Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Apabila kita berbicara tentang belajar, kita tidak dapat lepas dari istilah pembelajaran. Kegiatan belajar dan pembelajaran ini pada perkembangannya, selalu berubah dan berkembang. Pada kegiatan pembelajaran 1 ini kita akan mempelajari beberapa teori belajar yang mempengaruhi bagaimana cara belajar dan mengajar di dunia.
Dalam berbagai literatur psikologi dan filsafat banyak sekali kita temukan tentang teori belajar, tetapi dalam modul ini kita hanya akan membahas empat teori belajar, yaitu teori Disiplin Mental, Behaviourisme, Kognitif, dan Konstruktivisme.
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2017
10
KP
1
Teori belajar merupakan hukum-hukum/prinsip-prinsip umum yang melukiskan kondisi terjadinya belajar. Teori belajar dapat merupakan sumber hipotesis, kunci dan konsep-konsep sehingga pengajar dapat lebih efektif dalam melaksanakan pembelajaran.
Teori belajar akan sangat membantu pengajar dalam membelajarkan peserta didik. Dengan memahami teori belajar, pengajar akan memahami proses terjadinya belajar pada manusia. Pengajar akan mengetahui apa yang harus dilakukan sehingga peserta didik dapat belajar dengan optimal. Tidak ada satupun teori yang dapat menjelaskan secara tuntas semua seluk beluk belajar manusia. Oleh sebab itu dalam mengaplikasikan teori belajar, hendaknya tidak terpaku pada satu atau dua teori belajar tertentu saja, melainkan disesuai kan dengan kondisi faktual, keberagaman, tingkat perkembangan dan sasaran serta tujuan belajar. Untuk lebih mengoptimalkan hasil pembelajaran, guru perlu memadukan beberapa teori belajar. Namun harus diperhatikan bahwa tidak semua teori belajar dapat dipadukan, karena berangkat dari asumsi-asumsi yang berbeda dalam penyusunan teori belajar tersebut.
1. Teori Disiplin Mental
Menurut teori disiplin mental, individu memiliki kekuatan, kemampuan, atau potensi-potensi tertentu. Belajar adalah cara pengembangan untuk memiliki kekuatan, kemampuan, atau potensi-potensi tersebut (Sukmadinata, 2003: 167).
Teori disiplin mental memiliki beberapa aliran yang berbeda-beda, aliran tersebut antara lain:
a. Psikologi Daya (Faculty Psychology)
Menurut teori ini, individu memiliki sejumlah daya: daya mengenal, mengingat, menangkap, mengkhayal, berpikir, merasakan, berbuat, dan sebagainya. Daya-daya tersebut dapat dikembangkan melalui latihan
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2017
11
dalam bentuk ulangan-ulangan. Jadi dalam teori ini, bila peserta didik dilatih dengan banyak mengulang-ulang, menghapal sesuatu, maka ia akan terus ingat hal itu.
b. Herbartisme
Disebut sebagai Herbatisme, karena berasal dari seorang psikolog Jerman yang bernama Herbart. Ia menamakan teorinya Vorstellungen, yang artinya tanggapan-tanggapan yang tersimpan dalam kesadaran. Tanggapan ini meliputi tiga bentuk, yaitu impresi indera, tanggapan atau bayangan dari impresi indera yang lalu, serta perasaan sedang atau tidak senang. Tanggapan-tanggapan tersebut tidak semuanya berada dalam kesadaran, adakalanya juga berada dalam ketidaksadaran. Tanggapan tersebut berbeda kekuatannya. Tanggapan yang kuat, besar pengaruhnya terhadap kehidupan individu. Belajar adalah mengusahakan adanya tanggapan sebanyak-banyaknya dan sejelas-jelasnya pada kesadaran individu. Hal itu diberikan melalui pemberian bahan yang sederhana tetapi menarik, dan memberikannya sesering mungkin. Teori ini juga menekankan pentingnya pengulangan.
c. Naturalisme Romantik
Teori ini berasal dari Jean Jacques Rousseau. Menurutnya, anak memiliki potensi-potensi yang masih terpendam, melalui belajar anak harus diberi kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Anak memiliki kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri. Guru tidak perlu banyak ikut campur mengatur peserta didik, biarkan peserta didik belajar sendiri, yang penting perlu diciptakan situasi belajar yang permisif (rileks), menarik, dan bersifat alamiah.
