• Tidak ada hasil yang ditemukan

Utang Piutang

Dalam dokumen Fikih : Ushul Fikih (Halaman 192-200)

HAJI A. Pengertian Haji

B. Utang Piutang

A. Pengertian utang piutang

Utang piutang adalah memberikan sesuatu kepada seseorang dengan perjanjian ia akan mengembalikan barang tersebut dengan jumlah yang sama.

B. Hukum utang piutang

Orang yang mempunyai utang hukumnya mubah. Sementara bagi orang yang memberi pinjaman hukumnya sunnah, sebab termasuk orang yang menolong sesamanya. Hukum ini bisa menjadi wajib jika orang yang meminjamnya itu dalam keadaan benar-benar terdesak.225

C. Rukun utang piutang

1. Lafal (kalimat mengutangi)

2. Orang yang berpiutang dan yang mempunyai utang 3. Ada barang yang diutangkan

D. Kewajiban orang yang mempunyai utang

Orang yang mempunyai utang wajib membayar utangnya sesuai dengsn wsktu yang telah disepakati. Melebihkan bayaran dan sebanyak utang atas kemauan

224

Ibid., hlm. 36-39

225

193

dari yang mempunyai utang hukumnya boleh. Karena itu menjadi kebaikan untuk orang yang membayar utang. Akan tetapi apabila kelebihan itu disyaratkan pada saat akad, maka hukumnya haram. 226

C. Riba

A. Pengertian riba

. Riba menurut bahasa bermakna bertambah atau berlebih. Sedangkan menurut pengertian dalam ilmu fikih, riba adalah akad atau transaksi penukaran dua barang yang tidak diketahui atau tidak sesuai perimbangan takarannya menurut aturan syara` atau pengembalian yang berlebih oleh orang yang berutang kepada orang yang berpiutang dari suatu barang atau uang yang diutang dalam tenggang waktu tertentu.227

B. Macam-macam riba a) Riba fadli

Riba fadli adalah penukaran dua barang atau harta yang sejenis, di mana nilai salah satu barang tidak sama dengan barang lainnya.

b) Riba nasiah

Riba nasiah adalah penukaran dua barang atau harta, baik sejenis atau berbeda dengan syarat pengembaliannya lebih dari jumlah yang diambil karena adanya penangguhan waktu tertentu.

c) Riba qardi

Riba qardi adalah meminjam atau mengutang dengan syarat memberikan keuntungan kepada yang meminjamkan (berpiutang).

226

Sudarko, op.cit., hlm. 65

227

194 d) Riba yad

Riba yad adalah berpisahnya dua orang dari tempat akad (transaksi) sebelum terjadi serah terima barang antar keduanya228, misalnya penjualan kacang dan ketela yang masih dalam tanah.

C. Hukum riba

Hukum riba haram229 sebagaimana firman Allah Swt. di dalam QS. al-Baqarah : 275 yang berbunyi :

اﻮﺑﺮﻟا مﺮﺣو ﻊﯿﺒﻟا ﷲ ﻞﺣاو اﻮﺑﺮﻟا ﻞﺜﻣ ﻊﯿﺒﻟا ﺎﻤﻧا

Artinya : Bahwasanya jual beli itu seperti riba, tetapi Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

E. Mudharabah

A. Pengertian Mudharabah

Mudharabah atau qiradh termasuk salah satu bentuk akad syirkah (perkongsian). Istilah mudharabah digunakan oleh orang irak sedangkan hijaz menyebutnya dengan istilah qiradh.

Menurut bahasa, qiradh ( ضاﺮﻘﻟا ) diambil dari kata ( ضﺮﻘﻟا ) yang berarti potongan sebab pemilik memberikan potongan dari hartanya untuk diberikan kepada pengusaha agar mengusahakan harta tersebut dan pengusaha akan memberikan potongan dari laba yang diperoleh. Sedangkan orang irak menyebutnya dengan mudharabah sebab setiap yang melakukan akad memiliki bagian dari laba. Secara istilah mudharabah adalah pemilik harta atau pemodal menyerahkan modal kepada

228

Ibid., hln. 45.

229

195

pengusaha untuk berdagang dengan modal tersebut dan laba dibagi di antara keduanya berdasarkan persyaratan yang disepakati.230

B. Landasan Hukum Mudharabah

Di antara hadis yang berkaitan dengan mudharabah adalah hadis yang diriwayatkan oleh ibnu majah dari shuhaib bahwa Nabi Saw. bersabda yang artinya : “Tiga perkara yang mengandung berkah yaitu jual beli ditangguhkan, melakukan qiradh ( memberi modal kepada orang lain ) dan mencampurkan gandum dengan jelas untuk keluarga bukan untuk diperjual belikan.” (HR.Ibnu majah)231

C. Rukun Mudharabah

a. Adanya dua orang yang melakukan akad b. Adanya modal

c. Adanya sighat atau ijab dan qabul

D. Jenis-jenis Mudharabah

Mudharabah ada dua jenis yaitu mudharabah mutlak dan mudharabah terikat.

a. Mudharabah mutlak

Mudharabah mutlak adalah penyerahan modal seseorang kepada pengusaha tanpa memberikan batasan, seperti berkata, “saya serahkan uang ini untuk diusahakan, sedangkan labanya akan dibagi diantara kita, masing-masing setengah atau sepertiga dan lain-lain”.

b. Mudharabah Muqayyad (terikat)

