• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL 1 : KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU

D. Uraian Materi

Guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

Kebijakan  Pengembangan  Profesi Guru Dasar Hukum UU No. 20 Th.  2003 UU No. 14 Th  2005 Permendiknas  No. 16 Th. 2007 Perkembangan  Profesionalisme Konsep  peningkatan  kompetensi pengembangan  karir guru  berkelanjutan etika profesi  guru Tugas Tenaga  Pendidik UU RI No. 14 Th.  2005 Hak dan  Kewajiban  Tenaga Pendidik UU No. 14 Th.  2005 ayat 1 UU No. 14 Th.  2005 pasal 15 UU No. 14 Th.  2005 pasal 20 Kualifikasi Permendiknas  No. 16 Th. 2007

pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. (UU No. 20 th. 2003: Sisdiknas, Bab XI, ps. 39 ayat 2e). Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU No. 14 th 2005 Tentang Guru & Dosen, Bab I Pasal 1 ayat 1). Agar tugas tersebut dapat ditunaikan dengan baik guru berkewajiban: (a) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; (b) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan (c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. (UU No. 20 th. 2003: Sisdiknas, Bab XI, ps. 40 ayat 2)

Sebagai imbal balik dari tugas dan kewajiban guru yang berat tersebut guru berhak memperoleh: (a) penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadahi; (b) penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja; (c) pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas; (d) perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual; (e) kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas. (UU No. 20 th. 2003: Sisdiknas, Bab XI, ps. 40 ayat 1)

Agar hak dan kewajiban guru dapat dipenuhi secara seimbang, maka pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.Kualifikasi akademik yang dimaksudkan adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan kompetensi sebagai agen pembelajaran adalah kemampuan yang harus dimiliki untuk mengelola pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini yang meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. (UU No. 14 th 2005, UUGD, Bab IV Pasal 8, 9 dan 10; lihat juga PP no. 19 th. 2005: Standar Nasional Pendidikan Bab VI).

Modul ini secara umum berisi tentang konsep dasar profesi yang meliputi pengertian profesionalisme unsur/syarat profesionalisme dan urgensi profesionalisme

dalam kehidupan manusia. Setelah itu diteruskan pada pembahasan tentang guru professional, apa syarat-syarat seseorang guru disebut guru professional. Bagaimana usaha untuk menjadikan seorang guru menjadi professional, kemudian diteruskan dengan pembahasan tentang sikap profesionalitas yang harus dimiliki oleh semua guru, dan diakhiri dengan kajian tentang kode etik profesi guru serta pendidikan karakter. 2. Konsep Peningkatan Kompetensi Guru

Pembicaraan tentang profesionalisme guru tidak bisa lepas dari pentingnya guru yang professional.Menurut Rice dan Bishopirick (1971), guru professional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari. Profesionalisasi guru oleh kedua pasangan penulis tersebut dipandang sebagai suatu proses yang bergerak dari ketidaktahuan (ignorance) menjadi tahu, dari ketidakmatangan (immaturity) menjadi matang, dari diarahkan oleh orang lain (other-directedness) menjadi mengarahkan diri sendiri.

Glickman (1981) menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara professional bilamana orang tersebut memiliki kemampuan (ability) dan motivasi (motivation). Maksudnya, seseorang akan bekerja secara profesional bilamana memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungsuhan hati untuk mengerjakan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya. Seorang guru dapat dikatakan profesional bilamana memiliki kemampuan tinggi (high level of abstract) dan motivasi kerja tinggi (high level of commitment).

a. Pengertian Profesi.

Secara etimologi profesi dari kata profession yang berarti pekerjaan. Professional artinya orang yang ahli atau tenaga ahli. Professionalism artinya sifat professional. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah profesionalisasi ditemukan sebagai berikut: Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu. Profesional adalah (1) bersangkutan dengan profesi, (2) memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya dan (3) mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya. Profesionalisasi adalah proses membuat suatu badan organisasi agar menjadi profesional.

Profesionalitas adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka

miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Dengan demikian, profesionalitas guru adalah suatu “keadaan” derajat keprofesian seorang guru dalam sikap, pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pendidikan dan pembelajaran agama Islam. Dalam hal ini, guru diharapkan memiliki profesionalitas keguruan yang memadai sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara efektif.

Secara istilah profesi biasa diartikan sebagai suatu bidang pekerjaan yang didasarkan pada keahlian tertentu. Hanya saja tidak semua orang yang mempunyai kapasitas dan keahlian tertentu sebagai buah pendidikan yang ditenpuhnya menempuh kehidupannya dengan keahlian tersebut, maka ada yang mensyaratkan adanya suatu sikap bahwa pemilik keahlian tersebut akan mengabdikan dirinya pada jabatan tersebut.

