• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. 2. 1. Komunikasi Massa

Media massa secara sederhana adalah kegiatan komunikasi yang menggunakan media (communicating with media). Joseph A. Devito merumuskan defenisi komunikasi massa pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa serta tentang media yang digunakannya. Komunikasi massa ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Hal ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton, tetapi ini berarti khalayak itu besar dan pada umumnya sukar untuk didefenisikan (Ardianto & Komala, 2004: 6)

Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi yang lain, yaitu Gerbner. Gerbner mengatakan bahwa :

”Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies.” (Komunikasi massa merupakan produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang berkelanjutan secara luas yang dimiliki oleh masyarakat industri) (Ardianto & Komala, 2005: 3- 4).

Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa menghasilkan suatu produk yang disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap. Proses tersebut dilakukan oleh lembaga dan dengan menggunakan teknologi tertentu. Joseph. A. Devito, dalam bukunya Communicology: An Introduction to The Study of Communication, mengemukakan definisi komunikasi massa dengan lebih tegas, yaitu:

Pertama, komunikasi massa merupakan komunikasi yang ditujukan bagi massa (khalayak yang tidak terhitung jumlahnya). Namun bukan berarti massa meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca ataupun menonton televisi. Pada umumnya massa memiliki pengertian yang luas dan lebih sukar untuk didefinisikan.

Kedua, komunikasi massa merupakan komunikasi yang disalurkan lewat pemancar-pemancar audio atau visual. Komunikasi massa akan lebih mudah didefinisikan berdasarkan bentuknya, seperti: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita (Effendy, 2006: 21).

Komunikasi massa merupakan salah satu bentuk komunikasi yang ditujukan kepada khalayak yang luas, tersebar, heterogen, dan anonim melalui

media massa (cetak atau elektronik), sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Ardianto & Komala, 2004: 7). Dari pengertian tersebut, maka sejumlah karakteristik komunikasi massa, antara lain:

a. Komunikatornya terlembagakan, di mana komunikasi massa melibatkan lembaga dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks.

b.Pesannya bersifat umum, maksudnya: komunikasi massa bersifat terbuka yang ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu, sehingga menghasilkan pesan yang bersifat umum, berupa fakta, peristiwa atau opini.

c. Komunikannya anonim dan heterogen, di mana dalam komunikasi massa komunikator tidak mengenal komunikannya (anonim). Pesan disampaikan melalui media massa dan tidak tatap muka. Komunikasinya bersifat heterogen, yang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat berbeda dan dapat dikelompokkan berdasarkan faktor: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.

d. Menimbulkan keserempakan. Dalam hal ini, komunikasi massa memiliki kelebihan dalam hal jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang relatif banyak dan tidak terbatas. Keserempakan media massa yakni keserempakan kontak antara komunikator dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh, dan penduduk tersebut berada dalam keadaan terpisah antara satu dengan yang lainnya.

e. Komunikasinya mengutamakan isi dibandingkan hubungan. Pesan yang disampaikan sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan berdasarkan karakteristik media massa yang akan digunakan.

f. Bersifat satu arah. Komunikasi massa dilakukan tanpa kontak langsung antara komunikator dengan komunikan. Komunikasi terjadi melalui media massa, di mana komunikator aktif menyampaikan pesan dan komunikan aktif menerima pesan. Namun keduanya tidak dapat melakukan feed back dalam proses komunikasinya, sehingga dikatakan bersifat satu arah.

g. Stimulasi alat indera ’terbatas’. Penyampaian pesan dalam komunikasi massa bersifat terbatas sesuai dengan media massa yang digunakan komunikan, seperti media cetak, radio, televisi atau bahkan film yang masing-masing

memiliki stimulasi indera manusia yang sifatnyaterbatas.

h. Umpan baliknya tertunda. Penyampaian pesan dalam komunikasi massa yang dilakukan melalui media massa tidak mampu menjalankan fungsi umpan balik, karena sifatnya yang satu arah. Selanjutnya, para pakar mengemukakan sejumlah fungsi komunikasi massa, kendati dalam sejumlah fungsi tersebut terdapat persamaan dan perbedaan (Ardianto & Komala, 2004: 7).

