• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vaksin DPT terdiri atas kuman difteri yang dilemahkan atau

toksoid difteri (a lumprecipitated toxoid), toksoid tetanus dan vaksin

pertusis dengan menggunakan fraksi sel (selular) yang berisi komponen

spesifik dari Bordettella pertusis (Tumbelaka dan Hadinegoro, 2005;

Hay et a l., 2009).

Dosis yang diberikan adalah 0,5 ml intramuskular tiap kali pemberian pada umur 2, 4 dan 6 bulan sebagai imunisasi dasar. Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan, pembengkakan, kemerahan dan nyeri di tempat suntikan selama 1-2 hari. Efek samping dapat berupa demam tinggi, kejang dan abses. Kontraindikasi

pemberian vaksin adalah panas yang lebih dari 380C, riwayat kejang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

tinggi dengan kejang, penurunan kesadaran, syok atau reaksi anafilaktik

lainnya (Isbagio et a l., 2004; Rampengan, 2007; DiPiro et a l., 2008; Hay

et a l., 2009).

Vaksin DPT yang memiliki efek samping demam terutama vaksin

DPT dengan fraksi seluler Bordettella pertusis, bukan vaksin DPaT yang

mengandung fraksi aseluler kuman tersebut. Fraksi seluler Bordettella

pertusis diduga berperan sebagai pirogen eksogen terhadap tubuh

sehingga menyebabkan tubuh menjadi demam karena terjadi mekanisme

pembentukan antibodi terhadap kuman dalam vaksin DPT (Hay et a l.,

2009). 3. Antipiretik

Obat analgetik antipiretik serta obat Antiinflamasi Non Steroid (AINS) merupakan suatu kelompok obat yang heterogen secara kimia dan memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Prototip obat golongan ini disebut juga sebagai obat mirip aspirin (aspirin-like drugs) (Wilmana dan Gan, 2007).

Antipiretik adalah obat yang menekan suhu tubuh pada keadaan demam. Semua analgetik perifer memiliki kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu tubuh pada keadaan demam, maka disebut pula

analgetik antipiretik. Khasiat antipiretik ditentukan berdasar

rangsangannya terhadap pusat pengaturan panas di hipotalamus yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit), ditandai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

bertambahnya pengeluaran kalor disertai keluarnya banyak keringat (Tjay dan Rahardja, 2002).

Obat AINS terdiri atas golongan asam karboksilat dan asam enolat. Asam karboksilat terbagi atas asam asetat, derivat asam salisilat, derivat asam propionat dan derivat asam fenamat. Sedangkan asam enolat terdiri atas derivat pirazolon dan oksisikam (Wilmana dan Gan, 2007).

Obat analgesik-antipiretik yang biasa dipakai terdiri atas empat golongan yaitu golongan salisilat (aspirin, asetosal), golongan paraaminofenol (parasetamol), golongan pirazolon (metamizol), dan golongan asam (asam-mefenamat). Sebagai antipiretik, obat mirip aspirin akan menurunkan suhu tubuh hanya dalam keadaan demam.

Walaupun kebanyakan obat ini memperlihatkan efek antipiretik In vitro,

tidak semuanya berguna sebagai antipiretik karena bersifat toksik bila digunakan secara rutin atau terlalu lama (Wilmana dan Gan, 2007).

Parasetamol atau asetaminofen (N-a cetyl-p-a minophenol, APAP)

pertama kali digunakan secara klinis sebagai analgesik (penghilang nyeri atau rasa sakit) dan antipiretik (penurun suhu pada demam) di Amerika Serikat pada tahun 1950. Parasetamol relatif aman jika dikonsumsi dalam dosis terapi. Keracunan dapat terjadi pada penggunaan parasetamol dalam dosis yang berlebihan. Di Indonesia, parasetamol

dijual bebas sebagai obat OTC (over-the-counter), baik sebagai obat

tunggal maupun obat terkombinasi dalam obat influenza (Ngatidjan,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Parasetamol merupakan metabolit aktif dari fenasetin yang efektif sebagai terapi pengganti aspirin karena efek analgesik dan antipiretik yang dimilikinya. Namun, efek antiinflamasi parasetamol sangat lemah sehingga tidak diindikasikan sebagai pengganti aspirin atau AINS lainnya pada pasien dengan kondisi inflamasi kronis. Efek analgesik-antipiretik parasetamol diperantarai oleh rangsangan terhadap pusat pengatur panas di hipotalamus yang bekerja dengan dua proses: 1) efek sentral, yaitu dengan menghambat siklus COX-1 sehingga tidak terjadi pembentukan prostaglandin dari asam arakidonat, prostaglandin tidak akan merangsang lagi termostat untuk menaikkan suhu tubuh. 2) efek perifer, saraf simpatis di kulit bekerja mengaktifkan reseptor-reseptor panas di kulit sehingga terjadi vasodilatasi perifer. Dengan terjadinya vasodilatasi ini, panas lebih cepat terkonduksi ke jaringan kulit dan melalui aliran udara terjadi konveksi sehingga panas dikeluarkan disertai keluarnya keringat, sehingga lama-kelamaan suhu tubuh akan turun