Ahmad Tafsir memberikan pengertian profesionalisme sebagai paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang professional. Sudarwan Danim merujuk pendapat Howard M. Vollmer dan Donald L. Mills berpendapat bahwa profesi adalah suatu pekerjaan yang menuntut kemampuan intelektual khusus yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk menguasai ketrampilan atau keahlian dalam melayani atau memberikan advis pada orang lain dengan memperoleh upah atau gaji dalam jumlah tertentu.

Profesional menurut rumusan Undang-Undang nomor 14 Tahun 2005 Bab I Pasal 1 ayat 4 digambarkan sebagai pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang memenuhi standar mutu dan norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Dari berbagai pengertian di atas tersirat bahwa dalam profesi digunakan teknik dan prosedur intelektual yang harus dipelajari secara sengaja, sehingga dapat diterapkan untuk kemaslahatan orang lain. Dalam kaitan ini seorang pekerja profesional dapat dibedakan dari seorang pekerja amatir walaupun sama-sama menguasai sejumlah teknik dan prosedur kerja tertentu, seorang pekerja profesional memiliki filosofi untuk menyikapi dan melaksanakan pekerjaannya.

b. Syarat-syarat Profesi.

Menurut Syafrudin Nurdin kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu pekerjaan agar dapat disebut sebagai profesi, adalah :

1) Panggilan hidup yang sepenuh waktu 2) Pengetahuan dan kecakapan atau keahlian 3) Kebakuan yang universal

4) Pengabdian

5) Kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif 6) Otonomi

7) Kode etik 8) Klien

9) Berperilaku pamong

10)Bertanggung jawab, dan lain sebagainya.

Sementara Ahmad Tafsir mengemukakan bahwa kriteria/syarat untuk sebuah pekerjaan yang bisa disebut profesi, adalah:

1) Profesi harus memiliki suatu keahlian yang khusus. 2) Profesi harus diambil sebagai pemenuhan panggilan hidup. 3) Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal. 4) Profesi adalah diperuntukkan bagi masyarakat.

5) Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan diagnostic dan kompetensi aplikatif. 6) Pemegang profesi memegang otonomi dalam melakukan profesinya.

7) Profesi memiliki kode etik. 8) Profesi miliki klien yang jelas. 9) Profesi memiliki organisasi profesi.

10) Profesi mengenali hubungan profesinya dengan bidang-bidang lain.

Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS Pasal 39 (ayat 2) jabatan guru dinyatakan sebagai jabatan professional. Teks lengkapnya sebagai berikut:

“Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi”.

Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 7 ayat 1, prinsip profesional guru mencakup karakteristik sebagai berikut :

1) Memiliki bakat, minat, panggilan, dan idealisme.

2) Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.

3) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. 4) Memiliki ikatan kesejawatan dan kode etik profesi.

5) Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.

6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. 7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesi berkelanjutan.

8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan keprofesionalan. 9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang

berkaitan dengan keprofesian.

c. Urgensi Profesionalisme dalam Pendidikan

Pada dasarnya profesionalisme dan sikap professional itu merupakan motivasi intrinsik yang ada pada diri seseorang sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya menjadi tenaga profesional. Motivasi intrinsik tersebut akan berdampak pada munculnya etos kerja yang unggul (exellence) yang ditunjukkan dalam lima bentuk kerja sebagai berikut:

1)Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal.Berdasarkan kriteria ini, jelas bahwa guru yang memiliki profesional tinggi akan selalu berusaha mewujudkan dirinya sesuai dengan standar ideal akan mengidentifikasikan dirinya kepada figur yang dipandang memiliki standar ideal. 2) Meningkatkan dan memelihara citra profesi.Profesionalisme yang tinggi

ditunjukkan oleh besarnya keinginan untuk selalu meningkatkan dan memelihara citra profesi melalui perwujudan perilaku profesional. Perwujudan dilakukan melalui berbagai cara, penampilan, cara bicara, penggunaan bahasa, postur, sikap hidup sehari-hari, hubungan antar pribadi, dan sebagainya.

3) Memanfaatkan setiap kesempatan pengembangan profesional.Berdasarkan kriteria ini, para guru diharapkan selalu berusaha mencari dan memanfaatkan kesempatan yang dapat mengembangkan profesinya. Berbagai kesempatan yang dapat dimanfaatkan antara lain: (a) mengikuti kegiatan ilmiah seperti lokakarya, seminar, dan sebagainya, (b) mengikuti penataran atau pendidikan lanjutan, (c) melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat, (d) menelaah kepustakaan, membuat karya ilmiah, serta, serta (e) memasuki organisasi profesi.

4) Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi.Hal ini mengandung makna bahwa profesionalisme yang tinggi ditunjukkan dengan adanya upaya untuk selalu

mencapai kualitas dan cita-cita sesuai dengan program yang telah ditetapkan. Guru yang memiliki profesionalisme tinggi akan selalu aktif dalam seluruh kegiatan dan perilakunya untuk menghasilkan kualitas yang ideal. Secara kritis, ia akan selalu mencari dan secara aktif selalu memperbaiki din untuk memperoleh hal-hal yang lebih baik dalam melaksanakan tugasnya.

5) Memiliki kebanggaan terhadap profesinya.Profesionalisme ditandai dengan kualitas derajat kebanggaan akan profesi yang dipegangnya. Dalam kaitan ini, diharapkan agar para guru memiliki rasa bangga dan percaya diri akan profesinya. Rasa bangga ini ditunjukkan dengan penghargaan akan pengalamannya di masa lalu, berdedikasi tinggi terhadap tugas-tugasnya sekarang, dan meyakini akan potensi dirinya bagi perkembangan di masa depan.

UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menempatkan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sangat urgen karena berfungsi untuk meningkatkan martabat guru sendiri dan meningkatkan mutu pendidikan nasional. Ini tertera pada pasal 4: “Kedudukan guru sebagai tenaga professional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional”.

Selanjutnya Pasal 6 menyatakan tujuan menempatkan guru sebagai tenaga professional yaitu:

“Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakansistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaituberkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwakepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.”

Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga professional pada jenjang pendididkan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibuktikan dengan sertifikat pendidik (Bab II, Pasal 2).

Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab (Bab II, Pasal 6)

d. Pengertian Profesionalitas Guru PAUD/TK/RA

Profesionalitas guru PAUD/TK/RA adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para guru PAUD/TK/RA terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Dengan demikian, sebutan profesionalitas guru PAUD/TK/RA lebih menggambarkan suatu “keadaan” derajat keprofesian setiap guru PAUD/TK/RA untuk bangkit menggapai sikap, pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya dalam pembelajaran di PAUD/TK/RA. Dalam hal ini, guru PAUD/TK/RA diharapkan memiliki profesionalitas keguruan yang memadai sehingga mampu melaksanakan tugasnya secara efektif.

Para guru PAUD/TK/RA secara bertahap diharapkan akan mencapai suatu derajat kriteria profesional sesuai dengan standar yang telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, PP 74 Tahun 2008 dan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, yaitu berpendidikan akademik S-1 atau D-IV dan telah lulus uji kompetensi melalui proses sertifikasi. Setelah dinyatakan layak akan mendapatkan sertifikat pendidik sebagai bukti pengakuan profesionalitas guru PAUD/TK/RA tersebut. Pada dasarnya, profesionalisasi guru PAUD/TK/RA merupakan suatu proses berkesinambungan melalui berbagai program pendidikan, baik pendidikan prajabatan (preservice training) maupun pendidikan dalam jabatan (in-service training) agar para guru PAUD/TK/RA benar-benar memiliki profesionalitas yang standar.

Berdasar UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, juga Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008, standar kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Kompetensi Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PP 74/2008 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Empat kompetensi guru tersebut bersifat holistik, artinya merupakan satu kesatuan utuh yang saling terkait dan terintegrasi dalam kinerja guru.

Kompetensi pedagogik untuk guru PAUD/TK/RA sebagaimana dimaksud pada Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 meliputi:

1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual,

1.1.Memahami karakteristik peserta didik usia TK/PAUD yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, emosional, moral dan latar belakang social-bidaya.

1.2.Mengidentifikasi potensi peserta didik usia /TKPAUD dalam berbagai bidang pengembangan.

1.3.Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik usia /TKPAUD dalam berbagai bidang pengembangan.

1.4.Mengidentifikasi berbagai kesulitan peserta didik usia TK/PAUD dalam berbagai bidang pengembangan.

2. Menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

2.1.Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip bermain sambil belajar yang mendidik yang terkait dengan berbagai bidang pengembangan di TK/PAUD.

2.2.Menerapkan berbagai pendekatan, strategi,metode, dan teknik bermain sambil belajar yang bersifat holistic, otentik, dan bermakna, yang terkait dengan berbagai bidang pengembangan di TK/PAUD.

3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu.

3.1.Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum 3.2.Menentukan tujuan kegiatan pengembangan yang mendidik.

