• Tidak ada hasil yang ditemukan

V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 5.1. Kesimpulan

Ekonomi Indonesia perlu merumuskan paradigma baru agar dapat tumbuh lebih tinggi dan sustainable dengan memanfaatkan berbagai potensi yang ada. Paska krisis ekonomi global, ekonomi Indonesia masih tumbuh cukup baik namun lebih rendah dibanding periode sebelum krisis. Hal ini terkait degan melambatnya pertumbuhan ekonomi global sehingga ekonomi Indonesia tidak dapat semata terus bergantung pada ekspor komoditas dengan nilai tambah yang terbatas. Paradigma baru pertumbuhan ekonomi Indonesia difokuskan pada penguatan perlu human capital dan penguasaan teknologi. Paradigma baru tersebut diperlukan untuk memperkuat reformasi struktural dan optimalisasi manajemen permintaan yang telah dan terus dilakukan oleh Pemerintah dan Bank Indonesia.

Indonesia memiliki potensi untuk membangun human capital yang berkualitas. Selain pengembangan melalui jalur pendidikan formal, penguatan human capital dapat dilakukan melalui pendekatan non-formal. Kekayaan social capital dan cultural capital yang dimiliki oleh bangsa Indonesia menjadi modal yang kuat untuk meningkatkan kualitas human capital. Bangsa Indonesia perlu merekatkan kembali nilai-nilai kebangsaan, kemasyarakatan, dan keagamaan yang dimiliki. Nilai-nilai tersebut secara empiris memberikan dampak yang positif terhadap

36

bergeraknya kegiatan ekonomi yang lebih cepat. Demikian halnya dengan cultural capital yang secara alami menjadi kekayaan yang sangat potensial untuk peningkatan kualitas human capital.

Di sisi penguasaan teknologi, Indonesia masih terbatas meski Indonesia memiliki karya anak bangsa yang dikenal luas di dunia internasional dan menjadi kebanggaan nasional. Ekonomi Indonesia masih harus mengejar ketertinggalan teknologi khususnya teknologi tinggi. Penguasaan teknologi ini diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi perekonomian Indonesia, khususnya dalam menyongsong era digital. Dalam kaitan ini, potensi pengembangan teknologi sangat besar yang terlihat dari frugal innovation yang telah berkembang di Indonesia. Pengembangan dan pemanfaatan komunitas perlu dikondisikan dengan lebih baik yang dapat menjadi sarana berkembangnya ide-ide kreatif. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Knowledge Sector Indonesia, upaya yang perlu dilakukan untuk mendukung penguasaan teknologi dan pengembangan frugal innovation, diantaranya (i) anggaran riset dan tingkat efisiensi pengeluaran, (ii) Lingkungan riset/penelitian, (iii) Permintaan terhadap R&D, (iv) Kualitas riset dan analisis, (v) Ketersediaan dan akses terhadap data, (vi) Keterkaitan antara peneliti dan pembuat kebijakan.

Dengan menggunakan data time series untuk periode 1968-2016, meski diperoleh hasil yang belum clear-cut, model semi-endogen terlihat dapat menjelaskan pertumbuhan Indonesia dengan lebih baik. Ketika model pertumbuhan diperluas dengan memasukan sistem keuangan Islam, hasil yang diperoleh sesuai dengan ekspektasi/hipotesis yaitu pertumbuhan pasar saham syariah dapat memacu pertumbuhan TFP Indonesia. Temuan ini menunjukkan bahwa pembuat kebijakan harus mendorong dan mempromosikan kegiatan inovatif (yang tercermin dalam peningkatan pengeluaran R&D). Peningkatan terhadap R&D dan pertumbuhan pasar syariah sebagai alternatif dalam melakukan kegiatan bisnis akan membantu mendorong pertumbuhan ekonomi.

5.2 Implikasi Kebijakan

Pengembangan paradigma baru pertumbuhan ekonomi Indonesia memerlukan kebijakan strategis. Fokus kebijakan pengelolaan ekonomi Indonesia ke depan perlu diarahkan pada: (i) Optimizing demand side management, (ii) Strengthening coordination to foster structural reform (supply side economy), (iii) Promoting innovative and creative economy (i.e. frugal economy), dan (iv) Empowering local economy productivity and sharia economy.

