• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Usulan Desain Lay Out Apotek Swalayan SamMarie Basra

Gambar 3.1. Usulan Desain Lay Out Apotek Swalayan SamMarie Basra

Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam menata perbekalan farmasi di OTC counter antara lain, yaitu:

a. Estetika, yaitu seni keindahan dalam menata dan mendesain rak atau lemari obat bebas, bebas terbatas, dan obat OTC agar dapat menimbulkan rasa ingin tahu dan membeli (impuls buying) bagi setiap konsumen yang datang ke apotek.

b. Lay out, yaitu tata letak, susunan barang yang dapat memberikan kenyamanan

dan kemudahan keluar-masuk bagi konsumen dalam memperoleh obat yang dibutuhkan.

c. Tanda, yaitu petunjuk mengenai tempat-tempat, golongan, fungsi obat yang terdapat di setiap lemari atau rak obat.

Kegiatan display (penataan produk) merupakan kegiatan untuk memajangkan barang dagangan baik dalam ruangan maupun di luar ruangan untuk dapat mempengaruhi calon konsumen secara langsung maupun tak langsung terhadap barang yang akan dijual, dengan demikian display merupakan

suatu peragaan untuk mempengaruhi konsumen melalui demontrasi pemanjangan barang sehingga memperoleh kesan tersendiri bagi konsumen (semi personal). Penempatan barang yang tepat dan dapat menarik pelanggan untuk melihat, mengamati, menyentuh, dan mencobanya serta pada akhirnya membeli dengan bersemangat.

Tujuan display antara lain: a. Attention dan interest customer

Attention dan interest custumer artinya menarik perhatian pembeli dilakukan

dengan cara menggunakan warna-warna, lampu-lampu dan sebagaimya. b. Desire dan action custumer

Desire dan action customer artinya untuk menimbulkan keinginan memiliki

barang-barang yang dipamerkan.

Interior display adalah pemajangan barang dagangan di bagian dalam

apotek swalayan. Interior display banyak dipergunakan untuk barang-barang yang sudah dikenal luas oleh masyarakat. Interior display terdiri dari:

1. Merchandise Display

Merupakan cara menempatkan barang di dalam apotek swalayan yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu;

a. Open Interior Display

Adalah penataan barang dagangan di dalam kegiatan usaha dimana barang diletakkan secara terbuka sehingga konsumen dapat melihat, dan mengamati tanpa bantuan petugas. Kebaikan dari open interior display antara lain;

1. Barang dagangan dapat dijual dengan cepat;

2. Petugas dengan mudah mengadakan perubahan pajangan bilamana sewaktu-waktu diperlukan.

3. Alat-alat yang dipakai untuk memamerkan barang-barang sederhana, barang-barang yang dipajangkan biasanya:

 Barang-barang yang lama terjual,

 Barang-barang yang ingin cepat habis terjual,  Barang-barang yang dibeli atas dorongan kata hati.

b. Close Interior Display

Adalah penataan barang dagangan di dalam kegiatan usaha di mana barang diletakkan dalam tempat tertentu, sehingga konsumen hanya dapat mengamati saja. Bila konsumen ingin mengetahui lebih lanjut, maka ia akan minta tolong pada petugas untuk mengambilkannya.

1. Architectural Display

Yaitu menata gambar yang menunjukkan gambaran mengenai penggunaan barang yang diperdagangkan.

2. Store Sign and Decoration

Merupakan simbol, tanda, poster, lambang, gambar, dan semboyan yang diletakkan di atas meja atau digantung dalam ruangan apotek swalayan,

store sign digunakan untuk memberi arah kepada calon pembeli ke arah

barang dagangan dan memberi informasinya mengenai kegunaan barang tersebut, dekorasi pada umumnya digunakan dalam acara-acara khusus, seperti pada hari raya, natal, dan menyambut tahun baru.

Adapun syarat display yang baik memperhatikan beberapa aspek sebagai berikut:

1. Display harus mampu membuat barang-barang yang dipajang menjadi mudah dilihat, mudah dicari dan mudah dijangkau. Ketiga hal ini merupakan syarat mutlak yang harus mampu diwujudkan oleh aktivitas display.

2. Display harus memerhatikan aspek keamanan, baik keamanan bagi petugas apotek swalayan dari potensi-potensi kehilangan, maupun keamanan bagi pengunjung (konsumen) yang berada di dalam toko,berkaitan dengan aspek keamanan ini, biasanya tidak akan menempatkan barang-barang yang mudah pecah di sembarang rak. Barang-barang yang mahal, terutama yang fisik ukurannya kecil biasanya di pajang di etalase. Barang-barang kemasan kaleng yang cukup berat juga biasanya ditempatkan pada shelve paling bawah untuk menghindari resiko

timbulnya cedera bagi pengunjung (terutama anak-anak) jika barang tersebut terjatuh.

3. Display yang dilakukan oleh petugas apotek harus informative dan

komunikatif, para petugas apotek dapat memanfaatkan alat alat bantu

seperti standing poster.

Adapaun persyaratan penataan barang yang baik antara lain:

1. Mudah dilihat. Setiap barang harus dapat terlihat merek, ukuran, dan gambarnya menghadap ke depan.

2. Mudah dicari. Dengan pengelompokan barang yang baik akan mempermudah pembeli mencari barang.

3. Mudah diambil. Barang-barang yang paling atas harus mudah terjangkau oleh pembeli.

4. Menarik. Penempatan barang harus memperhatikan jenis, ukuran, warna dan bentuk barang, sehingga barang-barang yang dipajang seluruhnya dapat tampil dengan baik. Kombinasi harus diatur dengan baik dengan acuan kombinasi warna pelangi.

5. Aman. Barang-barang makanan dan minuman hendaknya dipisahkan dengan yang bukan makanan terutama yang mengandung racun maupun berbau tajam untuk menghindari kontaminasi.

5.1 Kesimpulan

a. Dengan tata ruang dan tata letak yang menarik maka akan menambah konsumen bagi apotek dan meningkatkan pendapatan bagi apotek.

b. Dari gambaran penataan dan penempatan sediaan-sediaan apotek yang baik dan menarik diharapkan dapat meningkatkan kepuasan dan kenyamanan konsumen

5.2 Saran

a. Perubahan lay out sebaiknya segera dilakukan agar dapat meningkatkan jumlah pengunjung apotek.

b. Perlu dikembangkan suatu apotek swalayan yang menjual obat bebas, obat bebas terbatas, alat kesehatan, obat tradisional, dan kosmetik.

Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2003). Keputusan Kepala Badan Pengawas

Obat Makanan Republik Indonesia NOMOR HK.00.05.4.1745 Tentang Kosmetik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2008). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek (SK Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004).

Departemen Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1190/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Izin Edar Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI

Kementerian Kesehatan RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 1176/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Notifikasi Kosmetika. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Kementerian Kesehatan RI. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009

Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 992/Menkes/PER/X/1993 Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan

RI.

Lopulalan, Stevanie Hermine. (2013). Laporan Praktek Kerja Apoteker di Apotek

SamMarie Basra Jl. Basuki Rachmat No. 31 Jakarta Timur. Depok:

Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia

Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 115. 2013. Modul PLPG Tata Niaga /

Pemasaran. Konsorium Sertifikasi Guru dan Universitas Negeri Malang.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No.

36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta.

Umar, Muhammad. (2011). Manajemen Apotek Praktis cetakan keempat. Jakarta: Wira Putra Kencana.

Dokumen terkait