2. Teori Behaviorisme
Teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati. Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2017
12
KP
1
aturan-aturan, bisa diramalkan, dan bisa dikendalikan. Dalam psikologi behaviorisme, ada beberapa teori yang berkembang, seperti teori koneksionisme, pengkondisian (conditioning) dan penguatan atau reinforcement (Sukmadinata, 2003:168-169).
Ada beberapa ciri dari rumpun teori ini, yaitu:
a. Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil b. Bersifat mekanistis
c. Menekankan peranan lingkungan
d. Mementingkan pembentukan reaksi atau respon e. Menekankan pentingnya latihan.
Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memandang individu lebih kepada sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental seperti kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam belajar. Hal ini terjadi karena behaviorisme berkembang melalui suatu penelitian yang melibatkan binatang, seperti merpati, kucing, tikus, dan anjing sebagai objek. Peristiwa belajar semata-mata dilakukan dengan melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Para ahli behaviorisme berpendapat bahwa belajar adalah merupakan akibat dari adanya interaksi antara stimulus (S) dan respon (R). Menurut teori ini, dalam belajar yang penting adalah adanya input berupa stimulus dan output berupa respon.
Konsep dasar ini dikembangkan oleh Thorndike dan Watson, yang menyatakan bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus atau rangsangan yang berupa serangkaian kegiatan yang bertujuan agar mendapatkan respon belajar dari objek penelitian. Respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar yang dapat berupa pikiran, perasaan, atau tindakan. Syarat pokoknya, stimulus maupun respon harus benar-benar dapat diamati dan diukur (Suyono dan Hariyanto, 2014: 59).
Secara umum konsep belajar menurut para ahli teori behaviorisme dapat dinyatakan dengan gambaran sederhana seperti yang dinyatakan oleh
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2017
13
DiVesta dan Thompson dalam Suyono dan Hariyanto (2014: 60) sebagai berikut:
Gambar 1.1 Konsep dasar perilaku belajar menurut Behaviorisme
Teori-teori belajar dalam aliran behaviorisme a. Koneksionisme
Menurut teori ini, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Dalam pembelajaran di sekolah, guru mengajukan pertanyaan (S), siswa menjawab pertanyaan guru (R). Guru memberikan Pekerjaan Rumah (S) dan peserta didik mengerjakannya (R). Hal tersebut berarti belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya, sehingga paham ini disebut paham koneksionisme. Tokoh teori ini adalah Thorndike. Ia mengemukakan tiga prinsip dalam belajar, yaitu:
1. law of readiness, belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut.
2. law of exercise, belajar akan berhasil apabila banyak latihan, ulangan.
3. law of effect, belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
Pada pelaksananaan pembelajaran dengan menggunakan teori belajar dari Thorndike adalah agar peserta didik menguasai materi tertentu, maka diawali dengan kesiapan peserta didik untuk belajar, baik secara fisik maupun mental, misalnya dengan berdoa terlebih dahulu kemudian disampaikan manfaat mempelajari materi tersebut. Selanjutnya guru mulai menyampaikan materi pelajaran.
Perilaku/pribadi sebelum belajar (pre-learning) Pengalaman, praktik, latihan (learning experiences) Perilaku /pribadi sesudah belajar (post-learning)
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2017
14
KP
1
Agar pemahaman peserta didik menjadi lebih baik, perlu diberikan latihan-latihan soal. Misalnya jika guru mengajarkan bagaimana menjumlahkan dua bilangan, guru harus memberikan latihan berulang-ulang dengan soal latihan penjumlahan dua bilangan. Agar peserta didik semangat untuk berlatih, untuk setiap jawaban yang benar guru memberikan reward (hadiah), baik berupa ungkapan verbal ataupun yang berbentuk simbol, misalnya nilai.
