BAB III TINJAUN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT
B. Tinjauan Umum Tentang Hak Tanggungan
6. Utang yang Dijamin dengan Hak Tanggungan
Utang yang dijamin dengan hak tanggungan adalah setiap utang yang terbit dari perjanjian utang, seperti utang kredit bank, maupun utang yang terbit dari perjanjian lain, seperti dalam jual beli yang harganya belum dibayar tetapi barangnya sudah diserahkan kepada pembeli.62 Tentu saja utang tersebut adalah utang yang sudah ada pada saat hak tanggungan dikaitkan, akan tetapi ada beberapa fleksibilitas yang dibuka oleh UUHT No. 4/1996 dalam mengartikan utang. Jelasnya oleh UUHT No. 4/1996 mengartikan utang yang dapat dijamin dengan hak tanggungan adalah utang-utang sebagai berikut :63
a. Utang yang timbul dari perjanjian utang piutang seperti perjanjian kredit;
62 Munir Fuady, Hukum Jaminan Utang, (Jakarta, Erlangga, 2013), hal. 76-77
b. Utang yang timbul dari perjanjian lain yang bukan perjanjian utang piutang, tetapi dapat menimbulkan utang piutang, misalnya dari perjanjian jual beli yang harganya belum dibayar, sehingga harga beli tersebut menjadi utang piutang;
c. Utang yang terbit dari suatu hubungan hukum yang bukan perjanjian, misalnya ganti rugi dari suatu perbuatan melawan hukum;
d. Utang yang terbit karena hukum semata-mata tanpa melalui perbuatan manusia, misalnya utang karena tindakan zaakwarneming atau utang karena terjadinya pembayaran yang tidak diharuskan;
e. Utang yang sudah ada saat dilakukan pengikatan hak tanggungan;
f. Utang yang telah diperjanjikan pada saat pengikatan hak tanggungan dengan jumlah tertentu;
g. Utang yang telah diperjanjikan pada saat pengikatan hak tanggungan tetapi jumlah utangnya belum dapat dipastikan dan harus dapat dipastikan paling lambat adalah pada saat permohonan eksekusi hak tanggungan.64
SUMUT CABANG UTAMA MEDAN
A. Proses Perjanjian Kredit Modal Kerja dengan Jaminan Hak Tanggungan pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan
1. Permohonan Kredit
Calon debitur mengajukan permohonan secara tertulis dengan persyaratan-persyaratan sebagai berikut :65
a. Persyaratan usaha perorangan 1) Warga Negara Indonesia (WNI)
2) Usia minimal 21 (dua puluh satu) tahun atau dibawah 21 (dua puluh satu) tahun telah menikah.
3) Usia maksimal pada saat masa kredit berakhir 70 (tujuh puluh) tahun.
4) Memiliki usaha produktif.
5) Usaha yang dijalankan memiliki perizinan sesuai ketentuan yang berlaku, dan bagi usaha yang tidak memerlukan izin menurut ketentuan, cukup dengan surat keterangan usaha dari kepala Desa/Lurah/Camat setempat.
65 Hasil wawancara dengan Bapak Muhsin Adlin, Kepala Bagian Administrasi Kredit PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan, tanggal 28 November 2014
6) Tidak mempunyai tunggakan kredit di perbankan dan atau termasuk daftar hitam serta daftar pinjaman macet bank Indonesia.
7) Memiliki rekening giro di bank Sumut. 8) Melengkapi dan menyerahkan dokumen :
a) Fotokopi identitas diri seperti KTP/SIM/Paspor pemohon dan suami/istri.
b) Fotokopi kartu keluarga.
c) Fotokopi buku nikah/surat cerai/kematian.
d) Pas foto suami/istri ukuran 3 x 4 inci masing-masing 2 lembar.
e) Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) untuk kredit diatas Rp. 100 juta.
f) Fotokopi bukti kepemilikan barang agunan dan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan tahun terakhir/berjalan yang telah dibayar. g) Fotokopi legalitas dan perizinan sesuai dengan usaha
yang dijalankan.
h) Laporan keuangan usaha tahun berjalan yang ditandatangani oleh pemohon.
i) Laporan keuangan unaudited 2 tahun terakhir (untuk kredit diatas Rp.500 juta s/d Rp. 5 miliar).
j) Laporan keuangan audited 2 tahun terakhir untuk kredit di atas Rp. 5 miliar).
b. Persyaratan untuk Badan usaha :
1) Memiliki legalitas pendirian badan usaha.
