• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tebel 3. Luas Areal Perkebunan Sidamanik 2007-

5.2. Perkembangan konversi tanaman teh di PTP Nusantara

5.2.5 Upaya peningkatan efesiens

PT Perkebunan Nusantara IV Sidamanik telah mengalami kerugian dalam menjalankan usahanya. Salah satu penyebabnya adalah ketidak efesienan faktor-faktor produksi didalam mengolah produksi daun teh kering. Tentu saja ini membuat perusahaan menjadi merugi. Ketidak efesienan faktor-faktor produksi ini akan menimbulkan dampak yang negatif bagi pendapatan perusahaan. Salah satu dampaknya yaitu jika faktor produksi digunakan secara tidak tepat akan membuat proses produksi menjadi tidak baik. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah ini perkebunan Sidamanik melakukan berbagai kebijakan-kebijakan agar masalah ini tidak berlarut- larut, kebijakan itu berupa:

- Pengurangan tenaga kerja

Perkebunan teh merupakan usaha yang padat karya. Maksudnya adalah dalam mengolah usahanya diperlukan banyak tenaga kerja untuk melakukannya. Oleh karena itu, tenaga kerja merupakan salah satu input yang banyak mengeluarkan biaya produksi di perkebunan Sidamanik. Tingginya biaya produksi tenaga kerja tidak sebanding dengan output yang dihasilkan. Oleh sebab itu tenaga kerja harus disesuaikan lagi untuk menutupi kerugian. Salah satu kebijakan yang dilakukan perusahaan adalah dengan mengurangi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.

Pengurangan tenaga kerja tidak dilakukan dengan pemecatan tenaga kerja, melainkan memutasi tenaga kerja tersebut ke perkebunan lain yang masih dalam lingkup PTP Nusantara IV. Para tenaga kerja ini di mutasi ke perkebunan kelapa sawit

PTP Nusantara IV pada umumnya. Dan perkebunan itu sendiri tidak menerima tenaga kerja baru untuk sementara waktu sampai masalah ini dapat di selesaikan.

Dalam hal ini tenaga kerja yang paling banyak dibutuh kan adalah tenaga kerja bagian tanaman. Tenaga kerja bagian tanaman merupakan tenaga kerja bagian lapangan yang bertugas secara langsung didalam menanam, merawat dan memanen tanaman teh. Selama ini perkebunan teh di PTP Nusantara IV melakuakn pemanenan pucuk tanaman teh dengan cara memetik daun teh tersebut secara langsung. Karena ini lah diperlukan banyak tenaga kerja panen dalam melakukan usahanya.

Sejak tahun 2008 PTP N IV melakukan kebijakan baru dengan mengurangi tenaga kerja panen secara besar-besaran. Yang bertujuan untuk mengurangi input tenaga kerja, sehingga biaya tenaga kerja yang berlebih dapat diatasi. Dengan pengurangan tenaga kerja panen ini maka sistem pemanenan pucuk daun teh di PTP Nusantara IV pun berubah. Saat ini perkebunan-pekebunan teh di PTP Nusantara IV melakukan pemanenan dengan mekanisasi yaitu dengan mengunakan alat mesin gunting pangkas. Sistem perawatan tanaman juga dilakukan dengan mekanisasi.

Kebijakan mekanisasi ini memang tepat dalam mengurangi biaya input tenaga kerja. Akan tetapi keputusan ini menimbulkan masalah baru dalam memperoleh mutu tanaman teh. Masalah-masalah tersebut adalah:

- Pemanenan tanaman yang tidak baik.

Pada awalnya pemanenan dilakukan dengan tenaga manusia. Sehingga pucuk daun teh yang diambil dapat dipilih dengan baik oleh sipemetik. Sedangkan dengan menggunakan mesin, pucuk daun teh yang tidak seharusnya dipanen ikut terpanen. Hal ini menimbulkan dampak yang negatif dalam memperoleh mutu produksi.

- Sistem perawatan tanaman yang tidak baik

Dalam hal ini perwatan tanaman yang dimaksud adalah pemangkasan rutin tanaman. Pemangkasan tenaman teh bertujuan untuk menghasilkan produksi daun teh pada tanaman teh tersebut agar lebih maksimal. Sehingga dengan pemangkasan akan melahirkan cabang-cabang yang baru sehingga pucuk daun teh dapat diperoleh lebih maksimal lagi. Dulunya pemangkasan dilakukan dengan tenaga manusia, tapi saat ini pemangkasan dilakukan dengan mekanisasi. Perlakuan mekanisasi ini malah menimbulkan pemangkasan menjadi tidak baik. Karena mekanisasi pemangkasan hanya mampu memangkas pada daerah tanaman tertentu saja. Sehingga pemangkasan tanaman tidak maksimal.

- Sistem pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Dalam hal ini, pengendalian hama dan penyakit tertentu dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja yang lebih banyak. Seperti yang terjadi diperkebunan, jika tanaman sudah terkena penyakit akar merah maka tanaman tersebut harus diatasi secepatnya dengan membongkar seluruh tanaman tersebut. Hal ini bertujuan untuk menghindari penyakit akar merah tidak menular ke tanaman lainnya. Dengan sedikitnya tenaga kerja membongkar areal yang terkena hama dan penyakit menjadi terkendala.