Begitu pula ketika guru memberikan pelajaran tentang lingkungan alam dan buatan di sekitar, guru perlu menayangkan gambar atau video, sehingga siswa tertarik pada pelajaran tersebut. Ini berarti sesuai dengan hukum kesiapan, bahwa semakin siswa tertarik terhadap materi pelajaran maka siswa tersebut semakin siap dalam mengikuti pelajaran. Kemudian agar materi tersebut mudah diterima oleh siswa, guru memberikan soal-soal yang yang harus dikerjakan oleh siswa. Selain dengan cara tertulis, soal-soal tersebut disampaikan lagi dengan cara lisan. Dengan cara tersebut, lama-kelamaan siswa akan menguasai materi tersebut.
b. Teori pengkondisian (conditioning) menyatakan bahwa perilaku individu dapat dikondisikan. Belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan perilaku atau respons terhadap sesuatu. Kebiasaan makan atau mandi pada jam tertentu, kebiasaan berpakaian, masuk kantor, kebiasaan belajar, bekerja, dan lain-lain terbentuk karena pengkondisian.
c. Teori penguatan atau reinforcement, atau disebut juga operant conditioning. Bila pada pengkondisian yang diberi kondisi adalah perangsangnya, maka pada teori penguatan yang dikondisi atau diperkuat adalah responsnya. Manajemen Kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yang tidak tepat.
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2017
15
Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan, maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk-bentuk penguatan positif berupa hadiah atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang. Konsekuensi yang menyenangkan menguatkan perilaku, sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan melemahkan perilaku itu. Konsekuensi yang menyenangkan dinamakan penguatan (reinforcement), sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan dinamakan hukuman (punishment).
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan teori belajar dari Skinner dapat dicontohkan agar peserta didik menguasai materi tertentu, guru dapat memberikan tugas pada peserta didik, baik tugas yang dikerjakan di kelas maupun tugas yang dikerjakan di rumah (PR). Agar peserta didik mau dan bersemangat dalam mengerjakan tugas, guru harus memberikan penguatan dengan segera dari penyelesaian tugas-tugas tersebut.
Gambar 1 2. Teori belajar Behaviorisme: operant conditioning
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2017
16
KP
1
Prinsip-prinsip Pembelajaran Behavioral
Cruickshank ,Jenkins & Metcalf (2012) (dalam Suranto, 2015), merangkum prinsip-prinsip pembelajaran menurut teori belajar behavioral, sebagai berikut:
1) Buatlah kelas dapat dinikmati secara intelektual, sosial, dan fisik, sehingga para siswa merasa aman dan nyaman.
2) Jadilah terbuka dan spesifik mengenai materi yang perlu dipelajari. Gunakan tujuan perilaku spesifik ketika menulis perencanaan pelajaran dan berbagi pendapat dengan tujuan tersebut kepada para siswa.
3) Yakinkan bahwa siswa memiliki pengetahuan dan keahlian dasar yang memampukan mereka untuk mempelajari materi baru.
4) Perlihatkan koneksi antar materi baru dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya.
5) Ketika materi baru bersifat kompleks, perkenalkan secara perlahan, aturlah materi baru ke dalam beberapa bagian yang berurutan, pendek, dan mudah dipelajari.
6) Asosiasikan materi yang akan dipelajari dengan hal_hal yang disukai siswa. Contohnya, asosiasikan puisi dengan musik rap. Sebaliknya, jangan mengasosiasikan materi yang dipelajari dengan hal yang tidak disukai siswa. Misalnya, jangan menggunakan tugas sekolah sebagai hukuman.
7) Katakan kepada siswa, hal-hal apa yang paling penting. Berikan pertandanya kepada mereka.