2) Memiliki perizinan usaha sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seperti : surat izin usaha perdagangan, tanda daftar perusahaan, surat izin tempat usaha, izin gangguan, Nomor Pokok Wajib Pajak, dll.
3) Khusus untuk badan usaha dalam bentuk Perseroan Terbatas dan Yayasan harus dilengkapi dengan pengesahan dari Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, sedangkan Koperasi harus dilengkapi dengan pengesahan dari Departemen Koperasi; baik pada saat pendiriannya maupun perubahan-perubahannya. 4) Untuk badan usaha dalam bentuk Commanditaire Vennootschap
dan Firma agar didaftarkan kepada Panitera Pengadilan Negeri setempat.
5) Menyampaikan company profile perusahaan.
6) Perusahaan, pengurus dan pemilik perusahaan tidak termasuk dalam daftar hitam dan daftar kredit macet Bank Indonesia. 7) Memiliki rekening giro di bank sumut.
8) Melengkapi dan menyerahkan dokumen :
a) Fotokopi identitas diri seperti KTP/SIM/Paspor pengurus/pemohon.
b) Pas foto pengurus/pemohon ukuran 3 x 4 inci masing-masing 2 lembar.
c) Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) perusahaan. d) Fotokopi bukti kepemilikan barang agunan.
e) Fotokopi legalitas dan perizinan usaha sesuai dengan usaha yang dijalankan.
f) Laporan keuangan unaudited 2 tahun terakhir (untuk kredit diatas Rp. 500 juta s/d 5 miliar).
g) Laporan keuangan audited 2 tahun terakhir untuk kredit di atas Rp. 5 miliar atau kurang dari Rp. 5 miliar, namun memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:
(1) Debitur perusahaan dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT) yang memenuhi salah satu kriteria :
(a) Merupakan Perseroan Terbuka.
(b) Bidang usaha perseroan berkaitan dengan pengerahan dana masyarakat;
(c) Mengeluarkan surat pengakuan hutang;
(d) Memiliki jumlah aktiva atau kekayaan paling sedikit Rp. 50 miliar.
(2) Perusahaan Perseroan (Persero), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Daerah.
h) Laporan keuangan perusahaan tahun berjalan yang ditandatangani pemohon.
i) Studi kelayakan usaha bila diperlukan. 2. Identifikasi Pendahuluan
Setelah menerima berkas permohonan calon debitur, Kantor Cabang Utama harus melakukan identifikasi pendahuluan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Meminta informasi kredit atas nama calon debitur (suami dan istri), pengurus dan pemilik perusahaan melalui fasilitas Sistem Informasi Debitur dan Online Integrated Banking System, sekaligus memeriksa termasuk atau tidaknya pihak-pihak tersebut dalam daftar hitam (blacklist). b. Sebelum melakukan analisis terhadap permohonan kredit, Kantor Cabang
Utama harus terlebih dahulu melakukan verifikasi terhadap: 1) Kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan,
2) Keabsahan dokumen-dokumen pendukung permohonan kredit, 3) Kebutuhan data pendukung lainnya yang diperlukan.
c. Data/berkas pendukung yang diminta Kantor Cabang Utama berupa fotokopi diwajibkan pengecakan ulang dengan aslinya.
d. Melakukan recheck/konfirmasi ulang kepada instansi yang terkait terhadap legalitas dan izin usaha yang diragukan kebenarannya.
e. Melaksanakan checking on the spot terhadap usaha dan taksasi jaminan sesuai ketentuan yang berlaku.
g. Untuk kredit di atas Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) penilaian agunan harus didukung dengan hasil penilaian dari Kantor Jasa Penilai Publik.