Dari beberapa karakteristik di atas, terlihat bahwa komunikasi massa pada dasarnya belum dapat berlangsung secara efektif. Misalnya, pada proses penyampaian pesan yang dilakukan melalui beberapa tahapan dengan kemungkinan gangguan, seperti alam atau gangguan mekanik. Selain itu, pada proses umpan balik yang kemungkinan berjalan secara lambat serta interaksi antara komunikator dan komunikan yang dibatasi. Namun di lain sisi komunikasi massa memliki keunggulan, yaitu sifatnya yang umum dan terbuka. Seluruh kalangan masyarakat dapat menerima informasi yang sama dari daerah yang berbeda sekalipun.

Menurut Karlinah, dkk, fungsi komunikasi secara umum yaitu: a. Fungsi Informasi

Media massa merupakan penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi disajikan bagi khalayak sesuai dengan kebutuhannya, di mana informasi tersebut mencakup segala sesuatu yang terjadi disekitarnya.

b. Fungsi pendidikan

Media massa mampu menyajikan hal-hal yang bersifat mendidik lewat nilai norma, etika serta aturan-aturan yang berlaku dalam kehidupan khalayak. c. Fungsi mempengaruhi

Media massa mampu mempengaruhi khalayak sesuai dengan apa yang diinginkan media. Secara implisit terdapat dalam tajuk/editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya.

d. Fungsi proses pengembangan mental

Media massa mampu menambah wawasan serta mengembangkan intelektualitas khalayak. Berbagai pemberitaan mengenai peristiwa yang disampaikan media juga akan semakin menambah pengalaman dan

ketergantungan khalayak dalam pengembangan mentalnya. e. Fungsi Adaptasi Lingkungan

Proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan memerlukan penyesuaian agar tetap tercipta tujuan komunikasi berupa kesamaan makna diantara pelakukomunikasi.

f. Fungsi Memanipulasi Lingkungan, komunikasi massa merupakan alat kontrol utama dan pengaturan lingkungan (Ardianto & Komala, 2004: 19).

Adapun fungsi komunikasi massa secara khusus menurut DeVito, yakni untuk meyakinkan khalayak, menganugerahkan status sehingga prestise meningkat, membius, menciptakan rasa kebersatuan, privatisasi (kecenderungan penarikan diri) serta hubungan parasosial (Ardianto & Komala, 2004: 23).

II. 2. 2. Film sebagai Komunikasi Massa II. 2. 2.1. Pengertian film

Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video laser setiap minggunya (Ardianto & Komala, 2004: 134).

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1994 Pasal 1 ayat 2 tentang Definisi Film. Film merupakan karya ciptaseni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan azas sinematografi.

Film direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara yang ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, atau lainnya. Film sebagai salah satu media komunikasi massa memuat potret dari masyarakat di mana film itu dibuat. Film merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, yang kemudian diproyeksikan ke atas layar (Sobur, 2003: 127).

Film juga sebagai salah satu bentuk komunikasi massa yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari cerita yang ditayangkan. Unsur intrinsik dan ekstrinsik dari filmlah yang mampu menarik perhatian khalayak untuk menonton film tersebut.

Seperti halnya televisi siaran, tujuan khalayak menonton film terutama

adalah untuk memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat pula terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Hal ini pun sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1979, bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda

dalam rangka nation and characterbuilding(Ardianto & Komala, 2004: 136). Berbagai fungsi termasuk fungsi edukatif dapat tercipta apabila film

nasional memproduksi film-film sejarah yang objektif, atau film dokumenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari-hari secara berimbang. Berdasarkan pengertian dan fungsi dari film, maka sejumlah faktor yang dapat menunjukkan karakteristik film, yaitu:

a. Layar yang luas atau lebar

Layar semacam ini memberikan keleluasaan bagi penonton untuk melihat adegan-adegan dalam film. Bahkan dengan kemajuan teknologi, saat ini film disajikan dalam bentuk tiga dimensi, sehingga penonton seolah-olah melihat kejadian nyata (real) dan menimbulkan kesan yang tidak berjarak.

