• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 27-33)

Beberapa lembaga atau instansi bahkan UU memberikan definisi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), definisi UKM tersebut disampaikan berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, diantaranya adalah Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop dan UMKM). Menurut Kementerian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UMKM), yaitu :

1. Usaha Mikro

Pengertian usaha mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp.50.000.000,-. Ciri-ciri usaha mikro

a. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti,

b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat, c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan

tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha,

d. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai,

e. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah,

f. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank ,

g. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.

2. Usaha Kecil

Usaha Kecil sebagaimana dimaksud Undang-Undang No.9 Tahun 1995 adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) per tahun serta dapat menerima kredit dari bank maksimal di atas Rp50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang. Ciri-ciri usaha kecil :

a. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah;

b. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah; c. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih

sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha;

d. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP; e. Sumber daya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira

usaha;

f. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal; 3. Usaha Menengah

Pengertian Usaha Menengah sebagaimana dimaksud Inpres No.10 tahun 1998 adalah usaha bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari Rp200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak sebesar Rp10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta dapat menerima kredit dari bank sebesar

Rp.500.000.000,- (lima ratus jutarupiah) s/d Rp.5.000.000.000,- (lima milyar rupiah), usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang. Ciri-ciri usaha menengah :

a. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi;

b. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan;

c. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;

d. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll; dan

e. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan; 2.2 Kerangka Pemikiran

Perkembangan ekonomi baik secara nasional maupun regional tidak dapat terlepas dari peran sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di berbagai negara termasuk di Indonesia merupakan salah satu penggerak perekonomian rakyat yang tangguh. Hal ini karena kebanyakan para pengusaha kecil dan menengah berangkat dari industri keluarga/ rumahan. Dengan demikian, konsumennya pun berasal dari kalangan menengah ke bawah. Selain itu, peranan UKM terutama sejak krisis moneter tahun 1998 dapat

dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja.

Pada saat ini sektor UMKM ini mulai tumbuh dan berkembang, apalagi dengan adanya program pemerintah yang ingin melahirkan kewirausahaan-kewirausahaan membuat semakin banyaknya UMKM yang berdiri. Di tengah banyaknya UMKM yang tumbuh dan berdiri tersebut terdapat salah satu kekurangan yang mungkin bukan hal yang tidak asing lagi. UMKM biasanya memiliki kendala dalam hal permodalan, mereka yang ingin mengembangkan usahanya cenderung terkendala masalah permodalan tersebut. Sekarang ini banyak perbankan ataupun dari pihak pemerintah mengadakan program permodalan bagi pihak UMKM, tetapi pihak perbankan ataupun pemerintah tidak mau dengan mudah mengucurkan dana tersebut. Biasanya pihak kreditor tersebut ingin mendapatkan informasi mengenai kondisi UMKM tersebut, kondisi tersebut biasanya dapat dilihat dari laporan keuangan. Tetapi dilihat dari kondisi sekarang ini UMKM cenderung tidak dapat menghasilkan laporan keuangan tersebut, karena mereka tidak mengerti praktek penggunanan akuntansi yang bisa menghasilkan laporan keuangan tersebut.

Pentingnya penerapan ilmu akuntansi dalam pengelolaan keuangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dinilai masih kurang dipahami oleh para pengusaha. Masih banyak pengusaha kecil yang belum melakukan pencatatan atas laporan keuangan usahanya dengan baik. Bahkan, ada juga yang tidak melakukan pencatatan. Para pengusaha kecil dan menengah biasanya hanya mengerjakan pembukuan sebatas pencatatan pendapatan dan pengeluaran saja. Akibatnya, laba

bersih perusahaan sulit diketahui sehingga pengajuan kredit ke bank untuk modal usaha sulit diperoleh.

Selain itu informasi akuntansi mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi pencapaian keberhasilan usaha, termasuk bagi Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah. Informan akuntansi yang berupa laporan keuangan dapat menjadi modal dasar bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk pengambilan keputusan dalam pengelolaan Usaha Kecil, antara lain : keputusan pengembangan pasar, pengembangan harga, dan lain - lain serta bermanfaat untuk mengintegrasi keseluruhan aktivitas yang berhubungan dengan proses administrasi dan keuangan yang terjadi ke dalam suatu sistem informasi akuntansi, sehingga dapat memberikan peningkatan kontrol terhadap data keuangan perusahaan dan perbaikan tingkat keandalan informasi akuntansi.

Dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa faktor yang kemungkinan berpengaruh terhadap pengggunaan informasi akuntansi. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah jenjang pendidikan, ukuran perusahaan, lama usaha, dan latar belakang pendidikan. Untuk membantu dalam memahami faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap penggunaan informasi diperlukan suatu kerangka pemikiran.

Dari landasan teori yang telah diuraikan diatas kemudian digambarkan dalam kerangka teoritis yang merupakan alur pemikiran dari peneliti yang disusun sebagai berikut :

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 27-33)

Dokumen terkait