fatah, 1988. Min Uushul Tarbawiyat fi

al-Isl±m, diterjemahkan oleh Harri Noer Ali dengan judul, Asas-asas Pendidikan Islam (Bandung: Diponegoro. Jalaluddin dan Abdullah Idi. 2009. Filsafat Pendidikan,

Jogjakarta: Al-Ruzz Media.

Jalaluddin, 2003. Teologi Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Jasin, Anwar Kerangka Dasar Pembaharuan Pendidikan Islam : Tinjauan Filosofis, cet. I Jakarta: PT Rosda Karya, 2001 Juynboll, G.H.A., the Autenticitiy the tradition Literaty

Discussion in modrn Eggypt, diterjemahkan oleh Ilyas Hasan dengan judul Kontroversi Hadis di Mesir .890-1960 Cet. I; Bandung: Mizan, 1999

Karim, Muhammad. Pendidikan Kritis Transformatif, Cet. I; Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009.

Kinght, G.R 1993. Issues And Alternatives in Education (Cet. I; New York: Simon.

Kneller, George, 1971. Introduction to the Philosophy of Education (New York : John Wiley & Sons, Inc.

Langeveld, (terj.) 1971. Paedagogik Teoritis/Sistematis, FIP-IKIP Jakarta,

Langgulung, Hasan Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam (Bandung: al-Ma'arif, 1980

Made. Pidarta, Landasan Kependidikan. Cet. IV; Jakarta: Rineka Cipta,2004

Mahfud, Choirul, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.

Mahjub, Abbas, 1987. Ushul Fikr al-Tarbawi fi al-Islam, Beirut: Dar Ibn Katsir.

Mahmud Syaltut, 1996. Al-Islam Aqidat wa Syari‟ah, Kairo: Dar el Syuruq.

Mappanganro, Implementasi Pendidikan Islam di Sekolah (Cet.I; Ujung Pandang: Yayasan Ahkam, 1996

Mappanganro. Rasyid Ridha dan Pemikirannya tentang Pendidikan Formal, Cet. I; Makassar: Alauddin Press, 2008.

Maraghi, Mushtafa, Tafsir al-Maraghi, Beirut: Dar al-Fikr, tt. Marimba, Ahmad D,1972. Pengantar Pendidikan Islam.Cet. I;

Bandung: al-Ma'arif,

Muchsin, Bashori dan Abdul Wahid. Pendidikan Islam Kontemporer, Cet. I; Bandung: Refika Aditama, 2009. Muhaemin dan Abd. Majid, 1993. Pemikiran Pendidikan Islam

Kajian Filosofis dan Kerangka Oprasionalnya, Cet. I; Bandung: Trigend Karya.

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Cet. II; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam; di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi, Jakarta: Rajawali Press, 2005.

Muhidin. Ilyas, R. Marpu Konsep Kepribadian Menurut Al-Ghazali dan Erich Fromm: Analisa Teori Kepribadian Timur dan Barat Sebuah Pendekatan Psikologis (Cet. I; Jakarta: UIN Syarif Hidyatulla, 2008

Mujib Abdul Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Operasionalisasinya, Bandung: Trigenda Karya, 1993

Mujib, Abdul et.al, 2006, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media,.

Mun'im A. Sirry, Dilema Islam Dilema Demokrasi Pengalaman Baru Muslim Dalam Transisi Indonesia. Cet. I; Jakarta: PT. Gugus Pres, 2002

Nashir, Haedar, Agama dan Krisis Kemanusiaan Modern, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.

Nasution S., MA., Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1999

Nasution, Harun, 1987. Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang

Nasution, Harun, 1990. Akal dan Wahyu, Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang.

Nasution, S., 2001. Asas-Asas Kurikulum Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara

Nata, Abuddin 2001. Pemikiran para tokoh-tokoh Pendidikan Islam. Cet. I; Jakarta: PT. Raja Grafindo,

Nata, Abuddin, 1997. Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu

Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Grafindo Persada, 2000.

Nata, Abuddin, Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001.