b. Pengambilan gambar

Shot dalam film bioskop memungkinkan pengambilan jarak jauh atau extreme long shot dan paranomic shot, yakni pengambilan pemandangan menyeluruh. Sehingga terkesan artistik dalam suasana yang sesungguhnya dan menjadikan film semakin menarik.

c. Konsentrasi penuh

Penciptaan suasana mulai dari ditutupnya pintu-pintu hingga lampu yang dimatikan menimbulkan kesan bahwa penonton terbebas dari hiruk pikuk suara di luar (biasanya kedap suara) dan pada akhirnya penonton dapat berkonsentrasi penuh saat menonton film.

d. Identifikasi Psikologis

Suasana di bioskop membuat pikiran dan perasaan khalayak larut dalam cerita yang disajikan. Dengan penghayatan yang amat mendalam, secara tidak sadar seseorang mengidentifikasikan diri sebagai salah satu pemeran dalam film tersebut (Ardianto & Komala, 2004: 136).

saat ini. Dalam arti banyak kemudahan yang diberikan oleh teknologi digital saat ini, yang dapat mengembangkan pengetahuan manusia mengenai film. Namun hal tersebut kembali kepada tiap- tiap individu, penayangan film yang dibuat semenarik mungkin setidaknya dapat menambah ketertarikan juga pada penontonnya untuk dapat benar-benar menikmati film. Pada dasarnya tujuan seseorang ke bioskop bukan untuk menoton gambar, karena sebenarnya yang akan dibawa pulang adalah penggalan cerita dari film tersebut, bagus atau tidaknya serta kesinambungan dari cerita di dalamnya.

II. 2. 2. 2. Jenis- jenis Film

Sebagai seorang komunikator, penting untuk mengetahui jenis-jenis film agar dapat memanfaatkan film tersebut sesuai dengan karateristiknya (Ardianto & Komala, 2004: 136). Adapun pengelompokkan film, antara lain:

a. Film Cerita, merupakan jenis film yang biasanya ditayangkan di gedung-gedung bioskop lewat kemampuan akting para bintang di dalamnya guna menarik perhatian khalayak. Film ini mengandung unsur- unsur yang dapat menyentuh rasa manusia. Kisah- kisah di dalamnya dikutip melalui kitab injil, kisah sejarah, hingga kisah nyata dari kehidupan sehari-hari yang kemudian diolah menjadi sebuah film (Effendy, 2003: 212).

b. Film Berita, merupakan film yang berisikan fakta, di mana peristiwa yang ada di dalamnya benar-benar terjadi (nyata). Dalam film sejenis ini terdapat nilai berita yang penting dan menarik bagi khalayak(Effendy, 2003: 212).

c. Film Dokumenter, merupakan karya yang berisikan kehidupan nyata. Film ini biasanya dibuat tanpa adanya editan. Kalau pun ada, editan digunakan semata- mata hanya untuk menjadikan tampilan gambar menjadi lebih menarik (Effendy, 2003: 215).

d. Film Kartun, merupakan film animasi yang segmentasi utamanya adalah anak-anak. Namun tidak sedikit kalangan yang bukan anak- anakpun menyukainya karena terdapat sisi kelucuan yang kerap hadir dalam setiap tayangannya. Film kartun merupakan film yang muncul lewat gagasan para seniman pelukis. Seiring ditemukannya sinematografi, timbul pulalah gagasan para pelukis tersebut untuk menghidupkan gambar- gambar yang mereka lukis. Lukisan- lukisan hidup yang diproyeksikan ke layar tersebut menimbulkan ketertarikan

tersendiri bagi khalayak untuk menyaksikannya (Effendy, 2003: 216)

II. 2. 2. 3. Klasifikasi film

Berdasarkan genre (jenis/ ragam), Film diawali dari genre drama pada abad XVIII. Klasifikasi tersebut muncul atas berbagai jenis streotip dan tanggapan manusia terhadap hidup dan kehidupan.

