BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
E. Upaya-Upaya untuk Menanggulangi Masalah Wajib Pajak yang
Pada umumnya sebagian besar masyarakat Indonesia masih banyak yang kurang atau bahkan tidak mengerti pelaksanaan sistem self assessment yang berlaku dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Hal tersebut mengakibatkan sampai saat ini masih banyak penyelewengan pajak yang terjadi, baik yang tidak sengaja akibat kurangnya pemahaman Wajib Pajak mengenai sisem tersebut maupun yang disengaja oleh Wajib Pajak itu sendiri karena ketidakpatuhannya terhadap Undang-undang perpajakan yang berlaku.
Tingkat sosial dan moral masyarakat di suatu Negara memainkan peranan penting terhadap perilaku Wajib Pajak untuk melakukan tindakan manipulasi pajak. Tindakan manipulasi pajak dapat didefensikan sebagai perbuatan untuk mengurangi pajaknya dengan melaporkan penghasilannya lebih kecil dari yang sebenarnya. Keberhasilan penerimaan pajak suatu negara tergantung kepada upaya pemerintah dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dan menekan tindakan manipulasi pajak.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah Wajib Pajak yang tidak atau kurang patuh adalah :
1. Dengan melakukan himbauan kepada Wajib Pajak untuk : a. Menyampaikan SPT Tahunan dan Masa.
b. Membayar pajak terutang yang sebenarnya.
2. Dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan dan sosialiasasi kepada Wajib Pajak. Penyuluhan tersebut adalah kegiatan menyampaikan informasi, konsultasi, bimbingan secara berkesinambungan kepada masyarakat khususnya Wajib Pajak guna meningkatkan kepatuhan terhadap sisem self assessment serta meningkatkan pengetahuan Wajib Pajak untu melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Penyuluhan perpajakan setidaknya dapat memberikan pengetahuan dasar mengenai :
a. Prosedur pelaksaan sistem self assessment.
Cara menghitung, memungut, membayar, dan melaporkan pajak sendiri. b. Sanksi-sanksi yang akan dikenakan Wajib Pajak itu sendiri sesuai yang
tercantum dalam Undang-undang perpajakan, baik sanksi administrasi maupun sanksi tindak pidana.
c. Perundang-undangan yang berlaku serta perubahan-perubahan perundang-undangan tersebut secara transparan.
3. Dengan melakukan pemeriksaan pajak.
Dalam melaksanakan tindakan pemeriksaan perlu didahulukan dengan persiapan yang baik sesuai dengan tujuan pemeriksaan perlu didahulukan dengan tujuan pemeriksaan dan mendapatkan pengawasaan yang seksama terhadapa Wajib Pajak yang akan diperiksa.
4. Dengan melakukan Sensus Pajak Nasional.
Menyadari masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk membayar pajak, maka pemerintah melaksanakan kegiatan Sensus Pajak Nasional. Dengan kegiatan ini diharapkan semua orang atau badan usaha yang belum melaksanakan kewajiban membayar pajak, dapat melaksanakannya sesuai ketentuan perpajakan.Penerimaan Negara dapat ditingkatkan jika ada perluasan basis pajak. Perluasan basis pajak tersebut dapat diwujudkan jika terdapat data yang akurat mengenai potensi pajak. Itulah mengapa Sensus Pajak Nasional sangat diperlukan agar keadilan dan kesejahteraan rakyat terwujud melalui pengunaan uang pajak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini membahas kesimpulan yang diambil dari hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dan kesimpulan yang diperolehdari teori pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Dalam bab ini penulis juga memberikan saran-saran terhadap pelaksanaan PKLM guna untuk membangun di masa yang akan datang agar lebih baik lagi, dan saran-saran agar pelaksanaan pemeriksaan pajak yang dilakukan ole fiskus dapat berjalan sesuai peraturan perundang-undangan, dapat meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannnya.
A. Kesimpulan
1. Tuntutan keikutsertaan Wajib Pajak dalam penyelenggaraan perpajakan yang memakai sitem self assessment membutuhkan kepatuhan perpajakan (tax
compliance) Wajib Pajak yang tinggi. Untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak
dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakannya maka tindakan pemeriksaan dilakukan. Pemeriksaan dilakukan terhadap Surat Pemberitahuan (SPT) yang telah disampaikan oleh Wajib Pajak yang menunjukkan kelebihan pembayaran pajak/rugi, SPT tidak disampaikan atau tidak tepat, SPT yang memenuhi kriteria menurut DJP.
pemeriksaan (standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan pemeriksaan. Pemeriksaan dapat dilaksanakan setelah SP2 (Surat Pemberitahuan Pemeriksaan) diterbitkan. Pemeriksaan dilakukan oleh tim pemeriksa yang terdiri dari supervisor, ketua tim, dan anggota tim. Setelah melakukan pemeriksaan, pemeriksa pajak harus menyampaikan temuan pemeriksaan kepada Wajib Pajak melaui SPHP (Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan). Melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan memberi kesempatan Wajib Pajak untuk hadir.
3. Jumlah Wajib Pajak yang dilakukan tindakan pemeriksaan setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyaknya Wajib Pajak yang tidak patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dan ditambah lagi dengan kualitas Wajib Pajak sendiri yang selalu mencoba mencari cara baik atau buruk untuk menghindar dari membayar pajak. Untuk itu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak melalui pemeriksaan harus lebih ditingkatkan dan lebih mengawasi kepatuhan Wajib Pajak.
4. Sampai dengan tahun 2013 penerimaan pajak belum dapat mencapai target yang telah ditetapkan setiap tahunnya tetapi terus mengalami peningkatan. Masih banyak masyarakat khususnya Wajib Pajak yang belum atau tidak dapat memenuhi kewajiban perpajakannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Waijb Pajak ialah ketidaktahuan Wajib Pajak dalam menghitung pajaknya dengan sistem self assessment, kurangnya kesadaran masyarakat
terhadap kewajiban perpajakannya, pelayanan publik yang semakin rendah, dan kurangnya pemahaman Wajib Pajak tentang peraturan perundang-undangan perpajakan.
5. Dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak DJP harus bekerja keras. Salah satunya dengan menguji kepatuhan Wajib Pajak melaui tindakan pemeriksaan. Untuk melihat apakah Wajib Pajak telah memenuhi kewajiban perpajakannya dan untuk mengetahui Wajib Pajak yang menghindari pajak terutangnya.
B. Saran
1. Direktorat Jenderal Pajak lebih meningkatkan pengawasan terhadap Wajib Pajak agar dapat menekan tindakan penghindaran pajak dan manipulasi pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak.
2. Direktorat Jenderal Pajak lebih meningkatkan pembinaan kepada Wajib Pajak melalui penyuluhan dan sosialisasi guna meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
3. Menciptakan pelayanan publik yang profesional agar masyarakat dapat lebih merasakan manfaaat dari pajak tersebut.
4. Membuat peraturan perpajakan yang lebih mudah dipahami oleh Wajib Pajak sehingga Wajib Pajak dapat melakukan kewajiban perpajakanya dengan baik. Dengan begitu tindakan pemeriksaan pajak pada Wajib Pajak semakin berkurang. 5. Meningkatkan tindakan penegakan hukum (law enforcement) kepada Wajib Pajak
DAFTAR PUSTAKA
Waluyo, 2010.Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.
Sihaloho, Cyrus, 2002, Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta : Rajawali Pers.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara
Perpajakan
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 Tentang Tata Cara Pemeriksaan
Surat Edaran, Nomor : SE-85/PJ/2011, Tentang Kebijakan Pemeriksaan Pajak
Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Sumber lain :
www.ortax.co.id