• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Urgensi Ilmu Dhabt Al- Qur’an Dalam Penulisan Al - Qur’an Dan Pengamalannya

Al-Qur’an merupakan wahyu daripada Allah s.w.t yang sangat hebat berdasarkan kepada keunikan di dalam kronologi pengumpulan dan pembukuan Al-Qur’an. Walaupun Al-Qur’an telah mengalami proses pembaikan dan pemurnian khususnya di Malaysia melalui Lajnah Tashih Al-Qur’an, tetapi jika dilihat kepada kronologi terhadap proses tersebut hanyalah melibatkan penulisan Al-Qur’an dan bukan terhadap makna di dalam ayat. Penulis juga mendapati

tujuan yang berkaitan sejarah penulisan Al-Qur’an masih kurang dilakukan secara terperinci khususnya Dhabt Al-Qur’an (tanda-tanda) yang terdapat di dalam Al-Qur’an walaupun banyak kajian terhadap sejarah pembukuan Al-Qur’an yang telah dilakukan. Penulis membuat sedikit kesimpulan bahwa kaedah ilmu dhabt Al-Qur’an dalam penulisan Al-Qur’an rasm Uthmani amat unik dan ia mempunyai kehebatan yang tersendiri.

Dhabt Al-Qur’an merupakan satu istilah yang tidak asing bagi mereka yang pernah belajar sejarah penulisan Al-Qur’an. Tanpa adanya disiplin ilmu ini, saya merasa sukar untuk kita membaca Al-Qur’an seperti hari ini. Al-Qur’an ketika di zaman sahabat Nabi S.a.w, kondisinya masih sangat sederhana, yaitu tanpa titik, harakat, dan tanda baca lain pada huruf-hurufnya. Keadaan seperti ini di samping menyulitkan sebagian orang dalam membacanya, juga memungkinkan terjadinya multi versi dalam membacanya dan multi tafsir dalam memaknainya. Namun, kondisi seperti itu dari waktu ke waktu mengalami perubahan dan penyempurnaan seiring dengan tuntutan dan kebutuhan hingga keadaannya seperti yang kita lihat sekarang ini.

Jadi ilmu dhabt Al-Qur’an adalah satu disiplin ilmu yang membahaskan mengenai tanda atau simbol yang diciptakan oleh para ulama' untuk membantu di dalam pembacaan Al-Quran. Contohnya tanda baris atas, bawah, dan depan, tanda sabdu, titik-titik pada huruf dan lain-lain lagi. Berdasarkan kepada naskhah-naskhah mashaf yang tersimpan hingga ke hari ini, dapatlah kita lihat tentang bentuk tulisan Al-Qur’an yang ditulis pada zaman Sayyidina Uthman al-‘Affan r.a. serta beberapa zaman lagi selepasnya, di mana bentuk tulisan yang digunakan terlalu sukar untuk difahami, sehinggakan terdapat sesuatu huruf itu seakan-akan menyerupai huruf yang lain. Justru, para ulama’ yang mahir dalam bidang khat telah mula berusaha mengubah bentuk tulisan yang sedia ada kepada bentuk yang lebih mudah, indah dan menarik untuk dibaca.

Selain dari bentuk tulisan Al-Qur’an, para ulama juga telah berusaha untuk menukar beberapa tanda dalam Al-Qur’an seperti tanda al-Fawasil, al-Hizb, al-Sajadat dan sebagainya kepada suatu bentuk yang lebih menarik dan mudah difahami. Pembaharuan ini juga telah mula berlaku pada sekitar penghujung abad

yang ke-3 hijriyyah dan ia dilaksanakan sejajar dengan pembaharuan yang dilakukan terhadap bentuk khat Al-Qur’an itu sendiri.

Sebagaimana yang diketahui bahawa pada peringkat permulaan, baris-baris Al-Qur’an itu adalah berupa titik-titik yang diletakkan pada setiap huruf yang berbaris. Usaha yang telah dilakukan oleh Abu al-Aswad al-Du’ali ini berlaku semasa permulaan pemerintahan Bani Umayyah. Oleh sebab itu, bentuk baris sesuatu huruf itu adalah sama dengan titik-titik yang diletakkan untuk membedakan antara satu huruf dengan huruf yang lain, maka ia boleh menimbulkan kekeliruan kepada pembaca Al-Qur’an karena yang membedakannya hanyalah warna antara keduanya saja. Selain itu juga, ia sangat menyukarkan ketika proses pencetakan Al-Qur’an dilakukan. Maka, para ulama telah bersepakat untuk mempermudahkan dan memperindahkannya dengan menggantikan bentuk baris-baris yang mudah (yang berupa titik-titik ketika itu) kepada satu bentuk lain yang boleh mengelakkan dari keraguan dan lebih jelas serta mudah difahami.

