• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usaha-Usaha yang Diperbolehkan Menggunakan Ruang Bangunan dan Lahan Tanah Milik Bandara Kuala Namu

1. Usaha-usaha Dapat Dilakukan diatas Hak Pengelolaan.

Dalam bab I UUPA yang mengatur Dasar-dasar dan Ketentuan-ketentuan pokok, kita jumpai juga beberapa Pasal mengenai usaha-usaha dalam bidang agraria diantaranya adalah Pasal 12 dan 13 UUPA yaitu:

Pasal 12

(1) Segala usaha bersama dalam bidang lapangan didasarkan atas kepentingan bersama dalam rangka kepentingan nasional, dalam bentuk koperasi atau bentuk-bentuk gotong royong lainnya.

(2) Negara dapat bersama-sama dengan pihak lain menyelenggarakan usaha-usaha bidang agraria.

Pasal 13

(1) Pemerintah berusaha agar supaya usaha-usaha dalam lapangan agraria diatur sedemikian rupa, sehingga meninggikan produksi dan kemakmuran rakyat sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat 3 serta menjamin bagi setiap warganegara Indonesia derajat hidup yang sesuai dengan martabat manusia, baik bagi diri sendiri maupun keluarganya.

(2) Pemerintah mencegah adanya usaha-usaha dalam lapangan agraria dari organisasi-organisasi dan perseorangan yang bersifat monopoli swasta.

(3) Usaha-usaha Pemerintah dalam lapangan agraria yang bersifat monopoli hanya dapat diselenggarakan dengan Undang-Undang.

69 Konsensi usaha ini disebutkan dan diatur di dalam syarat-syarat umum kontrak yang menjadi ketentuan baku didalam bagian IV syarat-syarat umum kontrak yang merupakan dokumen pendukung Head Of Agreement (perjanjian utama).

(4) Pemerintah berusaha untuk memajukan kepastian dan jaminan sosial, termasuk bidang perburuhan, dalam usaha-usaha di lapangan agararia.

Dari kedua Pasal tersebut di atas dapat diperoleh intisari sebagai berikut:

Berdasarkan Pasal 12 ayat (1) UUPA, Usaha bersama dalam bidang agraria didasarkan atas kepentingan bersama dalam rangka kepentingan Nasional, ketentuan ini sesuai benar dengan asas kekeluargaan dan gotong royong hukum Tanah Nasional kita serta asas-asas Hukum Adat. Dengan sendirinya kepentingan bersama dari pihak-pihak yang menyelenggarakan usaha bersama itu tidak boleh bertentangan dengan kepentingan Nasional.70

Apa yang dimaksudkan dengan “Usaha bersama” tidak dijelaskan oleh UUPA. Kiranya “Usaha bersama” dapat diartikan: segala bentuk usaha yang diselenggarakan oleh lebih dari satu orang71. Menurut Pasal 12 ayat (1) UUPA bentuk usaha bersama yang dianggap sesuai dengan dasar yang dicantumkan dalam Pasal tersebut adalah Koperasi, suatu bentuk usaha gotong royong dan kekeluargaan yang disebut juga dalam Penjelasan Pasal 33 UUD 1945.

Walaupun bentuk usaha yang diamanatkan oleh UUPA adalah koperasi tetapi tidak menutup kemungkinan untuk usaha bersama seperti Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut PT) karena menurut kenyataannya dalam kehidupan perekonomian kita dewasa ini masih dianggap suatu bentuk usaha bersama yang paling mudah untuk menyelenggarakan suatu usaha bersama, maka pemakaian PT sebagai bentuk usaha bersama, tetapi jiwa dan isinya haruslah bersifat kooperatif.72

70 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Jakarta, PT Djambatan, 1999 halaman 31.

71Ibid, hal 71.

Tujuan usaha di bidang agraria adalah didasarkan pada Pasal 2 ayat (3) UUPA, yaitu: “Untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat, dalam arti kebahagiaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara Hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur”.

Tujuan usaha di bidang agraria juga dapat didasarkan pada Pasal 13 ayat (1) UUPA yaitu:

“Pemerintah berusaha agar supaya usaha-usaha dalam bidang agraria diatur sedemikian rupa, sehingga meninggikan produksi dan kemakmuran rakyat sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) serta menjamin bagi setiap Warga Negara Indonesia derajat hidup yang sesuai dengan martabat manusia, baik bagi diri sendiri maupun keluarganya”.