230

Rachmat Syafe`I, op.cit., hlm. 223-224

231

196

Adalah penyerahan modal seseorang kepada pengusaha dengan memberikan batasan, seperti persyaratan bahwa pengusaha harus berdagang di daerah Bandung atau harus berdagang sepatu atau membeli barang dari orang tertentu dan lain-lain.232

E. Musyarakah

A. Pengertian Musyarakah

Musyarakah adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

B. Jenis-Jenis Musyarakah Musyarakah ada dua jenis :

a. Musyarakah kepemilikan

Musyarakah kepemilikan tercipta karena warisan, wasiat atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. Dalam musyarakah ini kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam sebuah aset nyata dan berbagi pula dari keuntungan yang dihasilkan aset tersebut.

b. Musyarakah akad

Musyarakah akad tercipta dengan cara adanya kesepakatan di mana dua orang atau lebih setuju bahwa setiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah, merekapun sepakat berbagi keuntungan dan kerugian.

232

197

F. Ijarah (sewa menyewa)

A. Pengrtian Ijarah

Menurut etimologi, ijarah adalah menjual manfaat. Sedangkan ijarah menurut terminologi ada beberapa pendapat ulama fikih diantaranya :

Menurut ulama Asy-Syafi`iyah : “Akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung maksud tertentu dan mubah, serta menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti tertentu”.

Secara lebih jelasnya sewa menyewa (ijarah) adalah melakukan akad menggunakan atau mengambil manfaat terhadap suatu barang dengan cara membayar atau memberikan imbalan sesuai dengan akad atau perjanjian yang telah ditetapkan.233

B. Hukum sewa menyewa

Hukum sewa menyewa adalah mubah atau diperbolehkan dalam agama, karena di dalamnya terdapat pemberian jasa secara timbal balik untuk memenuhi kebutuhan hidup.

A. Syarat dan rukun sewa menyewa (Ijarah)

a) Yang menyewa dan yang menyewakan harus berakal, kehendak sendiri (tidak dipaksa) baligh dan tidak pemboros.

b) Iwad (imbalan jasa) dalam perjanjian hendaknya disebutkan imbalan jasa atas nilai besar kecilnya sewa, waktunya, cara pembayarannya dan sebagainya.

233

198

c) Benda dan manfaat barang yang disewakan dapat memenuhi manfaat yang dikehendaki. Manfaat tersebut diketahui dan jelas, keadaan manfaat dapat diserahkan atau dinikmati.

d) Siqatnya harus jelas kepada kesepakatan yang akan diadakan, dan dengan bahasa yang bisa dipahami oleh kedua belah pihak.234

G. Ariyah (pinjam meminjam)

A. Pengertian Ariyah

Menurut etimologi ariyah adalah (

ﺔﯾرﺎﻌﻟا

) diambil dari kata (

رﺎﻋ

) yaang berarti ( روﺎﻌﺘﻟا ) yang sama artinya dengan saling menukar dan mengganti, yakni dalam tradisi pinjam meminjam.

Menurut terminologi ulama fikih berbeda pendapat dalam mendefenisikannya, antara lain :

Menurut Syarkasyi dan ulama Malikiyah :

. ضﻮﻋ ﺮﯿﻌﺑ ﺔﻌﻔﻨﻤﻟا ﻚﯿﻠﻤﺗ

Artinya : Pemilikan atas manfaat (suatu benda) tanpa pengganti.235

Jadi pinjam meminjam adalah meminjamkan (memberikan) sesuatu kepada yang membutuhkan dengan mengambil manfaatnya dari sesuatu yang halal tanpa mengurangi atau merusak barangnya.

B. Dasar hukum pinjam meminjam Terdapat didalam QS. al-Maidah 5:2

ناوﺪﻌﻟاو ﻢﺛﻹا ﻰﻠﻋ اﻮﻧوﺎﻌﺗ ﻻو ىاﻮﻘﺘﻟاو ﺮﺒﻟا ﻰﻠﻋ اﻮﻧوﺎﻌﺗو

. 234 Sudarko, op.cit., hlm. 66 235

199

Artinya : Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. (QS. al-Maidah 5:2)

C. Hukum pinjam meminjam

Berangkat dari ayat 2 surah al-Maidah di atas, para ulama fikih menetapkan bahwa hukum pinjam meminjam adalah sunnah, bahkan pada suatu saat bisa menjadi wajib, yakni apabila pemberian pinjaman itu sangat dibutuhkan oleh si peminjam, karena tidak ada cara lain yang halal, selain dengan meminjam, tentunya apabila pihak yang akan meminjamkan ada kemampuan untuk memberi pinjaman.236

B. Syarat dan rukun pinjam meminjam

a) Yamg meminjamkan mempunyai hak untuk meminjamkan barang miliknya.

b) Yang meminjam secara hukum di anggap sah melakukan tindakan hukum.

c) Ada barang yang dipinjamkan, ada manfaatnya dan dibolehkan menurut hukum agama, serta ketika diambil manfaatnya barang tersebut tidak rusak.

d) Sighat (lafaz).

e) Peminjam tidak boleh meminjamkan barang yang dipinjam itu kepada orang lain kecuali seizin pemiliknya.

f) Peminjam bertanggung jawab atas keutuhan dan keselamatan benda yang di pinjamnya. Apabila barang pinjaman itu rusak atau hilang maka tanggung jawab peminjam.

236

200

g) Peminjam harus dapat memelihara kepercayaan yang diberikan kepadanya dan harus mengembalikan pinjaman itu tepat pada waktunya.237

237

Dalam dokumen Fikih : Ushul Fikih (Halaman 192-200)