3. Taksasi/Penilaian Objek Jaminan
a. Terhadap barang yang akan diterima sebagai jaminan kredit harus dilakukan taksasi untuk memperoleh keyakinan harga yang wajar menurut Bank.
Untuk menetapkan nilai taksasi jaminan tersebut khususnya untuk barang-barang tidak bergerak, minimal harus ada dua harga pembanding yang dapat diperoleh antara lain dari:
1) Informasi harga pasar dari masyarakat di sekitar lokasi barang agunan;
2) Informasi harga dari Pemerintah Daerah setempat; 3) Perusahaan penilai appraisal, asuransi, dll.
b. Metode penilaian barang jaminan yaitu dengan Metode Pendekatan Data Pasar.
Langkah-langkah yang ditempuh adalah:
1) Mencari informasi atas transaksi jual beli yang baru terjadi untuk barang yang serupa atau yang ditawarkan untuk dijual di pasar bebas.
2) Mempelajari beberapa unsur seperti kondisi pasar, harga, motivasi penjualan/pembelian barang tersebut dan unsur-unsur lainnya.
3) Mempertimbangkan seluruh faktor kesamaan dan perbedaan dari data tersebut di atas dengan barang yang dinilai.
4) Membuat suatu analisa perbandingan dan penyesuaian dari data-data yang didapat.
c. Petugas taksasi merupakan perpanjangan tangan dari Pemimpin Kantor Cabang Utama yang bertugas mencari dan mengumpulkan data serta informasi untuk dilaporkan kepada Pemimpin Kantor Cabang Utama dalam menentukan nilai jaminan.
d. Pemimpin Kantor Cabang Utama diberi kewenangan untuk menunjuk petugas taksasi yang dapat melaksanakan tugas taksasi dengan syarat-syarat sebagai berikut:
1) Mampu membaca gambar pada surat tanah dan menentukan letak tanah sesuai dengan kondisi di lapangan;
2) Memiliki pengetahuan tentang konstruksi bangunan dan teknik menilai bangunan;
3) Memiliki kemampuan berkomunikasi yang memadai untuk mengumpulkan informasi harga;
4) Dapat menggambar denah lokasi berdasarkan aturan umum seperti letak mata angin, skala, simbol-simbol (land mark), topografi, garis-garis (contoh; garis sepadan bangunan, garis sepadan jalan);
5) Mempunyai integritas yang tinggi dan dapat melakukan penilaian secara objektif;
6) Mempunyai pengetahuan yang luas tentang penilaian.
e. Taksasi dilaksanakan oleh minimal dua orang pegawai Kantor Cabang Utama yang telah memenuhi syarat dan ditunjuk berdasarkan surat tugas.
f. Fotokopi surat-surat barang jaminan yang akan dijaminkan harus disesuaikan dengan aslinya sebelum taksasi dilaksanakan.
g. Apabila asli surat barang jaminan tersebut diragukan maka sebelum taksasi dilaksanakan, Kantor Cabang Utama mengadakan penyelidikan/investigasi yang dilaksanakan tanpa diketahui oleh pemohon untuk mencari informasi mengenai:
1) Keabsahan surat-surat barang jaminan dan letak/lokasi barang jaminan ke instansi terkait antara lain Kantor Badan Pertanahan Nasional, Camat, Lurah/Kepala Desa setempat; 2) Kepemilikan/penguasaan fisik barang jaminan, misalnya
disewakan atau ditempati oleh pemilik/pemohon.
h. Untuk tanah yang terdapat bangunan di atasnya, penilaian dilakukan dengan cara taksasi harga terpisah, sedangkan untuk bangunan rumah toko (ruko) dan rumah kantor (rukan) yang secara parsial sulit dipisahkan nilai taksasinya, maka penilaiannya dapat dilakukan secara taksasi harga global (gabungan).
