• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Data Hasil Penelitian

3. Upaya Untuk Mengatasi Masalah

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang dicapai dalam peneliti ini adalah:

1. Untuk mengetahui interaksi yang terjadi dalam keluargabroken home di Desa Banyuroto.

2. Untuk mengetahui masalah-masalah interaksi yang terjadi dalam keluargabroken home di Desa Banyuroto.

3. Untuk mengetahui upaya untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam keluarga broken home di Desa Banyuroto.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan maslah diatas maka manfaat penelitian ini adalah:

9 1. Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan mendapatkan wawasan baru mengenai keluarga broken home dan bagimana pola interaksi dalam keluarga.

2. Manfaat praktis

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapatmembantu memberikan pandangan dan masukan kepada orangtua dan masyarakatmengenai gambaran broken home pada anak dan faktor-faktor yang dapatmempengaruhi kemampuan interaksi terhadap masyarakat, sehingga dapat bertahandalammenghadapi permasalahannya.

10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik 1. Kajian TentangKeluarga a. Pengertian Keluarga

Keluarga batih biasanya terdiri dari suami/ayah, istri/ibu dan anak-anaknya yang belum menikah, keluarga batih merupakan unit pergaulan hidup terkecil dalam masyarakat(Soerjono Seokamto 2004:22). Sebagai unit terkecil keluarga mempunyai peranan-peranan tertentu, peranan-peranan itu adalah:

1) Keluarga batih berperan sebagai pelindung bagi anggota keluarga, dimana ketentraman dan ketertiban diperoleh dalam wadah tersebut 2) Keluarga batih merupakan unit sosial-ekonomis yang secara

materil memenuhi kebutuhan anggota-anggotanya

3) Keluarga batih menumbuhkan dasar-dasar bagi kaidah-kaidah pergaulan hidup

4) Keluarga batih merupakan wadah dimana manusia mengalami proses sosialisasi awal, yakni suatu proses dimana manusia mempelajari dan mematuhi kaidah-kaidah dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Dalam pengertian psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin, sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan

11

saling menyerahkan diri. Sedangkan dalam pengertian pedagogis, keluarga adalah “satu” persekutuan hidup yang di jalin oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan suatu ikatan pernikahan.

Keluarga dalam pengertiannya dapat dikatagorikan sebagai keluarga seimbang, keluarga kuasa, keluarga protektif, keluarga kacau dan keluarga simbiotisMenurut David dalam bukuntya M. Shochib (1998:20):

1) Keluarga seimbang adalah keluarga yang harmonis ditandai dengan hubungan atau relasi antara ayah dengan ibu, ayah dengan anak, atau ibu dengan anak.

2) Keluarga kuasa lebih menekankan pada keuasaan daripada relasi. Pada keluarga seperti ini anak merasa dibawah tekanan kedua orang tua, seakan-akan orang tua mempunyai peraturan, ketetapan yang tidak akan pernah habis

3) Keluarga protektif yaitu keluarga yang menekankan pada tugas dan menyadari perasaan satu sama lain

4) Keluarga kacau dalam hal ini merupakan keluarga yang selalu menimbulkan konflik atau masalah dan kurang peka untuk memenuhi kebutuhan anaknya.

5) Keluarga simbiotis yaitu keluarga yang memiliki perhatian yang kuat terhadap anggota keluarga dan hampir seluruhnya terpusat pada anak.

12

Seperti semua lembaga bahwa keluarga adalah suatu system norma dan tata cara yang diterima untuk menyelesaikan sejumlah tugas yang penting. Menurut (Paul B Horton dalam buku sosiologi 1994: 267) mendefinisikan keluarga tidak begitu mudah karena istilah ini digunakan dengan berbagai cara antara lain:

1) Suatu kelompok yang mempunyai nenek moyang yang sama 2) Suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh perkawinan 3) Pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak

4) Pasangan tanpa nikah yang mempunyai anak 5) Satu orang dengan beberapa anak

Keluarga setidaknya dapat ditinjau berdsarkan tiga sudut pandang, yaitu definisi struktural, definisi fungsional, dan definisi intersaksionalKoerner dan Fiztpatrik (2004).

1) Definisi struktural, yaitu berdasarkan kehadiran atau ketidakhadiran anggota keluarga seperti orang tua, anak, dan kerabat lainnya.