3.3.Menentukan kegiatan bermain sambil belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pengembangan,

3.4.Memilih materi kegiatan pengembangan yang mendidik yaitu kegiatan bermain sambil belajar sesuai dengan tujuan pengembangan.

3.5.Menyusun perencanaan semester, mingguan, dan harian dalam berbagai kegiatan pengembangan di TK/PAUD.

3.6.Mengembangkan indicator dan instrument penilaian. 4. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.

4.1. Memahami prinsip-prinsip perancangan kegiatan pengembangan yang mendidik dan menyenangkan.

4.2. Mengembangkan komponen-komponen rancangan kegiatan pengembangan yang mendidik dan menyenangkan.

4.3. Menyususn rancangan kegiatan pengembangan yang mendidik yang lengkan, baik untuk kegiatan di dalam kelas maupun di luar kelas.

4.4. Menerapkan kegiatan bermain yang bersifat holistic, otentik dan bermakna. 4.5. Menciptakan suasana bermain yang menyenangkan, inklusif, dan demokratis. 4.6. Memanfatkan media dan sumber belajar yang sesuai dengan pendekatan

bermain sambil belajar.

4.7. Menerapkan tahapan bermain anak dalam kegiatan pengembangan di TK/PAUD.

4.8. Mengambil keputusan transaksional dalam kegiatan pengembanagan di TK/PAUD sesuai dengan situasi yang berkembang.

5.Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.

Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kualitas kegiatan pengembangan yang mendidik.

6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

Menyediakan berbagai kegiatan bermain sambil belajar yang mendorong peserta didik mengembangkan potensinya secara optimal termasuk kreatifitasnya.

7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

7.1.Memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik dan santun, baik secara lisan maupun tulisan.

7.2.Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi pembelajaran yang terbangun secara siklikal dari ( a ), penyiapan kondisi psikologis peserta didik ( b ) memberikan pertanyan atau tugas sebagai undangan kepada peserta didik untuk merespon ( c ) respon peserta didik, ( d ) reaksi guru terhadap respon peserta didik, dan seterusnya.

8.1. Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik lima mata pelajaran SD/MI.

8.2. Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik lima mata pelajaran SD/MI.

8.3. Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 8.4. Mengembangkan instrument penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 8.5. Mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara

berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrument.

8.6. Menganalisios hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan. 8.7. Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.

9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.

9.1. Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar.

9.2. Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan.

9.3. Mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku kepentingan.

9.4. Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

10. Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. 10.1.Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.

10.2.Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan lima mata pelajaran SD/MI

10.3.Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran lima mata pelajaran SD/MI

Kompetensi kepribadian sebagaimana dimaksud pada Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 meliputi :

11.Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia;

11.1. Menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal dan gender.

11.2. Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hokum dan norma social yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.

12.Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat;

12.1. Berperilaku jujur, tegas dan manusiawi.

12.2. Berperilaku yang mencerminkan ketaqwaan dan akhlak mulia.

12.3. Berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.

13.Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa;

13.1. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantab dan stabil.

13.2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa. 14.Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru,

dan rasa percaya diri.

14.1. Menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi 14.2. Bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri 14.3. Bekerja mandiri secara professional.

15.Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. 15.1. Memahami kode etik profesi guru 15.2. Menerapkan kode etik profesi guru 15.3. Berperilaku sesuai dengan kode etik guru.

Kompetensi Sosial sebagaimana dimaksud pada Permendiknas Nomor 16 tahun 2007, meliputi :

16.Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.

16.1. Bersikap inklusif dan obyektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan pembelajaran.

16.2. Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, orang tua peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status social-ekonomi.

17.Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.

17.1. Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya secara santun, empatik dan efektif.

17.2. Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat secara santun, empatik dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta didik.

17.3. Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik.

18.Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman social budaya.

18.1. Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan efektifitas sebagai pendidik, termasuk memahami bahasa daerah setempat

18.2. Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan.

19.Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

19.1. Berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi lain, dan komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.

19.2. Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran kepada komunitas profesi sendiri secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

Kompetensi Profesional sebagaimana dimaksud pada Permendiknas nomor 16 tahun 2007, meliputi :

20.Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

20.1. Menguasai konsep dasar matematika, sains, bahasa, pengetahuan social, agama, seni, pendidikan jasmani, kesehatan dan gizi sebagai sarana pengembangan untuk setiap bidang pengembangan anak TK/PAUD.

20.2. Menguasai penggunaan berbagai alat permainan untuk mengembangklan aspek fisik, kognitif, social-emosional, nilai moral, social budaya, dan bahasa anak TK/PAUD.

20.3. Menguasai berbagai permainan anak.

21.Menguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang

Dokumen terkait