8) Kenali dan pujilah kemajuan. Jangan berharap siswa belajar dengan kecepatan dan jumlah yang sama.
9) Cari tahu hal-hal apa yang menimbulkan perasaan dihargai untuk masing-masing siswa dan gunakan hai itu untuk menguatkan perilaku belajar siswa. Beberapa siswa mungkin merasa dihargai dengan menerima pujian verbal secara publik, sementara siswa lainnya menganggap puiian semacam itu memalukan.
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2017
17
10) Untuk sebuah tugas baru atau sulit, perlu disediakan penguatan yang lebih sering. Bila siswa telah menguasai tugas baru, diberikan penguatan namun tidak sering lagi.
11) Berikan penguatan akan perilaku belajar yang Anda harapkan dari siswa. Contohnya, memperhatikan, keterlibatan, mencoba, merespons, meningkatkan, dan menyelesaikan.
12) Ciptakan situasi yang memungkinkan setiap siswa memiliki kesempatan untuk sukses.
13) Contohkanlah perilaku Anda agar siswa meniru. Contohnya, tunjukan antusiasme dalam belajar.
14) Bahan ajar yang akan dipelajari harus disajikan dalam bagian perbagian dan dalam langkah-langkah yang berurutan.
3. Teori Kognitif
Teori kognitif berbeda dengan teori behaviorisme. Dalam Sukmadinata (2003: 170) dikatakan bahwa teori behaviorisme yang utama adalah respon, sedangkan dalam teori kognitif yang utama dalam kehidupan manusia adalah mengetahui (knowing). Teori kognitif menekankan pada peristiwa mental, sedangkan teori behaviorisme menekankan pada stimulus respon. Pada teori kognitif, perilaku penting, tetapi yang lebih penting adalah berpikir.
Lebih lanjut Sukmadinata (2003: 170) menyatakan bahwa dalam teori kognitif, individu itu aktif, konstruktif, dan berencana, bukan pasif menerima stimulus dari lingkungan.
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar (Suyono dan Hariyanto, 2014: 75). Menurut pandangan kognitivisme, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif.
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2017
18
KP
1
Teori belajar kognitif yang terkenal adalah Teori Perkembangan Kognitif Piaget. Jean Piaget berpendapat bahwa proses berpikir manusia sebagai suatu perkembangan yang bertahap dari berpikir intelektual konkrit ke abstrak yang berurutan melalui empat periode. Urutan periode itu tetap bagi setiap orang, namun usia kronologis pada setiap orang yang memasuki setiap periode berpikir yang lebih tinggi berbeda-beda tergantung kepada masing-masing individu (Hudoyo, 1988). Periode yang dikemukakan Piaget adalah 1). Periode sensori motor (0 -2 tahun), 2) Periode pra operasional (2 -7 tahun ), 3) Periode operasional konkrit (7 – 11/12 tahun), dan 4) Periode operasi formal (11/12 tahun ke atas).
Pada pelaksananaan pembelajaran dengan menggunakan teori perkembangan intelektual menurut Piaget, guru harus menyesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Pembelajaran dari suatu materi ajar harus dimulai dengan banyak menggunakan atau memanipulasi benda konkrit. Contohnya membelajarkan bilangan anak usia 7 hingga 11-12 tahun harus dimulai dengan peragaan benda-benda konkrit, misalnya kelereng, lidi atau benda konkrit yang lain, sehingga terbentuk konsep bilangan. Begitu juga untuk mengajarkan bangun-bangun geometri juga harus dimulai dengan menggunankan model bangun-bangun geometri.
Cruickshank, Jenkins&Metcalf (2012) (dalam Suranto, 2015), merangkum prinsip-prinsip pembelajaran menurut teori belajar kognitif, sebagai berikut:
1) Siswa harus membuat hubungan antar informasi baru dengan informasi yang sudah dimilki
2) Informasi baru harus disajikan secara logik untuk disampaikan kepada siswa
3) Siswa akan melupakan informasi, kecuali mereka berlatih atau berpikir mengenai informasi itu.