Pengelolaan sisi permintaan dilakukan melalui kebijakan moneter dan makroprudensial. Sementara itu, Pemerintah perlu terus melanjutkan reformasi struktural untuk meningkatkan efisiensi perekonomian. Infrastruktur yang menjadi salah satu binding constraints pembangunan ekonomi di Indonesia perlu terus diperbaiki. Pembangunan infrastruktur fisik dasar yang memadai dan berkualitas seperti jalan, pelabuhan, dan bandara perlu menjadi prioritas untuk meningkatkan konektivitas sebagai upaya meningkatkan konektivitas sehingga dapat menurunkan biaya transportasi. Pembangunan infrastruktur fisik juga perlu diperkuat dengan pembangunan infrastruktur lunak, khususnya pembangunan human capital dan teknologi. Pembangunan human capital dilakukan secara formal melalui jalur pendidikan yaitu dengan

37

jenjang lama pendidikan baik umum maupun vokasi. Selain itu, perlu diperkuat dengan jalur non-formal yaitu menumbuhkembangkan dan memperkuat nilai-nilai kemasyarakatan dan keagamaan.

Di bidang teknologi, diperlukan berbagai kebijakan yang strategis untuk mengejar ketertinggalan teknologi. Kondisi tersebut antara lain tercermin pada struktur industri di Indonesia masih didominasi oleh industri dengan teknologi rendah (low tech) dan menengah (medium tech). Dengan kondisi tersebut neraca perdagangan untuk produk industri dengan kategori high tech dan medium tech masih mengalami defisit, nilai impornya lebih besar dibandingkan ekspor. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa produk ekspor Indonesia masih didominasi barang-barang low tech industry dengan nilai tambah yang rendah.

Secara sektoral, perlu dilakukan pengembangan sektor potensial sebagai sumber baru pertumbuhan ekonomi. Di sektor pariwisata, potensi masih besar. Pemerintah telah menyusun program pengembangan pariwisata. Pengembangan daerah baru tujuan wisata dan atraksi sesuai dengan ciri khas Indonesia. Pengembangan human capital dan teknologi diharapkan dapat mendukung pengembangan pariwisata di Indonesia. Pengembangan ekonomi syariah yang lebih cepat menjadi langkah yang strategis untuk mendukung pembiayaan pengembangan inovasi. Berkaitan dengan hal ini, diperlukan dukungan dari Pemerintah dan instansi terkait mengingat pengembangan inovasi memiliki risiko yang cukup tinggi. Dukungan Pemerintah ini menjadi bagian integral pengembangan creative economy yang memerlukan national leadership.

Dari sisi kelembagaan, perlu membangun national leadership yang kuat untuk mendukung pengembangan knowledge-based economy sebagai program nasional. Presiden dan Pemerintah perlu melibatkan berbagai pihak termasuk swasta dalam program tersebut. Membangun kembali dan memperkuat aspek nilai-nilai kemasyarakatan (social capital), kebudayaan (cultural capital), dan keagamaan (religious) yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Termasuk menumbuhkan bentuk-bentuk kerjasama atau komunitas yang berkembang di masyarakat seperti koperasi, gotong royong, dll. Menciptakan lingkungan berkembangnya frugal innovation, termasuk mendorong pembiayaan perbankan khususnya pembiayaan syariah.

Last but not least, untuk memperkuat rumusan paradigma pertumbuhan ekonomi yang lebih robust, perlu melakukan studi lebih lanjut mengenai peran nilai-nilai kemasyarakatan (social capital), kebudayaan (cultural capital), dan keagamaan (religious) terhadap berkembangnya kegiatan ekonomi dan atau inovasi. Termasuk meneliti keragaman nilai-nilai tersebut dalam perspektif spatial (kedaerahan).

38

DAFTAR PUSTAKA

Abbes, M. B., and Trichilli, Y. (2015) Islamic stock markets and potential diversification benefits, Borsa Istanbul Review, 15(2), 93-105.

Aboody, D., and Lev, B., (2000) Information asymmetry, R&D, and insider gains, The Journal of Finance, 55, 2747-2766.

Aghion, P., and Howitt, P. (1998) Endogenous Growth Theory, MIT Press (Cambridge, MA). Aghion, P. and Howitt, P. (2009) The Economics of Growth, The MIT Press (MIT Press Books).

Ang, J. B., and Madsen, J. B. (2011) Can second-generation endogenous growth models explain the productivity trends and knowledge production in the Asian miracle economies? Review of Economics and Statistics, 93(4), 1360-1373.

Barro RJ dan McCleary RM. 2003. Religion and Economic Growth across Countries. American Sociological Review. 68 (5): 760-781.