Jaminan yang diberikan kepada tiap-tiap Warga Negara Indonesia itu, demikian juga persamaan kesempatan untuk memperoleh sesuatu hak atas tanah untuk mendapat manfaat dan hasilnya sesuai dengan Pasal 9 ayat (2) UUPA73.

Berdasarkan Pasal 12 ayat (2) Negara bersama-sama dengan pihak lain dapat menyelenggarakan usaha bersama dalam bidang agraria, dimungkinkan juga diadakannya usaha bersama antara Negara dengan Daerah, dan Pengusaha swasta, baik nasional maupun asing.74

Usaha-usaha yang bersifat monopoli dilarang, baik usaha itu dari pihak swasta maupun Negara. Bagi pihak swasta larangan itu bersifat mutlak sedangkan bagi Negara dimungkinkan pengecualian. Usaha-usaha Pemerintah dalam bidang agraria yang bersifat monopoli hanya dapat diselenggarakan dengan Undang-Undang, artinya

73Ibid, hal 45.

memerlukan persetujuan DPR hingga wakil-wakil rakyat dapat turut serta mempertimbangkan, apakah monopoli Pemerintah itu benar-benar akan menguntungkan rakyat atau tidak.75

Usaha-usaha dalam bidang agraria dilarang mengandung unsur pemerasan. Dalam Pasal 11 ayat (1) UUPA dicantumkan dengan tegas ketentuan, bahwa harus “dicegah penguasaan atas kehidupan dan pekerjaan orang lain yang melampaui batas” Pasal 10 ayat (1) UUPA juga mencegah cara-cara pemerasan. Pasal 41 ayat (3) UUPA menetapkan bahwa: “Pemberian Hak Pakai tidak boleh disertai syarat-syarat yang mengandung unsur pemerasan”.

2. Usaha-Usaha Dari Pihak Ketiga Yang Ada di Bandara Kuala Namu

Adapun lapangan-lapangan usaha pihak ketiga yang berdiri dan selanjutnya menjalankan usahanya di Bandara Kuala Namu adalah sebagai berikut:

1. Penjualan-penjualan souvenir yang merupakan ciri khas Provinsi Sumatera Utara; 2. Penjualan-penjualan, minuman dan makanan bentuk restoran, ataupun café-café; 3. Penjualan-penjualan pakaian-pakaian, dalam bentuk ruang usaha boutik;

4. Perusahaan cargo-cargo swasta, yang menggunakan jasa pengakutan udara dalam operasionalnya;

5. Usaha-usaha jasa pijat refleksi bagi calon penumpang dari maskapai penerbangan yang berangkat melalui Bandara Kuala Namu.

Usaha-usaha diatas, layak berdiri dan diberikan penggunaan tanah pada bagian hak pengelolaan bandara Kuala Namu, oleh sebab itu usaha-usaha diatas dapat berjalan

sebagaimana kebaradaan usaha tersebut pada Kuala Namu, akan tetapi yang menjadi sorotan penting usaha tersebut dapat berjalannya di bandara Kuala Namu hanya sewa gedung yang telah ada yang dibangun sendiri oleh pihak manenjemen angkasa pura II selaku pemegang hak pengelolaan atas bandara Kuala Namu tanpa adanya pemberian kelayakan yang lebih seperti pemberian tanah pengelolaan bandara Kuala Namu seperti hak guna bangunan dan hak pakai dengan tujuan memberikan keleluasaan pada pihak ketiga mendapatkan tanah dan bangunan lebih untuk pengembangan usahanya sekaligus memberikan pelayanan yang lebih pada pengguna bandara Kuala Namu.

Jikalau hanya sebatas pemberian sewa bangunan yang diberikan bandara Kuala Namu kepada pihak ketiga, maka pihak ketiga tidak dapat melakukan pengembangan usahanya yang nantinya usaha tersebut tidak berkembang di karenakan keterbatasan bangunan ruang dan tanah yang di dapatkan pihak ketiga selaku pihak yang membuka usaha pada bandara Kuala Namu Medan.

Dokumen terkait