Oleh karena itu, pengurangan tenaga kerja harus sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan dilapangan. Pengurangan tenaga kerja janganlah dilakukan dengan sembarangan. Maksudnya adalah tenaga kerja - tenaga kerja yang masih dibutuhkan dalam proses produksi sebaiknya jangan dikurangi agar tidak mempengaruhi proses produksi menjadi tidak baik.

- Penanaman bibit unggul

Perkebunan teh di PTP Nusantara IV merupakan perkebunan peninggalan penjajah belanda terdahulu. Dan sampai saat ini tanaman-tanaman teh yang ditinggalkan penjajah Belanda masih ada di perkbunan teh di Sidamanik dan tanaman itu masih diproduksi. Akan tetapi tanaman-tanaman yang berusia tua ini memerlukan perwatan yang ekstra sehingga biaya produksi untuk perawatan ini menjadi lebih besar.

Untuk mengatasi tingginya biaya produksi dibagian perawatan tanaman, PTP Nusantara IV melakukan kebijakan penanaman ulang tanaman-tanaman teh dengan bibit yang unggul. Hal ini bertujuan agar tanaman lebih kebal terhadap hama dan penyakit sehingga biaya perawatan untuk mengatasi masalah ini dapat di minimalkan. Sehingga biaya input perwatan dapat dikurangi. Dan dengan bibit yang lebih unggul diharapkan tanaman teh mampu memproduksi hasil yang lebih maksimal lagi dari tanaman yang sebelumnya. Sehingga hasil produksi dapat ditingkatkan.

- Menjaga mutu dan kualiatas tanaman teh

PT Perkebunan Nusantara IV sanagat mengutamakan kondisi mutu dan kualitas tanaman teh. Penjagaan mutu dan kualitas tanaman sangat penting dikarenakan akan meningkatkan harga jual output produksi menjadi lebih baik. Sehingga harga jual output akan semakin meningkat dan pendapatan perusahaan semakin tinggi.

Untuk menjaga mutu dan kualitas tanaman maka diperlukan perawatan tanaman yang tepat. Dalam arti penggunaan pupuk yang tepat, pemberantasana hama dan penyakit tanaman yang tepat dan pemanenan tanaman yang tepat.

- Peningkatan perawatan rutin pabrik yang terencana.

Dalam memproses barang setengah jadi menjadi barang jadi, peran pabrik sangatlah diperlukan. Untuk menjaga kualitas proses olahan maka perawatan rutin pabrik yang terencana terus dilakukan secara rutin. Dengan perwatan rutin pabrik yang terencana mesin-mesin olahan selalu dalam keadaan baik. Sehingga pengolahan daun teh tidak mengalami gangguan pada proses produksinya. Perawatan rutin pabrik yang terencana akan menghindari losis produksi. Losis produksi merupakan hilang atau rusaknya daun teh yang diolah ketika masih melalui proses produksi olahan. Sehingga ini akan berpengaruh terhadapa nilai randemen yang akan dicapai.

- Perencanaan pembangunan idustri hilir.

Salah satu kelemahan PTP N IV dalam memasarkan output produk daun teh kering adalah perusahaan tidak dapat menentukan harga jual daun teh kering. Yang mana harga jual daun teh kering sangat ditentukan oleh permintaan pasar. Perkebunan menganggap tidak rasionalnya biaya pokok produksi dengan harga jual produksi.

Seluruh hasil output produksi daun teh kering dijual melalui ekspor. Hampir tidak ada hasil produksi daun teh kering PTP N IV dijual didalam negeri. Hal ini dikarenakan permintaan Negara-negara luar akan bubuk teh kering di Indonesia sangatlah tinggi. Negara-negara luar seperti Negara-negara Timur Tengah, Inggris, India dan lain-lain memiliki kebutuhan teh 2 kg/kapita. Karena dinegara-negara luar tersebut teh merupakan kebutuhan utama yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan di Indonesia sendiri kebutuhan teh hanya 3 gr/kapita. Di Indonesia kebutuhan akan teh hanya sebagai kebutuhan sekunder saja. Oleh karena itu permintaan akan teh di Indonesia sangat kecil, sehingga harga jual teh dalam negeri tidak terlalu

tinggi dibandingkan Negara luar. Kebutuhan teh dalam negeri pada umumnya dapat dipenuhi oleh perusahaan-perusahaan lain seperti perusahaan Teh Botol Sosro, Sari Wangi dan lain-lain. Seiring dengan perkembangan waktu perkebunan-perkebunan teh di PTP N IV memiliki solusi dalam pemasaran outputnya. Dimana solusi ini merupakan penjulan output produksi didalam negeri.

Perkebunan Sidamanik tidak memiliki merek jual dalam menjual output produksinya. Sehingga ini merupakan kendala pemasaran yang di hadapi perkebunan- perkebunan teh di PTP N IV. Oleh sebab itu, dengan adanya industry hilir diharapakan akan meningkatkan penjualan produksi daun teh kering. Indusri hilir yang dimaksud yaitu hasil output produksi diolah kembali dengan bentuk pengepakan yang lebih menarik seperti pembutan teh celup atau rasa teh yang lebih difariasikan seperti teh yang memiliki rasa buah-buahan dan lain sebagainya. Sehingga perkebunan Sidamanik dapat mematenkan merek produksinya untuk dapat bersaing dipasar lokal. Dan perusahaan dapat menentukan harga jual yang lebih baik.

BAB VI

Dokumen terkait