2) Definisi fungsional, yaitu keluarga didefinisikan dengan memfokuskan penekanan pada terpenuhinya tugas-tugas yang dilakukan dalam suatu keluarga.

3) Definisi transaksional, yaitu keluarga didefinisikan sebagai kelompok yang mengembangkan keintiman melalui perilaku-perilaku yang memunculkan identitias sebagi keluarga. Definisi ini memfokuskan pada bagimana keluarga melaksakan fungsinya.

13

Jadi keluarga merupakan suatu unit terkecil dari dalam masyarakat yang mana dalam keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan anak-anakanya. Dalam sebuah keluarga terdapat keluarga seimbang, keluarga kuasa, keluarga protektif, keluarga kacau dan keluarga simbiotis

b. Fungsi-Fungsi Keluarga

Dalam suatu masyarakat keluarga adalah suatu struktur kelembagaan yang berkembang melalui msyarakat untuk meyelesaikan tugas dan fungsi. Fungsi keluarga menurut (Paul B Horton 1994:274) antara lain :

1) Fungsi Pengaturan Seksual

Keluarga adalah suatu wadah atau tempat bagi masyarakat untuk mengatur dan mengkoordinasikan kepuasan keinginan seksual. Dengan kata lain dalam setiap masyarakat terdapat penyimpangan kebudayaan yang nyata dari kebudayaan yang dicita-citakan dalam perilaku seksual. Maka dari itu keluarga merupakan tempat yang aman dan nyaman untuk terdihandar dari penyimpangan seksual.

2) Fungsi Reproduksi

Untuk urusan “memproduksi” anak dalam setiap masyarakat tergantung dalam keluarga. Cara-cari lain hanyalah kemungkinan teoritis saja yang sebagian besar masyarakat untuk

14 3) Fungsi Sosialisasi

Pentingnya keluarga dalam proses sosialisasi menjadi jelas tergantung pada keluarga bagi sosialisasi anak-anak dalam suatu masyarakat.

4) Fungsi Afeksi

Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan kasih sayang atau rasa untuk dicintai. Kebutuhan akan kasih sayang, persahabatan, keintiman merupakan salah satu kebutuhan yang paling penting, jauh lebih penting daripada seks.

5) Fungsi Penentuan Status

Dalam sebuah keluarga seseorang memiliki status, beberapa status dalam keluarga yaitu berdsarkan umur, jenis kelamin, urutan kelahiran, jenis kelamin, dan lain-lain.Keluarga juga member fungsi sebagai beberapa status sosial seperti, orang kulit putih, orang kulit hitam, kelas, dan lain-lain.

6) Fungsi Perlindungan

Setiap keluarga memberikan perlindungan fisik, ekonomis, dan psikologi bagi seluruh anggota masyarakat.

7) Fungsi Ekonomis

Keluarga merupakan unit ekonomi dasar dalam sebagian besar masyarakat primitive.Para anggota keluarga saling bekerjasama dan dapat menghasilkan sesuatu.

15

Sedangkan menurut Berns dalam Sri Lestari (2004) keluarga memiliki lima fungsi dasar yaitu:

1) Reproduksi, keluarga memiliki tugas untuk mempertahankan populasi yang ada dalam masyarakat

2) Sosialisasi/edukasi, keluarga menjadi sasaran untuk transmisi nilai, keyakinan, sikap, pengetahuan, keterampilan dan teknik dari generasi sebelumnya ke generasi yang lebih muda

3) Penugasan peran sosial, keluarga memiliki identitas pada para anggotanya seperti ras, etnik, religi, sosial ekonomi, dan peran gender.

4) Dukungan ekonomi, keluarga menyediakan tempat berlindung makanan, dan jaminan kebutuhan

5) Dukungan emosi/pemeliharaan, keluarga memberikan pengalman interaksi sosial yang pertama bagi anak.

Perkembangan fungsi keluarga yang paling penting adalah sosialisasi dan perawatan bagi anak.Dimana sosialisasi merupakan awal anak mendapat keeyakinan, nilai-nilai dan perilaku yang pantas dilakukan.

Fungsi-fungsi keluarga tersebut jika dilakukan secara teratur maka akan terbentuk keluarga yang nyaman, aman dan bahagia. Fungsi yang berlangsung dalam keluarga dapat membentuk perilaku dan sikap anak sehari-hari.