i. Dibuat denah lokasi barang jaminan secara jelas untuk memudahkan .mengetahui lokasi barang jaminan secara tepat.
j. Foto barang jaminan:
1) Jalan masuk ke lokasi barang jaminan;
2) Barang jaminan kredit harus difoto minimal tiga sudut pandang yaitu dari depan, sebelah kiri dan kanan barang jaminan. Khusus untuk barang jaminan agar difoto bagian ruang dalam;
3) Barang jaminan berupa tanah/bangunan, juga agar difoto lingkungannya (tampak luar dari jauh);
4) Pada setiap lembar foto barang jaminan, harus ditandatangani oleh pemohon dan pemilik barang agunan sehingga apabila terjadi penggantian barang jaminan oleh pemohon dapat diketahui oleh Bank.
5) Pemohon dan/atau pemilik barang jaminan diupayakan ikut difoto di lokasi barang jaminan tersebut.
k. Setiap pemberian kredit kepada pemohon dengan jumlah lebih dari Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah), penilaian jaminan harus dilakukan oleh Penilai Independen atau Konsultan Jasa Penilai Publik (selanjutnya disebut KJPP).
l. Penilaian jaminan oleh Penilai Independen hanya dapat dilakukan oleh KJPP yang telah bekerjasama dengan PT. Bank Sumut dan menggunakan metode/teknik berdasarkan keahlian professional KJPP.
m. Biaya jasa penilaian jaminan oleh KJPP menjadi beban pemohon, oleh sebab itu pemohon berhak memilih salah satu KJPP yang telah bekerjasama dengan PT. Bank Sumut dan melakukan negosiasi biaya jasa penilaian jaminan dengan pihak KJPP.
n. Setiap penilaian jaminan oleh Penilai Independen harus tetap didampingi oleh minimal dua orang pegawai yang ditunjuk/ditugaskan oleh Pemimpin Kantor Cabang dengan tujuan agar pihak bank mengetahui lokasi dan kewajaran nilai jaminan.
o. Pegawai yang ditunjuk/ditugaskan oleh Pemimpin Kantor Cabang tersebut harus membuat Daftar Laporan Taksasi dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Data jaminan disajikan secara ringkas meliputi jenis jaminan, lokasi, alas hak, dan pemilik;
2) Nilai jaminan disajikan berdasarkan nilai likuidasi yang ditetapkan oleh KJPP;
3) Menjelaskan bahwa nilai jaminan ditetapkan berdasarkan Laporan Hasil Penilaian KJPP (nama KJPP, nomor dan tanggal laporan);
4) Menjadikan Laporan Hasil Penilaian KJPP sebagai lampiran Daftar Laporan Taksasi.
4. Analisis Kredit
Setelah analisis pendahuluan disetujui untuk diproses lebih lanjut, maka Kantor Cabang Utama harus melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Melakukan analisis lanjutan untuk menilai kelayakan permohonan dari berbagai aspek sesuai dengan Kebijaksanaan Perkreditan PT. Bank Sumut dengan menganut prinsip kehati-hatian/prudential.
b. Hasil analisis lanjutan dituangkan dalam bentuk Memorandum Pengusulan Kredit.
c. Analisis kredit dilaksanakan oleh petugas analis yang ditunjuk guna memberikan gambaran tentang kondisi pemohon, keadaan keuangan pemohon dan kemampuan bayar pemohon sebagai bahan pertimbangan dalam proses keputusan kredit oleh Kelompok Pemutus Kredit (KPK). 5. Keputusan Kredit
a. Keputusan persetujuan/penolakan pemberian kredit berpedoman kepada ketentuan yang berlaku.
b. Jika permohonan kredit diputuskan disetujui, maka Kantor Cabang Utama harus menerbitkan Surat Persetujuan Pemberian Kredit (selanjutnya disebut SPPK) kepada debitur dengan memperhatikan ketentuan yang tercantum pada Memorandum Pengusulan Kredit (selanjutnya disebut MPK) ataupun Izin Memberikan Kredit (selanjutnya disebut IMK). Standar SPPK sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Apabila permohonan kredit dinilai tidak layak untuk dibiayai, maka Kantor Cabang Utama harus membuat surat pemberitahuan mengenai penolakan permohonan kredit.
d. Untuk pemberian kredit Umum diatas wewenang Pemimpin Cabang Utama, maka ditetapkan ketentuan sebagai berikut:
1) Pemberian kredit dapat direalisasi setelah ada surat IMK.
