• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.7 Diagnosa Laboratorium Rabies

2.8.2 Vaksin antirabies dan strain vaksin

Sejak vaksinasi rabies pertama pada tahun 1885 oleh Louis Pasteur (Pasteur, 1885), penanganan terhadap pemberian vaksin pada manusia baik yang belum terinfeksi rabies maupun yang sudah terinfeksi rabies menjadi lebih baik (Dietzschold et al., 2003). Beberapa macam tipe vaksin yaitu: live attenuated,

inactivated (killed), DNA-based, dan vector vaccines. Untuk memproduksi vaksin

antirabies terdapat sejumlah attenuated vaccine strains yang dibuat oleh pemerintah Perancis yaitu Pasteur Virus (PV), Evelyn Rokitniki Abelseth (ERA),

Street-Alabama-Dufferin (SAD), 3aG, Fuenzalida S-51 dan S-91, Ni-Ce, SRV9, PM, Nishigahara, RC-HL, Kelev, Flury, “Shelkovo-51”, “O-73 Uz-VGNKI”,

“RV-71”, “Krasnopresnenskii-85”, dan the RV-97 strain (Steck et al., 1982; Fodor et al., 1994; Gruzdev dan Nedosekov, 2001; Ito et al., 2001b; Borisov et

al., 2002).

Pada tahun 1882 telah berhasil diisolasi strain virus Pasteur pertama kali pada sapi yang digunakan sebagai vaksin. Proses atenuasinya melalui pasase berkali-kali pada kelinci. Strain SAD diisolasi dari anjing gila di Alabama (USA) pada tahun 1935 dan diadaptasikan dengan cara ditanam pada otak tikus dan pada

baby hamster kidney cell culture. Strain ini memiliki dua turunan yaitu ERA dan Vnukovo-32. Beberapa varian strain SAD yaitu: SAD-Berne, SAD B19,

yaitu SAG1 dan SAG2. Strain vaksin yang dimiliki oleh kelompok SAD penggunaannya telah meluas di seluruh dunia. Satu dari beberapa penggunaan untuk vaksin oral anti rabies disiapkan berasal dari strain SAD-19. SAD 19 memiliki imunogenisitas yang tinggi dan aman. Strainnya telah dicoba melalui suatu eksperimen (Vos et al., 2000; Neubert et al., 2001).

Vaksin aktif yang mengandung virus rabies yang dilemahkan dengan rute pemberian melalui suntikan, sampai sekarang masih digunakan di beberapa 39tatis yang sedang berkembang untuk mencegah rabies pada hewan dan manusia. Vaksin aktif tersebut ditanam pada kultur jaringan atau pada hewan hidup, contohnya pada domba. Vaksin aktif yang lain yang dilemahkan yang penggunaan hanya terbatas pada hewan-hewan liar yang rute pemberiannya melalui oral. Beberapa strain vaksin yang digunakan untuk memproduksi vaksin oral, diantaranya adalah: SAD19 dan SAD yang lainnya. SAG1 dan SAG2 yang tidak patogen yang telah mengalami mutasi delesi, Vnukovo-32, dan strain VRG (Brochier et al., 1991; Vos et al., 2000). Strain vaksin RV-97 digunakan di Rusia untuk memproduksi vaksin oral antirabies (sinrab), strain diperoleh dari FGI (Federal Centre for Animal Health) (Vladimir, Russia) dari strain RB-71. Strainnya berasal dari dua sumber strain pada domba, turunan dari strain PV (Moscow) juga turunannya dipercaya berasal dari strain PV (Gruzdev and Nedosekov, 2001), digunakan di negara USSR untuk memproduksi vaksin antirabies. Strain RV-97 diadaptasikan pada kultur sel BHK-21 (Borisov et al., 2002). Vaksin inaktif merupakan vaksin yang berasal dari partikel virus rabies

yang masih utuh bersifat sangat imunogenik. Vaksin ini digunakan untuk imunisasi pada manusia dan hewan (Dietzschold et al., 2003).

Vaksin DNA tergantung pada jenis vektor plasmid yang dapat mengekspresikan glikoprotein virus rabies. Vaksin-vaksin tersebut sudah diuji efesiensinya pada beberapa spesies hewan (tikus, anjing dan pada primata non human). Hasil diperoleh berdasarkan penelitian dasar yang telah dilakukan pada tikus dengan pemberian dosis tunggal, paling sedikit lima suntikan dari vaksin yang berasal dari kultur jaringan (Bahloul et al., 2003).

Vektor vaksin merupakan dasar pada virus rekombinan, dan beberapa virus yang telah diuji untuk tujuan tertentu, Vaksin V-RG telah didesain pada poxvirus (vaccinia virus) ekspresi strain SAD glikoprotein dan digunakan untuk vaksin oral pada hewan liar (Wiktor et al., 1984; Brochier et al., 1990, 1991; Winkler et al., 1992; Meslin et al., 1994). Adrab.gp vaccine merupakan dasar ekspresi adenovirus strain ERA glikoprotein dan ditemukan mampu menginduksi respons imun pada anjing (Tims et al., 2000). Canine herpesvirus (CHV) yang mampu mengekspresikan glikoprotein virus rabies dan telah berhasil digunakan sebagai vaksin antirabies (Xuan et al., 1998). Raccon Poxvirus (RCNV) merupakan vektor virus vaksin rekombinan yang digunakan untuk melawan feline panleukopeni telah dikembangkan dan diuji pada kucing (Hu et al., 1997). Vaksin virus rekombinan memiliki dua glikoprotein yang identik (SPBNGA-GA) telah dibuat (Faber et al., 2002). Strain virus vaksin tergantung pada vektor yang sudah memperlihatkan kemampuan vaksin untuk melawan penyakit-penyakit akibat

virus seperti HIV tipe 1 dan hepatitis C, tetapi masih perlu mempertimbangkan sisa patogenitasnya untuk pemakaian yang lebih luas (McGettigan et al., 2003).