Seiring perkembangan zaman, genre film pun mengalami perubaha, tanpa menghilangkan keaslian dari awal pembentukannya. Pengklasifikasian tersebut, antara lain:

1. Film Drama

Film drama adalah film yang sebagian besarnya bercerita mengenai kehidupan. Film ini bertujuan untuk membawa penonton pada alur ceritanya sehingga penonton mampu merasakan apa yang dirasakan tokoh dalam cerita. Contoh: Hachiko

2. Film Animasi (Animation)

Film animasi merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Untuk memberikan suara pada film ini menggunakan pengisi suara yang seolah- olah menjadi tokoh utama dan ikut dalam cerita. Contoh: Wall – E

3. Film horor (Horror)

Film horor merupakan film yang berusaha memancing emosi berupa ketakutan dan rasa ngeri pada penontonnya. Alur cerita yang disajikan biasanya melibatkan tema – tema seperti kematian, supranatural, atau penyakit mental. Contoh: The Ring

4. Film fiksi ilmiah (Science Fiction)

Film fiksi ilmiah adalah film imajinasi yang didasari oleh alasan dan penjelasan ilmiah. Jenis film ini agak sukar dipahami karena lebih banyak berisi penjelasan ilmiah. Contoh: Avatar

Film musikal merupakan film yang pada alur ceritanya disertai lagu maupun tarian dari tokoh – tokohnya. Musik yang ditampilkan sesuai dengan alur ceritanya. Contoh: High School Musical

6. Film petualangan (Adventure)

Film petualangan merupakan film yang menyajikan pengalaman yang menegangkan di dalamnya. Jenis film ini memiliki kemiripan dengan film aksi. Berbeda dengan film aksi yang didominasi oleh unsur kekerasan, film ini lebih menampilkan petualangan melalui perjalanan maupun perjuangan. Contoh: Jurassic Park

7. Film aksi/ laga (Action)

Film aksi ini bertujuan menciptakan ketegangan pada penontonnya, seperti pada jenis film petualangan. Pada dasarnya film ini lebih menekankan pada aksi kekerasan fisik, tembak menembak, maupun kejar – kejaran mobil. Terkadang jenis film ini terkait dengan unsur spionase. Contoh: Spiderman 8. Film komedi (Comedy)

Film komedi ditujukan untuk menghibur penontonnya dengan aksi komedi yang mampu mengundang tawa. Film komedi banyak digemari penonton karena ceritanya yang ringan dan mudah dimengerti. Contoh: Mr Beans Holiday

9. Film fantasi (Fantasy)

Film fantasi merupakan film yang umumnya menggunakan sihir dan kekuatan supranatural dalam ceritanya. Film jenis ini tidak didasari pemikiran ilmiah sehingga ceritanya murni tercipta dari imajinasi sang pembuatnya. Contoh: Harry Potter (Pratista, 2008: 1).

II. 2. 2. 4.Unsur-Unsur dalam Film

Film merupakan hasil karya bersama atau hasil kerja kolektif. Dengan kata lain, proses pembuatan film pasti melibatkan kerja sejumlah unsur atau profesi. Unsur-unsur yang dominan di dalam proses pembuatan film antaralain: produser, sutradara, penulis skenario, penata kamera (kameramen), penata artistik, penata musik, editor, pengisi dan penata suara, aktor-aktris (bintang film).

1. Produser (Producer)

Unsur paling utama (tertinggi) dalam suatu tim kerja produksi atau pembuatan film adalah produser. Produser menyandang atau mempersiapkan dana yang dipergunakan untuk pembiayaan produksi film. Produser merupakan pihak yang bertanggungjawab terhadap berbagai hal yang diperlukan dalam proses pembuatan film. Selain dana, ide atau gagasan, produser juga harus menyediakan naskah yang akan difilmkan, serta sejumlah hal lainnya yang diperlukan dalam kaitan proses produksi film (Beaver, 1994: 282).