16

2. Kajian Tentang Keluarga Broken Home a. Pengertian Keluarga Broken Home

Secaraetimologi broken home diartikan sebagai keluarga yang retak. Jadi broken home adalah kondisi hilangnya perhatian keluarga atau kurangnya kasih sayang dari orang tua yang disebabkan oleh beberapa hal(Jihn M. Echolis 2000: 80). Bisa karena perceraian, sehingga anak hanya tinggal bersama satu orang tua kandung.

Kata Broken home berasal dari dua kata yaitu broken dan home. Broken berasal dari kata break yang berarti keretakan, sedangkan home mempunyai arti rumah atau rumah tangga (Hasan Shadily, 1996:81). Jadi broken home adalah keluarga atau rumah tangga yang retak. Hal ini dapat disebut juga dengan istilah konflik atau krisis rumah tangga. Sedangkan kata Broken home menurut (Kissumi Diyanayati 2009:16) yaitu suatu kondisi keluarga yang mengalami perpecahan baik secara fisik maupun psikologis. Suatu keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak yang terikat dalam sebuah perkawinan. Suatu perkawinan mengalami perpecahan fisik maupun psikologis, perpisahan secara fisik bisa terjadi jika salah satu dari kedua orang tua meninggal, maupun karena perceraian. Sedangkan perpecahan secara psikologis yaitu rusaknya hubungan batin antara anggota keluarga misalnya perbedaan paham, cemburu

17

yang berlebihan, atau tidak saling mencintai sehingga terjadi pertengkaran.

Dari sudut lainbroken home dapat diapandang sebagai sudut formil dan informal. Broken home formil terjadi karena adanya perceraian dan kematian, sedangkan informal yaitu kelurga yang mengalami situasi yang pecah baik karena fisik maupun psikologis walau secara formil keluarga tersebut utuh. Rumah tangga yang tidak utuh karena perceraian dapat lebih merusak anak dan hubungan keluarga ketimbang rumah tangga yang pecah akibat kematian.Karena banyaknya keluarga yang pecah menyebabkan gangguan yang terjadi pada anak yaitu masalah-masalah interksi anak dalam keluarga yang merupakan akibat dari perpisahan orang tua.

Keluarga retak atau broken home dinamakan dengan istilah keluarga kacau. Keluarga kacau adalah keluarga kurang teratur dan selalu mendua.Dalam keluarga ini cenderung timbul konflik (masalah), dan kurang peka memenuhi kebutuhan anak-anak.Anak sering diabaikan dan diperlakukan secara tidak wajar atau kejam, karena kesenjangan hubungan antara mereka dengan orang tua.Keluarga kacau selalu tidak rukun.Orang tua sering berperilaku kasar terhadap relasi (anak). Orang tua menggambarkan kemarahan satu sama lain dan hanya ada sedikit relasi antara orang tua dengan anak-anaknya. Anak terasa terancam dan tidak disayang.

18

Menurut (Willis, 2008:66) Broken home dapat dilihat dari dua aspek yaitu:

1. Keluarga itu terpecah karena strukturnya tidak utuh sebab salah satu darikepala keluarga itu meninggal atau telah bercerai

2. Orang tua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi karena ayah atau ibu sering tidak dirumah,dan atau tidak memperlihatkan hubungan kasih sayang lagi. Misalnya orang tua sering bertengkar sehingga keluarga itu tidak sehat secara psikologis. Dari keluarga yang digambarkan diatas, akan lahir anak-anak yang mengalami krisis kepribadian, sehingga perilakunya sering salahsuai. Mereka mengalami gangguan emosional dan bahkan neurotic.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sebuah keluarga dikatakan broke home dikarenakan ayah atau ibu perceraian atau urusan lainnya. Kurang adanya perhatian dari ayah atau ibu menimbulkan anak menjadi kehilangan keteladannya, kurang mendapat perhatian, dan mengakibatkan anak menjadi frustasi, suasah diatur, dan meiliki perilaku buruk. Sehingga peneliti membatasi keluarga broken home dari strukturnya yang tidak utuh karena perceraian.

b. Penyebab Dalam Keluarga Broken Home

Dalam keluarga Broken Home ada berbagai penyebab yang timbul dalam keluarga yang pecah tersebut. Penyebab yang timbul

19

dalam keluarga broken home menurut (Alferd dalam Srihandayani Astuti 1974:31) membagi dalam beberapa kelompok yaitu:

1) Penyebab fisik, yaitu kondisi yang bersifat fisik yang menyebabkan broken home seperti perceraian (divorce), kematian (death), desertion dan separation. Semua ini penyebab utama, sedangkan penyebab lain yaitu karena perpisahan suami istri menjalani hukuman berat/lama dan lain-lain.