Banerjee, A., and Urga, G. (2005) Modelling structural breaks, long memory and stock market volatility: an overview, Journal of Econometrics, 129(1-2), 1-34.

Barcenilla-Visús, S., López-Pueyo, C., and Sanaú-Villarroya, J. (2014) Semi-endogenous versus fully endogenous growth theory: A sectoral approach, Journal of Applied Economics, 17(1), 1-30. Bourdieu P. 1984. Distinction: A Social Critique of the Judgement of Taste. Cambridge: Harvard

University Press.

Bourdieu P. 1986. The Forms of Capital. In Handbook of Theory and Research for the Sociology of Education, edited by J.E. Richardson. New York: Greenwood.

Brown, J. R., Fazzari, S. M., and Petersen, B. C. (2009) Financing innovation and growth: Cash flow, external equity, and the 1990s R&D boom, The Journal of Finance, 64(1), 151-185.

Bucci A, Sacco PL dan Segre G. 2014. Smart endogenous: cultural capital and the creative use of skills. International Journal of Manpower. 35 (1/2): 33-55

Caner, M., and Hansen, B. E. (2001) Threshold autoregression with a unit root, Econometrica, 69(6), 1555-1596.

Central Intelligence Agency. (2018) “The World Factbook: Indonesia”, Diakses pada 21 Juli 2018, https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/id.html.

Chun N. 2010. Middle Class Size in the Past, Present, and Future: A Description of Trends in Asia. ADB Economics Working Paper Series No 217.

Coe, D. T., and Helpman, E. (1995) International R&D spillovers, European Economic Review, 39(5), 859-887.

Demirgüç-Kunt A, dan Maksimovic V. 1996. Financial constraints, uses of funds, and firm growth: An international comparison. Mimeo. World Bank.

Domar E. 1946. Captial Expansion, Rate of Growth, and Employment. Econometrica. 14 (2): 137–147. Domar E. 1947. Expansion and Employment. American Economic Association. 37 (1): 34-55

Felipe J. 1997. Total Factor Productivity Growth in East Asia: A Critical Survey. EDRC Report Series No.65. Manila: Asian Development Bank

Greve HR. 2003. A behavioral theory of R&D expenditures and innovations: Evidence from shipbuilding. Academy of Management Journal. 46(6): 685-702.

Griffith R, Redding S, dan Van Reenen J. 2004. Mapping the two faces of R&D: Productivity growth in a panel of OECD industries. Review of Economics and Statistics. 86(4): 883-895.

39

Grossman GM, dan Helpman E. 1990. Trade, innovation, and growth. The American Economic Review. 80(2): 86-91.

Grossman GM, dan Helpman E. 1991. Innovation and Growth in the Global Economy. MIT Press, Cambridge.

Ha J dan Howitt P. 2007. Accounting for Trends in Productivity and R&D: a schumpeterian critique of semi‐endogenous growth theory. Journal of Money, Credit and Banking. 39(4): 733-774.

Hearn B, Piesse J, dan Strange R. 2011. The role of the stock market in the provision of Islamic development finance: Evidence from Sudan. Emerging Markets Review, 12(4): 338-353.

Hitt MA, Hoskisson RE, dan Ireland RD. 1994. A mid-range theory of the interactive effects of international and product diversification on innovation and performance, Journal of Management. 20(2): 297-326.

Howitt P. 2000. Endogenous growth and cross-country income differences. American Economic Review. 90(4): 829-846.

Jorgenson DW dan Vu KM. 2010. Potential Growth of the World Economy. Journal of Policy Modelling. 32 (2010): 615-631.

Juhro SM. 2004. Phillips Curve and Structural Change in Indonesia: Existence, Expectation Patterns, and Linearity. Bulletin of Monetary Economics and Banking. 6(4): 41-76.

Juhro SM. 2016. Sustainable Economic Growth: Challenges dan Policy Strategy, in Growth Diagnostic: Growth Strategy to Support Structural Reform in Indonesia, Juda Agung Edimon Ginting, Solikin M. Juhro, and Yoga Affandi (Eds.), BI-ADB, 2016.

Khan MM, Zhang J, Hashmi MS dan Bashir M. 2010. Cultural Values and Economic Growth in Asia: An Empirical Analysis. International Journal of Business and Social Science. 1 (2): 15-27.

Kneller R, dan Stevens PA. 2006. Frontier technology and absorptive capacity: Evidence from OECD manufacturing industries. Oxford Bulletin of Economics and Statistics. 68(1): 1-21.