Pada saat sebelum penggunaan vaksin oral, satu-satunya cara yang digunakan untuk mengontrol rabies pada satwa liar adalah dengan cara mendepopulasi hewan-hewan yang berperan sebagai vektor rabies (Aubert, 1994). Saat ini untuk mengontrol kejadian rabies pada hewan liar hanya dengan menggunakan vaksin oral. Ide untuk melakukan vaksin oral pada hewan liar adalah dihubungkan dengan imunisasi aktif pada hewan liar pada abad yang lalu (Baer, 1975), tetapi sangat sulit aplikasinya karena dilihat dari bentuk vaksin, metode distribusinya, bagaimana cara mengendalikan, dan kemungkinan sisa-sisa patogenitasnya melampaui batas ambang yang dipersyaratkan. Sejak itu, uji coba dilakukan di beberapa laboratorium dan di lapangan (Wandeler et al., 1988). Kantong wadah plastik vaksin ditempelkan pada kepala ayam (Steck et al., 1982), tetapi baru-baru ini perbedaan tipe umpan vaksin modern dan perbedaan campuran tepung untuk memproduksi umpan telah dikembangkan dan diuji (Linhart et al., 1997). Vaksin strain SAD B19 adalah salah satu dari beberapa strain vaksin yang digunakan secara luas di Eropa bersama-sama dengan umpan yaitu sekitar 70 juta umpan dalam kurun waktu antara tahun 1983 dan 1988 (Vos

et al., 2000). Studi pada imunogenisitas dan efficacy pada SAD B19 vaksin virus

rabies yang dilemahkan pada serigala telah diuji coba dibawah pengawasan kondisi laboratorium (Neubert et al., 2001).

Vos et al., (1999) telah melakukan studi tentang keamanan vaksin SAD B19 pada 16 spesies hewan dengan rute yang berbeda dan memperlihatkan bahwa

sisa patogenitasnya rendah pada hewan jenis pengerat. Akan tetapi transmisi virus vaksin untuk mengontrol hewan mekanismenya belum terlalu jelas. Sejak tidak ditemukannya virus pada air liur pada enam spesies hewan telah diuji, maka dapat dikatakan bahwa vaksin tersebut aman untuk digunakan. Selanjutnya stabilitas genetik vaksin SAD B19 telah diuji lewat pasase pada jaringan syaraf anjing, serigala dan tikus dan hasilnya memperlihatkan bahwa vaksin SAD 19 tidak merusak dan bersifat stabil. Dapat disimpulkan bahwa Vaksin rabies strain SAD19 bisa digunakan untuk vaksin oral pada jenis karnivora untuk melawan rabies (Vos et al., 1999). Walaupun demikian beberapa kasus yang terjadi disebabkan oleh virus vaksin yang berasal dari vaksin virus hidup yang dilemahkan (Pastoret et al., 1999; Wandeler, 2000), dengan demikian para ilmuwan terus mengembangkan metode yang baru, khususnya keamanan strain vaksin, karena hal tersebut adalah merupakan hal yang paling penting.

Strain vaksin dua mutan diperoleh dengan langsung melalui mutagenesis dari strain SAD. SAG1 mengandung satu nukleotida yang digantikan sampai SAG2 memiliki dua nukleotida digantikan pada posisi asam amino 333 dari virus rabies glikoprotein (Follmann et al., 1996). Strain vaksinnya tidak patogen pada tikus dewasa yang diinokulasikan secara intraserebral (Flamand et al., 1993). SAG2 merupakan jenis vaksin yang diuji keamanan dan efektifitasnya untuk vaksin oral pada anjing (Fekadu et al., 1996; Masson et al., 1996; Bingham et al., 1997, 1999; Lambot et al., 2001).

Vaksinasi oral pada hewan liar telah sukses di beberapa negara seperti Austria, Kroasia, Swiss, Itali, German, Slovenia, Czech Republic, Slovakia, Israel,

USA, Canada, Belgia, Prancis, dan lain lain (Steck et al., 1982; Westerling, 1989; Gram, 1996; Separovic, 1996; Schluter, 1996; Svrcek et al., 1996; Matouch, 1996; Mutinelli, 1996; Linhart et al., 1997; Olson et al., 1999, 2000; Hostnik, 2000b; MacInnes et al., 2001). Epidemik rabies pada siklus hewan-hewan silvatik dari tahun 1988 sampai dengan 1989 sukses dalam eradikasi rabies dengan menggunakan vaksin oral di Finlandia pada anjing-anjing liar, demikian juga digunakan dibeberapa negara di Rusia (Nyberg et al., 1992).

Dokumen terkait