2) IMK hanya berlaku selama jangka waktu kredit maksimum 12 (dua belas) bulan.
3) IMK yang telah diterbitkan harus direalisasi selambat-lambatnya 1 (satu) bulan terhitung dari tanggal terbitnya IMK. Apabila kredit tidak direalisasi lebih dari 1 (satu) bulan terhitung dari tanggal terbitnya IMK , maka IMK tersebut menjadi batal.
4) IMK yang telah batal namun menurut pertimbangan Kantor Cabang Utama kredit masih layak untuk diberikan lagi, maka Kantor Cabang Utama harus mengajukan IMK kembali ke kantor yang menerbitkan IMK dengan disertai alasan dan data pendukung. e. Apabila calon debitur menyetujui syarat dan kondisi yang tercantum dalam SPPK, maka Kantor Cabang Utama dapat melakukan penandatanganan Persetujuan Membuka Kredit (selanjutnya disebut PMK) dan pengikatan barang jaminan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan memperhatikan ketentuan lainnya yang tercantum pada MPK ataupun IMK.
6. Penandatanganan Perjanjian Kredit
a. Penandatanganan PMK dilaksanakan setelah pemohon menyetujui, melengkapi persyaratan dan menandatangani SPPK.
b. Perjanjian Kredit menggunakan formulir PMK sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Pada pasal tambahan PMK harus dicantumkan klausula “Pengajuan Permohonan Pembaharuan Kredit Umum ini paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tanggal jatuh tempo”
d. Keterlambatan pengajuan permohonan pembaharuan kredit umum akan mempengaruhi waktu proses dan realisasi kredit, yang dapat mengakibatkan memburuknya kualitas kredit.
e. Dokumen PMK dibuat minimal dalam rangkap 3 (tiga) :
1) Lembar PMK yang dibubuhi/diterakan materai pada posisi Bank, diserahkan kepada debitur.
2) Lembar PMK yang dibubuhi/diterakan materai pada posisi debitur, disimpan bersama dokumen asli jaminan.
3) Lembar PMK yang tidak dibubuhi/diterakan materai, disimpan dalam bundel berkas kredit.
f. PMK harus ditandatangani oleh calon debitur di hadapan Pemimpin Cabang Utama atau wakil Pemimpin Cabang Utama, namun PMK tetap ditandatangani oleh Pemimpin Cabang Utama.
g. Akte Pengakuan Hutang (APH) dibuat secara Notarial Akte dan ditandatangani di hadapan Notaris.
7. Pengikatan Barang Jaminan
Pengikatan barang jaminan harus dilakukan dengan Notarial Akte.
a. Jaminan berupa tanah berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut dengan plafond di atas Rp. 50.000.000
(lima puluh juta rupiah) wajib dibebankan Hak Tanggungan, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jika surat/alas hak tanah yang digunakan telah sertifikat dapat dibebankan langsung Hak Tanggungan.
2) Jika surat/alas tanah tersebut belum sertifikat, maka pengikatannya terlebih dahulu dengan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan dan wajib dibebankan Hak Tanggungan selambat-lambatnya tiga bulan sesudah diterbitkan sertifikat atas tanah tersebut.
3) Surat/alas hak tanah yang belum sertifkat tersebut harus selesai ditingkatkan menjdi sertifikat, pengurusannya melalui Kantor Notaris setempat selambat-lambatnya enam bulan setelah Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan diterbitkan.