2. Sutradara (Director)

Sutradara merupakan pihak atau orang yang paling bertanggungjawab terhadap proses pembuatan film di luar hal-hal yang berkaitan dengan dana dan properti lainnya. Karena itu biasanya sutradara menempati posisi sebagai “orang penting kedua” di dalam suatu tim kerja produksi film. Di dalam proses pembuatan film, sutradara bertugas mengarahkan seluruh alur dan proses pemindahan suatu cerita atau informasi dari naskah skenario ke dalam aktivitas produksi (Beaver, 1994: 112).

3. Penulis Skenario (screen writer)

Skenario film adalah naskah cerita film yang ditulis dengan berpegang pada standar atau aturan-aturan tertentu. Skenario atau naskah cerita film itu ditulis dengan tekanan yang lebih mengutamakan visualisasi dari sebuah situasi atau peristiwa melalui adegan demi adegan yang jelas pengungkapannya. Jadi, penulis skenario film adalah seseorang yang menulis naskah cerita yang akan difilmkan. Naskah skenario yang ditulis penulis skenario itulah yang kemudian digarap atau diwujudkan sutradara menjadi sebuah karya film (Karsito, 2008:67).

4. Penata Kamera (Camera operators)

Penata kamera atau popular juga dengan sebutan kameramen adalah seseorang yang bertanggungjawab dalam proses perekaman (pengambilan) gambar di dalam kerja pembuatan film. Karena itu, seorang penata kamera atau kameramen dituntut untuk mampu menghadirkan cerita yang menarik, mempesona dan menyentuh emosi penonton melalui gambar demi gambar yang direkamnya di dalam kamera. Di dalam tim kerja produksi film, penata kemera memimpin departemen kamera (Beaver, 1994: 66).

5. Penata Artistik (Art Director)

Penata artistik (art director) adalah seseorang yang bertugas untuk menampilkan cita rasa artistik pada sebuah film yang diproduksi. Sebelum suatu cerita divisualisasikan ke dalam film, penata artistik setelah terlebih dulu mendapat penjelasan dari sutradara untuk membuat gambaran kasar adegan demi adegan di dalam sketsa, baik secara hitam putih maupun berwarna. Tugas seorang penata artistik di antaranya menyediakan sejumlah sarana seperti lingkungan kejadian, tata rias, tata pakaian, perlengkapan-perlengkapan yang akan digunakan para pelaku (pemeran) film dan lainnya (Beaver, 1994: 28). 6. Penata Musik

Penata musik adalah seseorang yang bertugas atau bertanggungjawab sepenuhnya terhadap pengisian suara musik tersebut. Seorang penata musik dituntut tidak hanya sekadar menguasai musik, tetapi juga harus memiliki kemampuan atau kepekaan dalam mencerna cerita atau pesan yang disampaikan oleh film (Karsito, 2008: 67).

7. Editor

Baik atau tidaknya sebuah film yang diproduksi akhirnya akan ditentukan pula oleh seorang editor yang bertugas mengedit gambar demi gambar dalam film tersebut. Jadi, editor adalah seseorang yang bertugas atau bertanggungjawab dalam proses pengeditan gambar (Beaver, 1994: 132).

8. Pengisi dan Penata Suara

Pengisi suara adalah seseorang yang bertugas mengisi suara pemeran atau pemain film. Jadi, tidak semua pemeran film menggunakan suaranya sendiri dalam berdialog di film. Penata suara adalah seseorang atau pihak yang bertanggungjawab dalam menentukan baik atau tidaknya hasil suara yang terekam dalam sebuah film. Di dalam tim kerja produksi film, penata suara bertanggungjawab memimpin departemen suara (Karsito, 2008: 70).

9. Bintang Film (Pemeran)

Bintang film atau pemeran film dan biasa juga disebut aktor dan aktris adalah mereka yang memerankan atau membintangi sebuah film yang diproduksi dengan memerankan tokoh-tokoh yang ada di dalam cerita film tersebut sesuai skenario yang ada. Keberhasilan sebuah film tidak bisa lepas dari keberhasilan para aktor dan aktris dalam memerankan tokoh-tokoh yang diperankan sesuai

dengan tuntutan skenario (cerita film), terutama dalam menampilkan watak dan karakter tokoh-tokohnya. Pemeran dalam sebuah film terbagi atas dua, yaitu pemeran utama (tokoh utama) dan pemeran pembantu (figuran) (Karsito, 2008: 63).