2) Penyebab psikologis, yaitu broken home yang disebabkan karena perbuatan, perbedaan pendapat, perbedaan sifat kesenangan, cemburu, tidak saling mencinta, dan lain-lain yang menyebabkan terjadinya pertengkaran atau konflik.

3) Penyebab ekonomi, yaitu keadaan ekonomi yang jelek, penghasilan yang tida sesuai dengan keluarga antara kebutuhan dan pengeluaran, hal ini sehingga dengan mudah menimbulkan dampak psikolgis bagi keluarga. Bisa juga terjadi karena orang tua yang sibuk mencari nafkah sehingga dalam keluarganya kurang mendapat perhatian

4) Penyebab sosial, hal ini secara tidak langsung tidak berpengaruh, tetapi sangat memungkinkan terjadinya broken home misalnya masyarakat penjudi, penjudi, peminum, masyarakat pedagang, nelayan, diamana pekerjaan berada dikota industry yang ruwet.

20

5) Penyebab ideologis, yakni perbedaan paham, sikap dan pandangan, perbedaan agama antara suami dan istri.

6) Poligami menurut (Nasaruddin Latif 2001:70) menyatakan bahwa keterbatasan suami istri untuk berperilaku adil terhadap istri-istrinya dan anak-anaknya baik dalam segi materi atau kasih saying sehingga menyebabkan cemburu dan sangat berpotensi mengganggu perpecahan dalam keluarga

Adanya penyebab-penyebab yang timbul didalam keluarga karena ada berbagai faktor tersebut. Hal tersebut menyebabkan hal buruk terhadap anak karena anak akan menjadi korban dari adanya broken home tersebut.

Hal lain dari penyebab timbulnya penyebab-penyebab dari keluarga broken home yaitu:

1) Tidak adanya atau kurangnya kehidupan beragama dalam keluarga, dengan adanya kehidupan beragama dalam keluarga dapat menuntun sebuah keluarga dalam rasa nyaman meskipun menghadapi masalah dalam keluarga.

2) Kurangnya pendidikan atau keterbatasan dalam memperoleh pendidikan dalam keluarga, minimnya pendidikan atau keterbatasan dalam pendidikan keuarga menyebabkan ketika keluarga tersebut terdapat permasalahan maka masing-masing anggota keluarga bersikeras dengan pendapatnya. Hal ini

21

disebabkan karena kurangnya rasa menghormati antar anggota dalam keluarga.

3) Minimnya memperoleh kesehatan dalam keluarga, kesehatan merupakan hal yang sangat penting, jika satu anggota keluarga mengalami sakit sehingga dia menjadi beban bagi anggota keluarga yang lain, sedangkan yang sakitpun merasa bahwa dia tidak berguna dalam keluarga, sehingga dalam keluarga tersebut mengalami putus asa dan konflik antar anggota keluarga.

c. Akibat Dari Keluarga Broken Home

Dampak akibat yang diperoleh dari keluarga broken home yang menyebabkan kurangnya interaksi antara anak dengan orang tua. Akibat dari kurangnya perhatian orang tua karena sibuk mencari uang atau cekcok dengan keluarga, sehingga anak kurang perhatian. Akibat yang ditimbulkan dari broken home menurut riset Sule Steven, antara lain dapat mengakibatkan:

1) Psychological disorder (Gangguan Psikologis).

Tidak dapat dipungkiri bahwa anak broken home akan mengalami gangguan secara psikologis. Meskipun kebutuhan fisiologi terpenuhi dengan baik, anak tidak akan berkembang dengan baik ketikan kebutuhan psikologisnya tidak terpenuhi. Anak brokenhome memiliki kecenderungan agresif, introvert, menolak untuk berkomitmen, labil, tempramen, emosional, sensitif, apatis, dan lain-lain.

22

2) Academic problem (masalah akademik).

Faktor motivasi eksternal terbesar untuk anak adalah keluarga, ketika keluarga mengalami disfungsional maka anak broken home akan cenderung menjadi pemalas dan memiliki motivasi berprestas yang rendah.

3) Behavioral problem (perilaku menyimpang).

