• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lima Utama Penguatan Pendidikan Karakter

Kebijakan pemerintah dengan adanya penguatan pendidikan karakter ini bertujuan agar semua elemen baik itu masyarakat maupun keluarga mampu menciptakan lingkungan secara tanggap menghadapi perkembangan arus informasi saat ini. Oleh karenanya maka orang tua harus lebih bijaksana memberikan pemdampingan pada anak-anak, agar tidak salah dalam mengikuti informasi yang bisa di akses dari teknologi. Teknologi sangatlah baik akan tetapi di lain sisi dapat merusak moral anak, jika anak tersebut salah menggunakan.

Seiring penjelasan tersebut maka penguatan pendidikan karakter sesungguhnya merupakan upaya mengoptimalkan nilai-nilai pancasila yang diorientasikan untuk mengharmoniskan antara olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga. Meminjam istilah yang dipopulerkan oleh KH Tolchah Hasan, pendidikan karakter harus memberikan ruang yang cukup bagi berkembangnya potensi intuisi, emosi, dan kognisi

38Selanjutnya bahwa keluarga yang kurang mengerti arti penting pendidikan keluarga, maka perilakunya sehari-hari secara tidak sadar adalah pendidikan buat anak-anaknya. Lihat http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2144938-kegiatan-lembaga-pendidikan-informal/. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2018.

(anak-anak) secara terpadu,39 hingga menjadi dasar terbentuknya sikap dan perilaku anak ketika dewasa. Pendidikan karakter yang baik akan membentuk pribadi anak yang mandiri, bertanggung jawab, dan berani mengambil resiko atas sesuatu yang akan diperjuangkannya. Selanjutnya membentuk mental dan spritual dengan kepercayaan diri (percaya diri).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka keluarga harus mampu mengoptimalkan peranannya dalam upaya memberikan penguatan pendidikan karakter bagi anak-anaknya. Adapun lima utama penguatan pendidikan karakter dalam keluarga, antara lainnya:

1. Religius

Pertama, Religius: Nilai religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Sebagai kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat religius, oleh karena itu kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya.40

Nilai religius diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dalam keluarga, maka muncul semangat menyayangi sesama manusia, menjaga keharmonisan bermasyarakat, dan semangat untuk berperan aktif dalam pembangunan bangsa.41Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai

39

http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme- warga/wacana/17/09/07/ovwmpb396-makna-dan-tantangan-perpres-penguatan-pendidikan-karakter. diakses pada tanggal 1 Oktober 2017.

40Zubaeda, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam lembaga

Pendidikan (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 73

dan menjaga keutuhan ciptaan. Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.

Gambaran penerapan nilai religius dalam keluarga dapat diperhatikan dari cara berpikir dan bertindak dari anggota keluarga inti yang didasarkan atas nilai-nilai religius. Menurut Octen nilai-nilai religius tersebut: semangat saling menolong, persaudaraan, semangat saling menolong, dan tradisi mulia lainnya.42 Sedangkan dalam tataran prilaku nilai-nilai religius berupa tradisi pergi ke rumah ibadah, gemar menolong atas kesusahan orang tua atau anggota keluarga lain yang memerlukan pertolongan, dan prilaku mulia lain. Terpenting penerapan nilai religius dalam keluarga adalah terwujudnya nilai-nilai ajaran agama sebagai tradisi dalam berprilaku yang diikuti oleh seluruh anggota keluarga baik yang dewasa maupun anak-anak.

Nilai religius dalam keluarga dapat dilakukan sedini mungkin secara perlahan, pertama, anak dibiasakan hidup dalam lingkungan positif. Orang tua dan orang-orang sekitar harus mendemonstrasikan prilaku religius seperti berdoa, melakukan sembayang atau rutinitas keagamaan atau beribadah di rumah ibadah. Selanjutnya dengan berdoa dan beribadah dapat direalisasikan atau dibiasakan secara positif maka lambat laun akan menjadi bagian dari pembentukan karakter anak.

2. Nasionalis

Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Sub nilai nasionalis antara

lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku,dan agama.

3. Mandiri

Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Sub nilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

4.

Gotong Royong

Gotong Royong: Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Sub nilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong-menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.

5. Integritas

Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku dan didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral).

Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral,

anti korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas).

Dokumen terkait