4) Siswa harus berinteraksi dengan guru dan didorong untuk bertanya
5) Ketika siswa dapat menemukan sesuatu atas usaha mereka sendiri, mereka akan belajar lebih baik.
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2017
19
7) Tujuan terpenting dalam pembelajaran adalah membantu siswa menjadi pemecah masalah yang lebih baik.
4. Teori Konstruktivisme
Berbeda dengan aliran Behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon. Konstruktivisme memahami hakikat belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pengetahuan sesuai pengalamannya.
Konstruktivisme didasarkan pada pernyataan bahwa kita semua membangun pengetahuan kita sendiri dari lingkungan untuk memperoleh pengalaman dan skema. Konstruktivisme berfokus pada penyiapan siswa pada penyelesaian masalah. Menurut teori ini bahwa dalam proses pembelajaran, siswa yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pengajar atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.
Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi belajar berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian direnungkan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Karenanya penekanan dari mendidik dan mengajar tidak terfokus pada si pendidik melainkan pada siswa.
Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu: (1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan, (2) mengutamakan proses, (3) menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.
Berikut adalah prinsip-prinsip pembelajaran menurut teori konstruktivisme yang kemukakan oleh Piaget dan Vygotsky.
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2017
20
KP
1
Prinsip-prinsip pembelajaran sebagai implikasi dari teori konstruktivis dari Piaget adalah:
1) Dalam proses pembentukan pengetahuan, kebermaknaan merupakan interpretasi individual siswa terhadap pengalaman yang dialaminya (Meaning as internally constructed).
2) Pembentukan makna merupakan proses negosiasi antara individual siswa dengan pengalamannya melalui interaksi dalam proses belajar sehingga siswa menjadi tahu (Learning and teaching as negotiated construction of meaning)
3) Mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari pengajar kepada pembelajar, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan pembelajar membangun sendiri pengetahuannya.
4) Mengajar berarti berpartisipasi dengan pembelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis dan mengadakan justifikasi
5) Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep masing-masing individual siswa.
6) Struktur konsep dapat membentuk pengetahuan, bila konsep baru yang diterima dapat dikaitkan/dihubungkan (proposisi) dengan pengalaman yang dimiliki siswa.
Prinsip-prinsip pembelajaran sebagai Implikasi teori sosio kultural Vygotky bagi pembelajaran antara lain:
1) Interaksi sosial itu penting, pengetahuan dibangun dengan melibatkan orang lain akan menjadi lebih baik.
2) Perkembangan manusia terjadi melalui alat-alat kultural (bahasa, simbol) yang diteruskan dari orang ke orang.
3) Zona perkembangan proksimal adalah perbedaan antara apa yang dapat dilakukan sendiri (kemampuan aktual) dan apa yang dapat dilakukan dengan bantuan orang yang lebih dewasa (kemampuan potensial).
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2017
21
D. Aktivitas Pembelajaran
1. Setelah anda selesai mempelajari uraian kegiatan pembelajaran 1, anda diharapkan terus mendalami materi tersebut. Ada beberapa strategi belajar yang dapat digunakan, sebagai berikut:
a. Baca kembali uraian materi yang ada di kegiatan pembelajaran 1, dan buatlah beberapa catatan penting dari materi tersebut.
b. Untuk mendalami materi, buatlah soal-soal latihan dalam bentuk pilihan ganda, berkisar 5–10 soal dari materi yang ada di kegiatan pembelajaran 1 ini.
c. Lakukan diskusi dan pembahasan soal-soal dan kunci jawaban dengan teman dalam kelompok diskusi
2. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran berikutnya yang dilakukan dalam mempelajari kegiatan pembelajaran ini yaitu meliputi aktivitas individual dan kelompok.
a. Aktivitas Individual meliputi:
1) Mengamati dan curah pendapat terhadap topik yang sedang dibahas.