(Goodman et a l., 2006; Hoffman et a l., 2007; DiPiro et a l., 2008).

Parasetamol diberikan secara oral dan absorbsinya tergantung pada laju pengosongan lambung serta dapat diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi puncak plasma terjadi dalam 30-60 menit, sedangkan waktu paruh plasmanya adalah sekitar dua jam setelah pemberian dosis terapeutik. Konsentrasi puncak plasma dihambat oleh makanan dan konsumsi bersama opioid atau antikolinergik. Parasetamol terdistribusi secara merata ke seluruh cairan tubuh serta dapat melintasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

sawar plasenta dan sawar darah otak (Goodman et a l., 2006; Hoffman et

a l., 2007; Foegh dan Ramwell, 2007).

Dalam plasma, 10-30% parasetamol terikat pada protein plasma dan sebagian lagi dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Setelah diabsorbsi, normalnya sekitar 90% parasetamol akan mengalami glukoronidasi (40-67%) dan sulfasi (20-46%) di hepar untuk membentuk metabolit inaktif (asam glukoronat dan asam sulfat) yang kemudian akan diekskresikan dalam urin. Kurang dari 5% fraksi parasetamol akan diekskresikan dalam bentuk asalnya, sedangkan sisanya (5-15%) dalam bentuk terkonjugasi dan kemudian diekskresikan dalam urin (Murray,

2003; Hoffman et a l., 2007; Foegh dan Ramwell, 2007; Wilmana dan

Gan, 2007).

Waktu paruh eliminasi parasetamol adalah sekitar 2 - 3 jam setelah dosis terapeutik, tetapi dapat memanjang pada pasien dengan gangguan

hepar (Murray, 2003; Hoffman et a l., 2007; Foegh dan Ramwell, 2007).

Parasetamol aman diberikan peroral dengan dosis 325-1000 mg per hari dan tidak boleh melebihi 4000 mg (2000 mg/hari untuk alkoholik kronis). Dosis tunggal untuk anak-anak berkisar antara 40-480 mg tergantung pada usia dan berat tubuh. Umumnya dosis 10 mg/kg berat badan masih aman untuk dikonsumsi. Parasetamol berguna untuk mengatasi nyeri ringan sampai sedang. Konsumsi parasetamol dengan dosis terapeutik tunggal maupun terbagi tidak mempengaruhi sistem kardiovaskuler, sistem respirasi, keseimbangan asam-basa, kadar asam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

urat, maupun koagulasi darah. Obat ini juga tidak menghambat kerja trombosit, tidak mengantagonis obat urikosurik, dan tidak mengiritasi

lambung (Goodman et a l., 2006; Foegh dan Ramwell, 2007).

Parasetamol biasanya dapat ditoleransi dengan baik pada dosis terapeutik. Reaksi alergi karena parasetamol jarang terjadi. Manifestasi dari reaksi alergi biasanya berupa eritem atau urtikaria. Efek samping yang paling serius dari overdosis parasetamol adalah nekrosis hepar yang fatal. Nekrosis tubuler ginjal dan koma hipoglikemik juga dapat terjadi. Pada orang dewasa, hepatotoksisitas dapat terjadi dengan pemberian dosis tunggal 10-15 gram (150-250 mg/kg BB) parasetamol.

Dosis 20-25 gram atau lebih dapat berakibat fatal (Goodman et a l., 2006;

Wilmana dan Gan, 2007; Highleyman dan Franciscus, 2009).