Beberapa unsur dalam film di atas menunjukkan bahwa setiap unsur (pihak) memiliki peran penting atas keberhasilan sebuah film. Antara unsur yang satu dan unsur yang lainnya memiliki keterkaitan, dalam arti dengan berkurangnya salah satu unsur tersebut, tentu akan mempengaruhi baik-buruknya kualitas pembuatan sebuah film.

II. 2. 2. 5.Struktur dalam Film

Struktur dalam film terdiri atas unsur intrinsik film, dimana dalam unsur intrinsik tersebut terdapat unsur naratif dan sinematik.Sedangkan unsur ekstrinsik terdiri dari teori-teori di luar bentuk fisik film.

Unsur film yang akan dibahas dalam penelitian ini berfokus pada unsur intrinsik, dimana unsur tersebut meliputi, unsur naratif dan unsur sinematik. Namun yang menjadi fokus dalam stuktur film ini adalah unsur naratif, yang meliputi: plot, tokoh, dan latar.

Unsur naratif merupakan aspek penting dalam pengkajian sebuah film. Unsur naratif merupakan rangkaian peristiwa yang berhubungan satu sama lain dan terikat oleh logika sebab-akibat yang terjadi dalam ruang dan waktu. Naratif muncul akibat aksi dari pelaku cerita. Segala aksi dan tindakan para pelaku akan memotivasi terjadinya peristiwa berikutnya terus menerus.

1. Plot

Plot merupakan alur cerita yang mengatur bagaimana suatu peristiwa mempunyai hubungan dengan periwistiwa lain, dan bagaimana tokoh di gambarkan berperan dalam peristiwa tersebut. Oleh karena itu, plot menjadi kerangka dasar yang amat penting. Plot mengatur bagaimana suatu peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa lain, serta bagaimana tokoh digambarkan dan berperan dalam peristiwa itu. Plot dapat disederhanakan menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Beginning (awal cerita) 2. Middle (tengah cerita)

3. End Se  1. Tahap a 2. Tahap t 3. Tahap a  Tahapa 1. Tahap membe dilakon 2. Tahap peristiw 3. Tahap dimunc kadar in 4. Tahap mulai m 5. Tahap c terjadi, titik int 6. Tahap diberi 47). Da Tahapa Ri (akhir cerit cara teoritis awal ( perke tengah ( per akhir atau (p an plot ( tah Expostition erikan penj ni, tempat d Inciting in wa-peristiwa rising ac culkan pada ntensitasny Crisis: Ber menunjukka climax: taha yang dilak tensitas pun Resolutions penyelesaia ari tahapan t an Plot: Awa ising action  a) s, struktur p enalan) rtikaian, me peleraian: p apan rinci) n: Bagian jelasan dan an waktu ncident: tah a yang men ction: taha a tahap sebe a. rkembangny an aksi2nya ap klimaks, kui dan atau ncak. s: tahap pen an, ketegan tersebut dap al Te May plot dapat di enampilkan peleraian ter awal (pen n keterang hap pemunc nyulut terjad ap peningk elumnya sem ya konflik a terhadap p konflik dan u ditimpalk nyelesaian, ngan dikend pat digamba engah

yor plot poin

ikemukakan pertentanga rtutup dan p ngenalan) d gan mengen culan konfl dinya konfli katan kon makin berk menuju kli ersoalan ya n atau perte kan kepada konflik yan dorkan (Ha arkan denga Akhir ts n sebagai be an atau konf enyelesaian dalam sebu nai tokoh, flik, masala k mulai dim flik, konfl kembang dan maks. Artin ng dihadapi entangan- pe para tokoh ng telah me artoko & R an skema se Crisis Res Climax erikut: flik) n terbuka) uah cerita, masalah ah- masalah munculkan. flik yang an dikemban nya, antar t i. ertentangan cerita men encapai kli

Dokumen terkait