Anak broken home adalah anak yang memang kurang perhatian. Akibatnya anak memiliki self esteem dan self confident rendah, konsep dirinya pun negatif. Begitu di luar (rumah), anak semacam over kompensasi, mencari pengakuan dan penghargaan diri dari lingkungan sekitarnya, sehingga anak broken home memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku-perilaku menyimpang seperti bullying, memberontak, bersikap apatis terhadap lingkungan, bersikap destruktif terhadap diri dan lingkungannya, misalnya dengan mulai merokok, minum minuman keras, judi, free sex(seks bebas). Mereka melakukan penyimpangan-penyimpangan tersebut tanpa pernah tahu apa yang baik dan yang buruk. Persis seperti seorang anak yang menangis dan butuh pelukan ibunya, tapi dia tidak mendapatkannya, oleh karena itu anak broken home akan berterimakasih kepada siapapun yang mau memeluknya, dan kadang wujud si ibu itu adalah „narkoba‟ dan ‟seks bebas‟.

23

Dengan adanya akibat-akibat dari keluarga broken home menyebabkan kurangnya interaksi orang tua dengan anak. Pengaruhnya sangat besar untuk anak karena akibat dari perpecahan keluarga anak menjadi pemalas, pemurung, nakal dan masih banyak yang lain.

Oleh karena itu pentingnya peranan orang tua ayah atau ibu untuk mengawasi dan mendampingi anak.Apalagi anak yang tumbuh menjadi seorang remaja perlu ada pengawasan yang lebih. d. Masalah-Masalah yang Dihadapi

Kondisi keluarga broken home kerap sulit dihindarkan ketika konflik dalam rumah tangga terjadi. Menurut Willis (2008) dalam bukunya yang berjudul Konseling Keluarga (Family Counseling), adapun masalah-masalah yang dapat menyebabkan kondisi broken home diantaranya:

1) Kurangnya atau putus komunikasi di antara anggota keluarga Terutama ayah dan ibu, dalam hal ini faktor kesibukan yang sering menjadi penyebab utama. Ayah dan ibu sibuk bekerja hingga tidak memiliki waktu yang banyak untuk anaknya mereka tidak punya waktu untuk makan siang bersama, shalat berjamaah dirumah di mana ayah menjadi imam, sedang anggota menjadi jamaah. sehingga anak-anak akan susah mengungkapkan pengalaman, perasaan, dan pemikiran-pemikirannya tentang kebaikan keluarga, termasuk kritik terhadap orang tua mereka.

24 2) Sikap egosentrisme

Sikap egosentrisme masing-masing suami isteri merupakan penyebab pula terjadinya konflik rumah tangga yang berujung pada pertengkaran yang terus menerus.Hal yang lebih berbahaya lagi adalah sifat egosentrisme, yaitu sifat yang menjadikan dirinya pusat perhatian yang diusahakan seseorang dengan segala cara.Egosentrisme lebih mementingkan diri sendiri daripada oranglain.

3) Masalah ekonomi

Rumah tangga akan berjalan stabil dan harmonis bila didukung oleh kecukupan dan kebutuhan hidup, segala keperluan dan kebutuhan rumah tangga dapat stabil bila telah terpenuhi keperluan hidup (ekonomi).Sehingga terjadi problema rumah tangga, faktor dominan adalah masalah ekonomi, dimana pihak suami tidak mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga, padahal pemenuhan biaya hidup merupakan hal yang prinsip.

4) Jauh dari agama

Agama merupakan pondasi yang dapat mengontrol perilaku seseorang.Dengan berpegang teguh pada agama, maka orang tersebut dapat mebedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Tetapi sebaliknya, apabila individu-individu di dalam sebuah keluarga jauh dari agama, maka hal-hal negatif akan lebih rawan terjadi.

25

e. Mengatasi Masalah yang Terjadi Didalam Keluarga Boken Home Menurut (Willis 2008: 14) untuk mengatasi konflik-konflik yang berkepanjangan dan mengatasi ketegangan yang terjadi dalam keluarga broken home ada berbagai upaya yaitu:

1) Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa

Setiap manusia memiliki masalah yang dimiliki, kita susah untuk menghindari dari setiap masalah tersebut. Mendekatkan diri kepada Tuhan merupakan cara yang ampuh untuk tetap tegar mengadapi cobaan yang kita miliki.