Manifestasi klinis yang muncul pada keracunan akut parasetamol tergantung pada waktu dari awal konsumsi, keberadaan faktor risiko, dan konsumsi obat-obatan lain. Gejala yang muncul selama 12-24 jam pertama keracunan akut parasetamol berupa gangguan lambung (mual, nyeri abdominal, dan anoreksia), tetapi banyak pasien yang asimtomatis pada periode waktu ini. Selama 1 - 3 hari berikutnya, terjadi kenaikan

enzim-enzim hepar dan bilirubin (Hoffman et a l., 2007; DiPiro et a l.,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

4. Meniran

a. Taksonomi

Menurut Badan POM RI (2006), taksonomi meniran adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Divisi : Spermathophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Euphobiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Phyllanthus

Spesies : Phylla nthus niruri Linn

b. Nama Lain

Nama-nama yang diberikan untuk meniran berbeda-beda untuk

tiap-tiap daerah di dunia. Di Cina meniran disebut zhen zhu cao atau ye

xia xhu. Di Inggris meniran disebut child a ba ck. Di Amerika Selatan

biasa disebut stone brea ker atau lea fflower sedangkan di Indonesia

sendiri ada perbedaan dalam penamaan tanaman ini (Kardinan dan Kusuma, 2004; Sulaksana dan Jayusman, 2004).

Di Indonesia, nama-nama meniran sangat beragam, di antaranya di daerah Ternate tanaman ini biasa disebut gasau madungi, di Jawa biasa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

disebut meniran, orang-orang Sunda biasa menyebut memeniran, sedangkan di Maluku biasa disebut dukung anak atau balalang babiji (Kardinan dan Kusuma, 2004).

c. Daerah Distribusi dan Habitat

Meniran merupakan rumput liar yang berasal dari Asia Tropik yang tersebar di seluruh daratan Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Meniran tumbuh di daerah dataran rendah sampai ke dataran tinggi dengan ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. Meniran dapat dijumpai pada hampir semua tempat, di semak-semak, pekarangan rumah, di antara rerumputan, dan di tempat-tempat lain. Meniran dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, terutama tanah berpasir. Meniran menyukai tempat yang lembab dan akan tumbuh dengan subur apabila tanah kaya akan bahan organik. Meniran hijau lebih toleran tumbuh di tanah yang miskin bahan organik dibandingkan dengan meniran merah (Badan POM RI, 2006).

d. Deskripsi

Tinggi batangnya 30 – 50 cm, berwarna hijau kemerahan atau hijau pucat, bercabang-cabang. Daunnya tunggal dan letaknya berseling. Helaian daunnya bundar telur sampai bundar memanjang, ujung tumpul, pangkal membulat, permukaan bawah berbintik kelenjar, tepi daun rata, panjang 1,5 cm, lebar sekitar 7 mm, berwarna hijau (Dalimartha, 2006).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Pada satu tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan keluar dari bawah ketiak daun, sedangkan bunga betina keluar dari atas ketiak daun. Bunga ini tumbuh subur sekitar bulan April-Juni. Buah meniran berupa buah kotak, ulat pipih, licin, diameter 2-2,5 mm. Bijinya kecil, keras, berbentuk ginjal, berwarna coklat. Buah timbul sekitar bulan Juli-Nopember. Semua bagian tumbuhan dapat digunakan untuk mendapatkan ekstrak Herba Meniran (Dalimartha, 2006).

Gambar 1. Meniran (Phylla nthus niruri L.) (Badan POM RI, 2006)

e. Kandungan Kimia

Menurut Badan POM RI (2006), meniran mengandung senyawa sebagai berikut:

1) Lignan, terdiri dari phyllanthine, hypophyllanthine, phyltetralin,

lintretalin, nirathin, nitretalin, nirphylline, nirurin, dan niruriside.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

3) Flavonoid, terdiri dari quercetin, quercitrin, isoquercitrin,

astragalin, rutine, dan physetinglucoside.

4) Lipid, terdiri dari ricinoleic acid, dotriancontanoic acid, linoleic

acid, dan linolenic acid.

5) Benzenoid, terdiri dari methylsalicilate.

6) Alkaloid, terdiri dari norsecurinine, 4-metoxynorsecurinine,

entnorsecurinina, nirurine, phyllantin, dan phyllochrysine.

7) Steroid 41 berupa beta-sitosterol.

8) Alcanes berupa triacontanal dan triacontanol.

9) Komponen lain berupa tannin, vitamin C dan vitamin K.

f. Efek Farmakologis

Efek farmakologis dari herba ini adalah sebagai antioksidan,

antikarsinogen, antiradang, antibakteri, membersihkan hepar,

menurunkan kadar glukosa darah, peluruh kencing (diuretik), antihepatotoksik, peluruh dahak, peluruh haid, menerangkan penglihatan, menghancuran batu kandung kemih, penambah nafsu

makan dan sebagai antipiretik (Sarisetyaningtyas et a l., 2006).

Dokumen terkait