Nizar, Samsul, 2002. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Pers. Nizar, Samsul, 2007. Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri

Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia, Cet. II; Jakarta: Kencana.

Noer, Deliar. Pemikiran Politik di Negeri Barat, Cet. I; Bandung: Mizan, 1997.

Othman Ali Isa, 1985. Manusia Menurut al-Ghazali, Bandung: Pustaka.

Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Bahasa Indonesia, Cet. VIII; Jakarta

Prasetya, Filsafat Pendidikan, Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 1997.

Purwanto, M. Ngalim, 1998. Ilmu Pendidikan, Teoritis dan Praktis, Cet. X; Bandung: Remaja Rosdakarya.

Quthub, Sayid, Tafsir fi Dhilal al-Qur‟an, Beirut: dar al-Ihya, tt. Rahmat, Jalaluddin, Islam Alternatif, Bandung: Mizan, 1991. Ramayulis, 1998. Ilmu Pendidikan Islam, Cet. II; Jakarta: Kalam

Mulia.

Rasyid Ridha, Muhammad, Tafsir Al-Manar, Kairo: Dar al-Manar, 1373 H.

Rasyid, Khoiron. Pendidikan Profetik, Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Razi, Muhammad Fahr al-Din, Tafsir Fahr al-Razi (Tafsir Mafatih al-Ghaib), Beirut: Dar al-Fikr, tt.

Rumi, Fuad, 2000. Filsafat Ilmu, Makassar: UMI Toha Press. S. Nasution, 1999. Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. Sakandary, Ibn Athaillah. As- Al-Hikam, Cet. III; Cairo, Dar

Maktabah Al- ashriyah, t.th

Sanjaya, Wina, 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Cet. I; Jakarta: Prenadamdia.

Saridjo, Marwan. Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam. Cet. I; Jakarta: Amisco, 1999

Schuon, Frithjhof, 1995. Islam and the Perennial Philosophy, terj. Rahmani Astuti, Islam dan Filsafat Perenial, Cet. III; Bandung: Mizan,.

Schuon, Frithjof. Understanding Islam, edisi Mandala, Cet. II; London: George Allen & Unwin Ltd., 1976

Shihab, 1996. Wawasan Al-Qur‟an, Bandung: Mizan.

Shihab, 2002. Tafsir al-Misbah Volume 7, Cet. III; Jakarta: Lentera Hati.

Shihab, M. Quraish 1992. Membumikan Al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan.

Smith, Huston Beyond, the Post-Modern Mind. Cet. I; Londong: The Theosophical Publishing House, 1989

Sudirman N., dkk., 1992. Ilmu Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Sukmadinata, Nana Syaodin, 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan Cet. III; Bandung: Remaja Rosdakarya Surakhmad, Winarno. 1996. Metodologi Pengajaran Nasional

Cet. III; Bandung: Jemmars.

Syah,Muhibbin Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru Cet. II; Bandung: Remaja Rosda Karya 2006

Syaibani Omar Muhammad al-Toumy al, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung Jakarta: Bulan Bintang, 1979

Syam, Muhammad Noor. 1986. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.

Syatibi, Abu Ishak Al- al-Muwafaqat fi Ushul Al-Syariah, Jilid II. Beirut: Dar al-Kutub al-‗ilmiyah, t.th

Tafsir, Ahmad, 1992. Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam, Cet. I; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tafsir, Ahmad, 1995, Epistimologi untuk Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Jati. Tafsir, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islam. Cet. I; Bandung: PT

Rosda Karya, 2008

Tanja, Victor I., Pluralisme Agama dan Problematika Sosial, Jakarta: Pustaka Cidesindo, 1998.

Thoha, M. Chabib, 2000. Demokratisasi dalam Pendidikan Islam‖, dalam Ismail SM dan Abdul Mukti (editor), Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani, Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tirtaraharja, Umar dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan, Cet. II; Jakarta: Rineka Cipta, 2005

Uyoh, Sadulloh, Filsafat Pendidikan. Cet. I; Bandung: Alfabeta,

Dokumen terkait