4) Surat tanah yang belum bersertifikat ataupun yang telah bersertifikat namun belum dibalik namakan tidak dapat diterima sebagai agunan, dikhawatirkan proses pensertifikatan dan balik nama tidak dapat dilakukan. Kantor Cabang Utama harus meminta cover note dari Notaris yang berisikan:
a) Notaris telah mengkonfirmasi ke Badan Pertanahan Nasional (selanjutnya disebut BPN), bahwa BPN dapat menerbitkan sertifikat sebagaimana yang diajukan Bank
b) Notaris akan menyerahkan bukti dari BPN kalau proses pensertifikatan atau balik nama sedang berlangsung. c) Bila pengurusan pensertifikatan dan/atau balik nama
Sertifikat Hak Milik telah selesai, maka Notaris akan menyerahkannya kepada Bank.
b. Jaminan berupa tanah berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah yang suratnya sudah sertifikat, menjadi jaminan dengan plafond sampai dengan Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) wajib diikat dengan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan dan ketentuan jangka waktu berlaku Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan sama dengan masa berlaku perjanjian pokok.
c. Pemberian fasilitas kredit yang barang jaminannya berupa tanah berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah yang suratnya telah sertifikat atau belum sertifikat, yang berlaku pada pemberian kredit untuk membiayai SPK/Proyek dengan plafond sampai dengan Rp. 5.000.000.000 (lima miliar rupiah) dan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan/proyek tidak lebih dari 6 bulan, pengikatan jaminan dilakukan dengan Akta Pengakuan Hutang Surat Kuasa Menjual (sifatnya murni) yang dibuat secara Notarial Akte. d. Kredit untuk membiayai SPK/Proyek dengan plafond kredit lebih
besar dari Rp. 5.000.000.000 (lima miliar rupiah) dan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan/proyek lebih dari 6 bulan, jika agunannya
berupa tanah dan bangunan, bukti kepemilikan harus sertifikat dan pengikatannya dengan pemasangan Hak Tanggungan.
8. Realisasi Kredit
Realisasi Kredit dilaksanakan, dengan ketentuan: a. Semua persyaratan kredit telah terpenuhi.
b. PMK berikut dengan perjanjian turutannya telah ditandatangani. c. Pengikatan jaminan telah dilaksanakan.
d. Barang jaminan dan bila jiwa debitur diasuransikan telah dipastikan dapat dipertanggungkan kepada perusahaan asuransi, termasuk biaya premi yang menjadi beban debitur.
e. Seluruh biaya yang berkaitan dan menjadi beban debitur sudah disetorkan ke rekening giro debitur yang bersangkutan.
f. Pemohon menyerahkan Surat Kuasa untuk mendebet/blokir rekening giro. g. Membuka rekening pinjaman atas nama pemohon.
h. Realisasi kredit dilaksanakan dengan pemindahan ke rekening giro atas nama debitur.
B. Hak dan Kewajiban PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan dan Debitur Setelah Perjanjian Kredit Ditandatangani
1. Hak dan kewajiban PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan a. Hak
1) Meminta kelengkapan dokumen sesuai dengan ketentuan dan persyaratan bank.
2) Melakukan analisis terhadap tujuan permohonan kredit.
3) Melakukan analisis terhadap transaksi keuangan pemohon/calon debitur.
4) Melakukan taksasi terhadap objek jaminan. 5) Menganalisa kelayakan usaha debitur.
6) Menyetujui atau menolak permohonan yang diajukan pemohon/calon debitur.
7) Melakukan kunjungan ke tempat usaha debitur.
8) Melakukan pengawasan terhadap penggunaan dana kredit oleh debitur.
9) Memonitor kewajiban debitur kepada bank yaitu melunasi kredit. 10)Melakukan eksekusi terhadap objek jaminan apabila debitur
wanprestasi atas hak tanggungan yang telah terpasang dalam objek jaminan melalui pelelangan bersama-sama dengan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).
b. Kewajiban
1) Mencairkan dana apabila kredit telah disetujui.
2) Mengembalikan sertifikat hak tanggungan sekaligus menerbitkan surat pengantar roya (pencoretan hak tanggungan) apabila debitur telah melunasi kredit.