2) mengerjakan latihan/tugas, menyelesaikan masalah/kasus 3) menyimpulkan materi dalam kegiatan pembelajaran 1 4) melakukan refleksi.
b. Aktivitas kelompok meliputi:
1) mendiskusikan materi pelatihan
2) bertukar pengalaman (sharing) dalam melakukan latihan menyelesaikan masalah/kasus/window shopping.
3) Mempresentasikan dan membuat rangkuman.
c. Aktivitas diskusi kelompok dengan mengerjakan Lembar Kerja 1 d. Dalam memahami konsep tentang teori belajar, anda memerlukan
bekerja secara mandiri, profesional dan belajar tidak hanya dibatasi oleh jadual belajar secara formal, tetapi memerlukan semangat untuk
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2017
22
KP
1
belajar sepanjang hayat. Dengan nilai-nilai karakter tersebut, silahkan anda untuk melaksanakan aktivitas pembelajaran sebagai berikut.:
TEORI BELAJAR
Buatlah rangkuman tentang teori belajar, dengan menggunakan format sebagai berikut:
No Teori Belajar Pengertian Contoh Aplikasi dalam pembelajaran 1. Disiplin Mental 2. Behaviorisme 3. Kognitif 4. Konstruktivisme
E. Latihan/Kasus/Tugas
Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar pada soal-soal di bawah ini dengan memberi tanda silang (X) pada huruf A, B, C, atau D!
1. Teori belajar yang menekankan pada pentingnya stimulus – respon adalah... A. Kognitif B. Behaviorisme C. Konstruktivisme D. Gestalt
LK-1
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2017
23 2. Teori belajar yang menyatakan bahwa individu itu aktif, konstruktif, dan
berencana, bukan pasif menerima stimulus dari lingkungan adalah ... A. Kognitif
B. Behaviorisme C. Konstruktivisme D. Gestalt
3. Teori belajar yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pengetahuan sesuai pengalamannya adalah ...
A. Kognitif B. Behaviorisme C. Konstruktivisme D. Gestalt
4. Belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan perilaku atau respons terhadap sesuatu. Kebiasaan makan atau mandi pada jam tertentu, kebiasaan berpakaian, masuk kantor, kebiasaan belajar, bekerja, dan lain-lain terbentuk karena pengkondisian. Pernyataan tersebut disebut ...
A. Teori pengkondisian (conditioning). B. Teori kognitif Gestalt
C. Teori operant conditioning D. Teori medan kognitif Kurt Lewin
5. Teori belajar yang menyatakan individu memiliki kekuatan, kemampuan, atau potensi-potensi tertentu. Belajar adalah cara pengembangan untuk memiliki kekuatan, kemampuan, atau potensi-potensi tersebut adalah pernyataan dari…
A. Teori behaviorisme B. Teori konstruktivisme C. Teori disiplin mental D. Teori kognitif
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2017 24
KP
1
F. Rangkuman
1. Teori belajar disiplin mental menyatakan individu memiliki kekuatan, kemampuan, atau potensi-potensi tertentu. Belajar adalah cara pengembangan untuk memiliki kekuatan, kemampuan, atau potensi-potensi tersebut.
2. Teori belajar behavioristik memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon.
3. Teori belajar kognitif yang utama dalam kehidupan manusia adalah mengetahui (knowing). Belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang kompleks.
4. Teori belajar konstruktivisme memahami hakikat belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi makna pengetahuan sesuai pengalamannya.
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkanlah jawaban evaluasi Anda dengan kunci jawaban yang ada di akhir modul. Hitunglah jawaban yang benar. Gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap Kegiatan Pembelajaran 1.
Arti tingkat penguasaan: 90 – 100% = baik sekali 80 – 89% = baik 70 – 79% = cukup < 70% = kurang
Jumlah Jawaban yang Benar
Tingkat Penguasaan = ________________________ X 100%
Jumlah Soal
PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG © 2017
25
Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, maka Anda dianggap menguasai kegiatan pembelajaran 1. Bagus! Silakan menuju pada kegiatan pembelajaran 2. Jika tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%