2) Selalu berfikir dan berperilaku positif

Berfikir postif bahwa setiap masalah yang terjadi pasti ada hikmahnya. Jadikan masalah tersebut sebagai pembelajaran untuk kedepannya supaya dapat terbebas dari kehancuran

3) Saling berbagi

Kita sebagai manusia adalah makhluk sosial, kita tidak bisa hidup sendiri kita memiliki orang lain yang dapat kita ajak untuk berbagi. Berbagi cerita sehingga persaan kita miliki sedikit lega dan usahakan kita berbagi kepada orang yang tepat yang dapat memberikan kita solusi dari permasalahan.

4) Mendatangkan pihak ketiga yang dipercaya keduanya

Apabila ketegangan tak terselesaikan dengan cara-cara persuasif, bahkan meningkat, maka bisa ditempuh cara menghadirkan sesorangyang dipercaya oleh keduanya. Bisa jadi seorang ustadz

26

yang dikenal kearifannya, atau seorang yang dipercaya oleh keduanya.Bisa jadi seorang ustadz yang dikenal kearifannya, atau seorang yang dipercaya bisa menyimpan rahasia.Suami istri mengadukan masalah dan perasaan hatinya masing-masing, untuk didengarkan dan diselesaikan oleh pihak ketiga tersebut. Dengan izin Allah, pihak ketiga akan memberikan saran, pandangan, ataupun alternatif pemecahan masalah (Takariawan, 1997:191). 5) Mencari kegiatan yang positif

Mencari hal-hal yang baru untuk menghilangkan rasa bosan ketika ada masalah yang datang.Suatu kegiatan yang positif memberikan kita pikiran yang positif sehingga kita tidak terjerumus pada jurang kehancuran.

6) Pendidikan didalam keluarga

Pendidikan merupakan hal yang penting sepanjang zaman.Pendidikan didalam keluarga merupakan suatu pondasi awal untuk membentuk keperibadian anak.Anak belajar dari pendidikan yang orang tua mereka berikan. Menurut (Derajat, 1995: 41) Pendidikan didalam keluarga antara lain sebagai berikut:

a. Keluarga sebagai wadah utama pendidikan

Keluarga merupakan tempat yang memberikan berbagai syarat dan ketentuan pembentukan keluarga, sebagai wadah yang akan mendidik anak sampai umur tertentu.

27 b. Pembentukan kepribadian anak

Pendidikan anak pada dasarnya adalah tanggung jawab orang tua.Hanya karena keterbatasan kemampuan orang tua, maka perlu adanya bantuan dari orang yang mampu dan mau membantu orang tua dalam pendidikan anak-anaknya, terutama dalam mengajarkan berbagai ilmu dan ketrampilan yang selalu berkembang dan dituntut pengembangannya bagi kepentingan manusia.

c. Pendidikan agama dalam keluarga

Pendidikan agama memang perlu diketahui, bahwa kualitas hubungan anak dan orang tuanya akan mempengaruhi keyakinan beragamanya di kemudian hari. Apabila ia merasa disayang dan diperlakukan adil, maka ia akan meniru orang tuanya dan menyerap agama dan nilai-nilai yang dianut oleh orang tuanya. Dan jika terjadi sebaliknya, maka ia menjauhi apa yang diharapkan orang tuanya, mungkin ia tidak mau melaksanakan ajaran agama dalam hidupnya, tidak zakat, tidak puasa dan sebagainya

d. Pembentukan sikap-sikap terpuji

Hal ini orang tua harus dapat mencontoh perilaku mereka kepada anak, karena penampilan, perkatan dan sikap dapat dilihat, didengar dan ditiru oleh anak dalam kehidupannya sehari-hari

28 e. Pendidikan anak secara umum

Pendidikan anak secara umum terjadi secara alamiah tanpa disadari oleh orang tua, namun pengaruhnya sangat besar.Apalagi disaat anak masih berada pada tahun pertama, anak mendapatkan pendidikan yang tanpa disadari oleh orang tua yang dapat berdampak pada kehidupan anak.

Dengan beberapa hal tersebut diatas maka konflik yang terjadi didalam keluarga menjadi berkurang.Peranan orang tua juga sangat penting untuk mendidik anak.Adanya perpecahan keluarga yang menyebabkan ayah dan ibu menjadi pisah kadang membuat anak menjadi kurang perhatian diantara mereka.Adanya konflik-konflik yang terjadi juga menyebabkan pengaruh yang tidak baik

Dokumen terkait