2. Hak dan kewajiban debitur a. Hak
2) Menerima sertifikat hak tanggungan sekaligus surat pengantar roya (pencoretan hak tanggungan) apabila telah melunasi kredit.
b. Kewajiban
1) Mengajukan permohonan kredit sesuai dengan ketentuan dan persyaratan bank.
2) Memenuhi kewajiban kepada bank sesuai perjanjian kredit yang ditandatangani.
3) Menggunakan dana kredit sesuai tujuan yang dimohonkan.
4) Menyerahkan jaminan kepada bank untuk diikat dengan hak tanggungan.
5) Melakukan pengosongan terhadap objek jaminan untuk dieksekusi oleh bank apabila debitur wanprestasi.
C. Masalah dalam Perjanjian Kredit Modal Kerja dengan Jaminan Hak Tanggungan pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan
1. Dokumen yang tidak lengkap, misalnya ada legalitas usaha yang sudah mati untuk usaha perorangan, anggaran dasar belum disahkan untuk perusahaan, anggaran dasar yang belum didaftarkan di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk Perseroan Terbatas, dan anggaran dasar yang belum didaftarkan di pengadilan negeri setempat untuk
Commanditaire Vennootschap.66
2. Debitur lama memenuhi kelengkapan dokumen, sehingga bank harus menunda untuk melakukan analisis terhadap permohonan yang diajukan oleh calon debitur.
3. Kredit bermasalah atau kredit macet. Ini disebabkan oleh banyak faktor, misalnya apabila suami meninggal dunia namun istri tidak cakap dalam menjalankan usaha sehingga tidak dapat membayar angsuran, apabila debitur cerai menyebabkan usaha menjadi amburadul sehingga terlambat membayar cicilan, atau apabila usahanya tidak berkembang sehingga tidak memiliki dana untuk membayar cicilan.
4. Dalam perjalanan kredit macet, debitur menyewakan objek jaminan.
5. Debitur tidak mau melakukan pengosongan terhadap objek jaminan yang akan dilelang setelah debitur wanprestasi.
D. Penyelesaian Terhadap Masalah dalam Perjanjian Kredit Modal Kerja dengan Jaminan Hak Tanggungan pada PT. Bank Sumut Cabang Utama Medan
1. Penyelesaian untuk dokumen yang tidak lengkap, maka calon debitur harus melengkapi dokumen terlebih dahulu agar bank dapat memproses permohonan kredit yang diajukan.67
2. Penyelesaian untuk kredit macet, maka bank terlebih dahulu akan memberikan surat peringatan pertama kepada debitur. Dalam waktu 2 minggu debitur tidak memberikan respon, maka bank akan memberikan
surat peringatan kedua. Apabila setelah 2 minggu dari pemberian surat peringatan kedua debitur tidak juga memberikan respon, maka bank akan memberikan surat peringatan ketiga yang merupakan surat peringatan terakhir. Namun apabila debitur tidak juga memberikan respon dan tidak ada upaya penyelesaian, maka bank dengan segera akan melakukan lelang eksekusi hak tanggungan. Lelang dilakukan secara terbuka, yaitu melalui media massa. Bank melakukan pelelangan bersama-sama dengan pihak Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL). Begitu juga dengan permasalahan dimana salah satu debitur (suami atau istri meninggal atau cerai) pihak yang ditinggalkan tetap harus melakukan pelunasan sesuai perjanjian. Apabila tidak dapat melunasi, maka akan dilakukan lelang eksekusi atas Hak Tanggungan.
3. Penyelesaian untuk objek jaminan yang disewakan oleh debitur dalam perjalanan kredit macet, maka bank harus menunggu sampai masa sewa habis sebelum dapat melakukan lelang eksekusi.
4. Penyelesaian untuk debitur yang tidak mau melakukan pengosongan terhadap objek jaminan yaitu, setelah lelang diumumkan di media massa dan ada yang berminat, bank akan memberitahu bahwa objek jaminan