Kortum S. 1997. Research, Patenting, and Technological Change. Econometrica. 65(6): 1389-1419. Kuran T. 1995. Islamic economics and the Islamic subeconomy. Journal of Economic Perspectives. 9(4):

155-173.

Lee JW dan Hong K. 2012. Economic Growth in Asia: Determinants and Prospects. Japan and the World Economy. Vol 24 (2012): 101-113.

Lee PM dan O’Neill HM. 2003. Ownership structures and R&D investments of US and Japanese firms. Academy of Management Journal. 46: 212-225.

Levine R. 1991. Stock markets, growth, and tax policy. The Journal of Finance. 46: 1445-1465.

Levine R. 1997. Financial Development and Economic Growth Views and Agenda. Journal of Economic Literature. 35: 688-726.

Levine R, dan Zervos S. 1998. Stock markets, banks, and economic growth. American Economic Review. 88: 537-558.

Lucas RE. 1988. On the mechanics of economic development. Journal of Monetary Economics. 22(1): 3– 42.

Madsen JB. 2007. Technology spillover through trade and TFP convergence: 135 years of evidence for the OECD countries. Journal of International Economics. 72(2). 464-480.

Madsen JB. 2008. Semi-endogenous versus Schumpeterian growth models: testing the knowledge production function using international data. Journal of Economic Growth. 13(1): 1-26.

Madsen JB, Ang JB, dan Banerjee R. 2010. Four centuries of British economic growth: the roles of technology and population. Journal of Economic Growth. 15(4): 263-290.

40

Madsen JB, Saxena S, dan Ang JB. 2010. The Indian growth miracle and endogenous growth, Journal of Development Economics. 93(1): 37-48.

Merton RC. 2013. Innovation risk. Harvard Business Review. 91(4): 48-56.

Mourougane A. 2012. Promoting SME development in Indonesia. OECD Economics Departments Working Papers. No 995. OECD Publishing, Paris.

Narayan PK dan Popp S. 2010. A new unit root test with two structural breaks in level and slope at unknown time. Journal of Applied Statistics. 37: 1425-1438.

Narayan PK, Narayan S, Phan DHB, Thuraisamy ST, dan Tran VT. 2017. Credit quality implied momentum profits for Islamic stocks. Pacific-Basin Finance Journal. 42: 11-23.

Peretto PF. 1998. Technological change and population growth. Journal of Economic Growth. 3(4): 283-311.

Perron P. 1989. The Great Crash, the Oil Price Shock, and the Unit Root Hypothesis. Econometrica. 57: 1361-1401.

Porter ME. 2000. Attitudes, Values, and Beliefs, and the Microeconomics of Prosperity, in ed. Lawrence Harrison and Samuel Huntington Culture Matters :How Values Shape Human Progress. New York: Basic Books, 202–218.

Rajan R, dan ZingalesL. 1998. Financial dependence and growth. American Economic Review. 88: 559-586.

Romer PM. 1986. Increasing returns and long-run growth. Journal of Political Economy. 94: 1002–37. Romer PM. 1990. Endogenous Technological Change. Journal of Political Economy. 98 (5): 71–102. Schumpeter JA. 1912. Theorie der Wirt-Schaftlichen Entwicklung [The Theory of Economic

Development], Dunker & Humblot, Leipzig, in Redvers, O. (trans), Harvard University Press, Cambridge, MA, 1934.

Schumpeter J. 1934. The Theory of Economic Development. Cambridge, MA: Harvard University Press Segerstrom PS. 1998. Endogenous growth without scale effects. American Economic Review. 88(5):

1290-1310.

Solow RM. 1956. A contribution to the theory of economic growth. Quarterly Journal of Economics. 70. 65–94.

Swan TW. 1956. Economic growth and capital accumulation. Economic Record. 32: 334–61.

Voosholz F. 2014. A Survey on Modelling Growth With Special Interest on Natural Resource Use. CAWM Discussion Paper No. 69.

Vu KM. 2017. Structural change and economic growth : Empirical evidence and policy insights from Asian economies. Structural Change and Economic Dynamics. 41 (2017): 64-77.

Young A. 1994. Accumulation, exports and growth in high-performing Asian economies. Journal of Monetary Economics. 40(1): 237-250.

Zachariadis M. 2003. R&D, innovation, and technological progress: a test of the Schumpeterian framework without scale effects. Canadian Journal of Economics/Revue Canadienne D'économique. 36(3): 566-586.

Zachariadis M. 2004. R&D‐induced Growth in the OECD? Review of Development Economics. 8(3): 423-439.

Dokumen terkait