BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
4. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) telah diatur
oleh undang-undang No 20 tahun 2008. Pengertian Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) adalah peluang usaha produktif milik orang
perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha
mikro sebagaimana diatur oleh undang-undang.
Usaha kecil adalah peluang usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri,yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi yang
kriteria usaha kecil sebagaimana yang dimaksud dalam undang-undang.
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam
Kriteria Usaha Mikro yaitu
a) memiliki asset maksimal Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
b) memiliki hasil penjualan tahunan dengan omset maksimal Rp 300
juta/ tahun.
Usaha Kecil, kriterianya sebagai berikut:
a) Kekayaan bersih Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah)sampai dengan Rp 2.500.000.000,00 (dua miliar lima
ratus juta rupiah).
Usaha Menengah memiliki Kriteria sebagai berikut:
a) Kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak
termasuk lahan dan bangunan tempat usaha.
b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua
miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 50.000.000.000,00
(lima puluh miliar rupiah).
Definisi dan kriteria tersebut mempertegas, melengkapi,
meluruskan sekaligus mengugurkan beberapa pandangan terdahulu.
Misalnya, melengkapi kerja yang terlibat. Usaha Kecil merupakan entitas
(sembilang belas) orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitas
usaha yang memiliki tenaga kerja 20 (dua puluh) sampai dengan 99
(sembilang puluh sembilang) orang.(Wilantara dan Susilawati : 2016)
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan motor
penting dari pertumbuhan ekonomi, inovasi dan progres teknologi
(Thornburg, 1993 dalam Tulus Tambunan 2009). Di Negara yang sedang
berkembang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang ada
memiliki karakteristik yang berbeda dengan usaha besar, karakteristik
yang dimiliki adalah sebagai berikut (Tulus Tambunan, 2009:2) :
a) Jumlah perusahaan sangat banyak jauh melebihi jumlah usaha
besar. Terutama dari kategori usaha mikro, dan usaha kecil. Berbeda
dengan usaha besar dan usaha menengah, usaha mikro dan usaha
kecil tersebar diberbagai tempat.
b) Karena sangat padat karya, berarti mempunyai suatu potensi
pertumbuhan kesempatan kerja yang sangat besar, pertumbuhan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dapat dimasukkan
sebagai suatu elemen penting dari kebijakan-kebijakan nasional
untuk meningkatkan kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan,
terutama bagi masyarakat miskin. Hal ini juga yang bisa menjelaskan
kenapa pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
menjadi semakin penting di Negara yang sedang berkembang.
c) Banyak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bisa tumbuh
pesat. Bahkan, banyak Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
bisa bertahan pada saat ekonomi Indonesia dilanda suatu krisis
dianggap sebagai perusahaan-perusahaan yang memiliki fungsi
sebagai basis bagi perkembangan usaha lebih besar. Misalnya
usaha mikro bisa menjadi landasan bagi pengembangan usaha kecil,
sedangkan usaha kecil bagi usaha menengah dan usaha menengah
bagi usaha besar.
d) Walaupun banyak barang yang diproduksi oleh Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) juga untuk masyarakat kelas menengah dan
atas, terbukti secara umum bahwa pasar utama bagi Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) adalah untuk barang-barang konsumsi
sederhana dengan harga relatif murah, seperti makanan, pakaian,
jajanan dan sebagainya. Barang-barang ini memenuhi kebutuhan
sehari-hari masyarakat miskin atau masyarakat berpendapatan
rendah. Namun demikian, banyak juga Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) yang membuat barang-barang nonkonsumsi,
seperti peralatan-peralatan produksi, berbagai macam mesin
sederhana dan/atau komponen-komponennya, bahan-bahan
bangunan dan barang-barang setengah jadi lainnya untuk kebutuhan
kegiatan-kegiatan dibanyak sektor, seperti industri, konstruksi,
pertanian, perdagangan, pariwisata dan transportasi.
e) Memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi, relatif mampu bersaing
terhadap pesaingnya yaitu usaha besar. Berry dkk (2001) dalam
Tulus Tambunan (2009) menyatakan kelompok usaha ini dilihat
sangat penting di industri-industri yang tidak stabil atau
ekonomi-ekonomi yang menghadapi perubahan-perubahan kondisi pasar yang
beberapa negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Menurut
laporan BPS terdapat perbedaan antara usaha mikro usaha kecil dan
usaha menengah dalam latar belakang atau motivasi pengusaha
melakukan usaha. Perbedaan motivasi pengusaha sebenarnya harus
dilihat sebagai karakteristik paling penting untuk membedakan antara
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan usaha besar,
maupun antar sub kategori didalam kelompok Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) itu sendiri. Menurut laporan itu, sebagian besar
pengusaha mikro di Indonesia mempunyai latar belakang ekonomi
yakni alasan utama melakukan kegiatan tersebut adalah ingin
memperoleh perbaikan penghasilan. Perbedaan lain antara Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan usaha besar maupun
didalam kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) itu
sendiri menurut status badan hukum. Jelas, semua perusahaan
didalam kelompok usaha besar berbadan hukum. Namun tidak
demikian dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Berdasarkan hasil survey BPS, terlihat bahwa sebagian besar Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tidak berbadan hukum yang
mencapai sekitar 95,1 persen dari jumlah unit usaha. (Hafid, I. 2014)