Adapun meletakkkan tanda-tanda yang tertentu seperti tanda-tanda waqaf, hukum-hukum mad, bacaaan raum , isymam, dan tashil adalah tidak wajib, tetapi sangat dianjurkan karena tanda-tanda tersebut boleh membantu seseorang itu membaca Al-Qur’an dengan baik. Tidak salah hukumnya apabila seseorang itu meninggalkannya karena ia tidak berkaitan dengan huruf-huruf Al-Qur’an dan seseorang itu akan mengetahuinya apabila ia mempelajari ilmu tajwid.

Adapun urgensi yang lain boleh kita ambil adalah dengan adanya ilmu dhabt Al-Qur’an dalam penulisan:

1. Kita dapat membaca Al-Qur’an dengan tepat mengikut hukum tajwid. Selain itu, menghilangkan kesamaran atau keraguan pada sesuatu huruf pada cara bacaan pada tanda baris dan tanda hukum bacaan seperti tanda sabdu, mad, dan lain-lain. Tanpa adanya dhabtul Qur’an, kita tidak akan dapat membedakan huruf-huruf seperti ثَ,تَ,ب .

2. Dapat membaca penulisan Al-Qur’an dengan betul dan tepat. Ilmu ini membahaskan tanda atau lambang bagi membunyikan sesuatu huruf atau

bacaan.dari segi betuk huruf, I’rab baris dua, fathah, dhammah, kasrah, tanda sukun, tanda sabdu, tanda panjang.

3. Dapat mengetahui sejarah terjadi permulaan tanda-tanda atau simbol di dalam penulisan ayat Al-Qur’an dengan lebih mendalam. Bermula dengan tanpa titik seterusnya diletakkan titik dan tanda untuk mengelakkan keaslian Al-Qur’an hilang. Disamping memahami usaha dan kepayahan ulama’ terdahulu dalam menambah kebaikan ilmu tanda Al-Qur’an bagi memudahkan masyarakat-masyarakat membaca Al-Qur’an dengan lebih difahami dan senang pada masa akan datang.

4. Dan dapat mencontohi ketabahan ulama’-ulama’ dalam usaha memelihara keaslian serta kesucian Al-Qur’an walaupun terdapat banyak tantangan. Adapun kesan jika tidak mempelajari ilmu dhabt Al-Qur’an adalah berlakunya penyelewengan dalam meletakkan tanda dalam ayat Al-Qur’an. Dan jika penulisan ayat Al-Qur’an itu tidak benar, maka terjadilah kesalahan dalam membaca Al-Qur’an serta boleh merubah makna ayat tersebut. Selain itu, jika tidak mempunyai tanda atau simbol di dalam Al-Qur’an, masyarakat tidak dapat menghayati bacaan Al-Qur’an dengan benar dan sempurna karena terdapat kesamaran tiada tanda harakat atau baris dalam ayat Al-Qur’an. Bahkan, tidak dapat mengetahui bagaimana Al-Qur’an ini kini mudah dibaca dibanding zaman dahulu.

Dapat disimpulkan ilmu dhabtul Qur’an dalam penulisan Al-Qur’an dan pengamalannya telah mendatangkan kesan yang amat besar kepada umat Islam pada hari ini. Kesan tersebut jelas terpampang di dalam Al-Qur’an mushaf Uthmani yang terdapat pada masa sekarang. Mushaf tersebut lengkap dengan tanda baris, titik, tanda waqaf, dan sebagainya. Oleh itu, umat Islam lebih mudah membaca Al-Qur’an walaupun tidak mempelajari atau kurang mahir dalam bahasa Arab. Tanpa ilmu dhabt Qur’an, kita tidak dapat baca Al-Qur’an dengan mudah seperti yang terdapat pada hari ini.