THE PRESERVATION OF MUSIC AND SINGING TRADITION
DAERAH: MUSIK DAN LAGU
B. Upaya Pelestarian Kesenian Daerah: terkait, malalui buku ajar, video, gambar,
Musik dan Lagu maupun cerita tuturan/lisan; (2) Keluarga: peran orang tua sangat dibutuhkan dalam B e r b i c a r a t e n t a n g p e l e s t a r i a n
menyikapi era globalisasi (IPTEK, IT, sebenarnya merupakan upaya mewariskan
tayangan TV, internet dan sebagainya); (3) sesuatu kepada generasi yang lebih muda
Masyarakat: pelestarian kesenian daerah atau generasi penerus. Generasi penerus
bukan hanya tanggung jawab senimannya adalah sebagai pewaris yang siap
saja, tetapi juga kesadaran masyarakat melestarikan. Adapun pewaris itu sendiri ada 20
pendukungnya. pewaris yang aktif dan tidak aktif. Pewaris
16
Ibid.
17
"Pengertian Lagu Daerah." (http://adiozh.wordpress.com/2010/11/24/pengertian-lagu-daerah/ diakses tanggal 21-6-2012. 18
Winarto. "Keberadaan Seni Musik dan Lagu Tradisional Serta Usaha Pelestariannya di Daerah Jawa Timur," makalah Workshop dan Festival Seni Tradisi yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta tanggal 19-20 Oktober 2011, hlm. 3.
19
G. Djatmiko, "Pelestarian Kesenian Tradisional Sebagai Wahana dalam Memperkokoh Jatidiri Bangsa," makalah Workshop dan Festival Seni Tradisi yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta tanggal 19-20 Oktober 2011, hlm. 1.
20
21
Dari beberapa seniman musik dan lagu Menurut Mardowo pelestarian seni
di antaranya yang juga ikut melestarikan dan musik dan lagu daerah sangat bergantung
mewariskan ke generasi muda adalah Ki pada masyarakat pendukungnya terdiri dari
Nartosabdo. Dalam usaha melestarikan dan beberapa elemen di antaranya pemerintah,
mewariskan seni tradisional kepada generasi seniman/pecinta seni, dan penyelenggara
muda, Ki Nartosabdo pada tahun 1970 seni. Tiap elemen tersebut mempunyai
mendirikan "Paguyuban Seni Condhong perbedaan peran antara satu dengan yang
Raos". Melalui paguyuban ini diajarkan seni lainnya dan diharapkan bisa sinergi sehingga
pedalangan, seni tari (beksan), karawitan, fokus pelestarian dapat dilakukan. Usaha
macapat (vokal), sastra Jawa, drama, dan instansi pemerintah berkaitan dengan
sungging (mewarnai wayang). Anggota pelestarian seni musik dan lagu tradisional
paguyuban ini berasal dari berbagai daerah melalui Kemendiknas telah memberikan
yaitu Banyumas, Klaten, Jepara, Gombong, memberikan ruang kepada sekolah untuk
Boyolali, Semarang, Ngawi dan Madiun. berpartisipasi. Kurikulum Tingkat Satuan
Mereka umumnya dari golongan muda yang Pendidikan (KTSP) jenjang SD, SMP,
kreatif dalam bidang seni. Langkahnya harus SMA/SMK yang telah dicanangkan
dapat memenuhi program tri karsa budaya pemerintah mengadopsi kepentingan
yaitu kemampuan untuk melestarikan, pelestarian seni budaya yang dijabarkan
mengembangkan dan mengagungkan serta dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi
22 Dasar (SKKD), di mana sekolah dapat dapat menghayati kesenian. mengembangkan kurikulum berdasarkan
kearifan lokal dan kebutuhan sekolah. Selain
dari jalur sekolah, usaha pelestarian juga III. PENUTUP
dapat dilakukan para seniman melalui jalur
Pengaruh era globalisasi sangat terasa sanggar, padhepokan, maupun kelompok
telah merambah di berbagai sendi kehidupan belajar seni lainnya Para seniman kiranya
bangsa Indonesia, khususnya di bidang perlu memperhatikan program pembelajaran
kesenian. Kesenian daerah terutama seni dengan pertimbangan usia dan karakter
tradisi yang semula berkembang dengan peserta didik. Dewasa ini diperlukan dua
baik, sekarang mulai berkurang. Hal ini dapat alternatif program pembelajaran yaitu (1)
dilihat jarangnya frekuensi pementasan pembelajaran dengan materi-materi lagu
kesenian tradisional, seperti seni pertunjukan yang sudah ada/klasik, terutama orang
wayang kulit yang semula digemari dewasa/orang tua; (2) pembelajaran dengan
masyarakat, sekarang sudah jarang cara mengkreasikan lagu yang sudah ada
dipentaskan, dan bila ada pementasan tidak menjadi sesuatu yang baru tanpa harus
lagi dipadati penonton. Itu pun penontonnya mengurangi atau menghilangkan esensi
dari generasi muda hanya sebagian kecil, materi, terutama kelompok anak usia sekolah
lebih banyak dari generasi tua. SD, SMP, SMA atau usia anak remaja. Jalur
lain yang juga merupakan pilar pelestarian Untuk menghadapi era globalisasi seni musik dan lagu tradisional adalah tersebut, perlu memperluas dan memperkuat penyelenggara kegiatan seni baik dari jejaringan dan kerjasama dengan berbagai pemerintah maupun non pemerintah. pihak dalam mengelola dan melestarikan Kegiatan pentas seni yang berbentuk festival, kesenian daerah (musik dan lagu tradisional) parade, lomba, maupun pementasan- baik pemerintah, pelaku seni/seniman, pementasan dapat digunakan sebagai salah m a s y a r a k a t m a u p u n p i h a k s w a s t a . satu parameter bagi keberadaan seni musik Selanjutnya, upaya pelestarian kesenian dan lagu tradisional. daerah ke depan perlu diprogramkan secara
21
S. Mardowo, "Keberadaan Seni Musik dan Lagu Tradisional Serta Usaha Pelestariannya di Daerah Istimewa Yogyakarta," makalah
Workshop dan Festival Seni Tradisi yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta tanggal 19-20 Oktober 2011, hlm 5.
22
Upaya Pelestarian Kesenian Daerah: Musik Dan Lagu (Sukari )
bertahap dengan revitalisasi kesenian daerah, dini. Di samping itu, kesenian daerah perlu p e m b e r i a n n i l a i e k o n o m i u n t u k diberi ruang gerak yang luas dalam kesejahteraan para pelaku seni tradisional, penyajiannya agar dapat leluasa dalam memberdayakan grup-grup seni musik berekspresi untuk menciptakan keindahan tradisional kepada generasi muda sejak usia seni demi menarik perhatian pendukungnya.
DAFTAR PUSTAKA
"Bahan Ajar Seni Musik: Musik Tradisional." (http://bahanajarsenimusik. blogspot.com/2009/03/musik-tradisional.html) diakses tanggal 23-2-2012. G. Djatmiko, 2011. "Pelestarian Kesenian Tradisional Sebagai Wahana dalam Memperkokoh
Jatidiri Bangsa," makalah Workshop dan Festival Seni Tradisi yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta tanggal 19-20 Oktober 2011.
Jarianto, 2006. Kebijakan Budaya Pada Masa Orde Baru dan Pasca Orde Baru: Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Seni Pertunjukan di Jawa Timur. Jember: Kompyawisda Jatim.
Koentjaraningrat, 1972. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT. Dian Rakyat.
"Kesenian Daerah Harus Tetap Dilestarikan." (http://kamissore.blogspot.com/ 2010 /10/kesenian-daerah-harustetap-dilestarikan.html) diakses tanggal 30-4-2012.
Nik Hartini Nik Latif, 2009. "Apresiasi Muzik Tradisional: Gamelan." (http://gamelanmelayu. blogspot.com/2009/09/pengertian-muzik.html) hal 2 diakses tanggal 28-2-2012.
R.Z. Leirissa, dkk., 1994. Ensiklopedi Tokoh Kebudayaan. Jakarta: Depdikbud.
S. Mardowo, 2011. "Keberadaan Seni Musik dan Lagu Tradisional Serta Usaha Pelestariannya di Daerah Istimewa Yogyakarta," makalah Workshop dan Festival Seni Tradisi yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta tanggal 19-20 Oktober 2011.
Suhartono, 2011. "Keberadaan Seni Musik dan Lagu Tradisional Serta Usaha Pelestariannya di Daerah Jawa Tengah," makalah Workshop dan Festival Seni Tradisi yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta tanggal 19-20 Oktober 2011.
Sukolaras, 2008. "Musik Tradisional Indonesia." (http://sukolaras.word-press. com/2008/07/05/musik-tradisional-indonesia/) diakses tanggal 23-2- 2012. S. Hardjana, 2004. Musik Antara Kritik dan Apresiasi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Winarto, 2011. "Keberadaan Seni Musik dan Lagu Tradisional Serta Usaha Pelestariannya di Daerah Jawa Timur," makalah Workshop dan Festival Seni Tradisi yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta tanggal 19-20 Oktober 2011.