• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

F. Validitas dan Realibilitas

Untuk menjamin derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, pada penelitian ini digunakan triangulasi sumber dan metode.

1. Triangulasi metode yaitu dengan cara membandingkan metode pengumpulan data yaitu hasil wawancara mendalam (Indepth Interview) dengan fakta di lapangan melalui hasil observasi.

2. Triangulasi sumber data, menggali kebenaran informan tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang diteliti (Darmawati, 2016).

47 BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Puskesmas Mamajang a. Sejarah Puskesmas Mamajang

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Mamajang, Kota Makassar.

Puskesmas Mamajang adalah salah satu Puskesmas yang berada dalam wilayah Pemerintahan Kecamatan Mamajang Kota Makassar. Didirikan oleh Pemerintah Kota Makassar pada tahun 1958 yang berkedudukan di Jalan Cendrawasih No. 370 dengan nama HC (Health Center) Cendrawasih. Pada tahun 1969 Puskesmas Mamajang mengalami penambahann fasilitas rawat nginap khusus persalinan yang diberi nama Rumah Sakit Pembantu (RSP) Baji Minasa yang berkedudukan di Jalan Baji Minasa No. 10 Makassar kecamatan Mariso. Kemudian pada tahun 1980 dilakukan pertukaran tempat kedudukan dimana pelayanan rawat nginap persalinan dipindahkan ke gedung pelayanan rawat jalan dan pelayanan rawat jalan dipindahkan ke Jalan Baji Minasa, dengan alasan bahwa pelayanan rawat nginap persalinan lebih sesuai di Jalan Cendrawasih karena tanah dan bangunannya lebih luas dan secara ekonomis lebih menguntungkan karena lokasinya yang strategis.

Lokasi wilayah kerja Puskesmas Mamajang berada pada Kecamatan Mamajang yang terletak di Jalan Baji Minasa No. 10 Makassar.

Kecamatan Mamajang terdiri dari 13 Kelurahan dan membawahi 2 Puskesmas yaitu Puskesmas Mamajang dan Puskesmas Cendrawasih.

Adapun wilayah kerja Puskesmas Mamajang mencakup 6 Kelurahan yaitu:

1) Kelurahan Mamajang Luar 2) Kelurahan Bonto Biraeng 3) Kelurahan Labuang Baji 4) Kelurahan Mamajang Dalam 5) Kelurahan Mandala

6) Kelurahan Maricaya Selatan

Dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayanan kesehatan yang optimal maka Puskesmas Mamajang dibantu dengan 1 Puskesmas Pembantu (PUSTU) yaitu Puskesmas Pembantu Maricaya Selatan yang terletak di Jl. Lanto Dg. Pasewang. Luas wilayah kesrja Puskesmas Mamajang 2.712 km² dengan 21 RW dan 4.486 RT berada dibagian barat daya Kota Makassar dimana berbatasan dengan:

1) Sebelah Utara dengan Kecamatan Ujung Pandang 2) Sebelah Timur dengan Kecamatan Panakukang

3) Sebelah Selatan dengan Wilayah Puskesmas Cendrawasih 4) Sebelah Barat dengan Kecamatan Mariso

b. Keadaan Demografi

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Tahun 2017 penduduk wilayah Puskesmas Mamajang sebanyak 21.264 jiwa, yang terdiri dari 11.057 jiwa laki-laki dan 10.207 jiwa perempuan dengan rasio jenis kelamin 108,33%

yang artinya jumlah penduduk laki-laki di wilayah kerja Puskesmas Mamajang lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan.

Komposisi penduduk wilayah kerja Puskesmas Mamajang menurut kelompok umur menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda (0-14 tahun) sebesar 24,0%, yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 72,85% dan yag berusia tua (>65 tahun) sebesar 3,54%. Dengan demikian

penduduk wilayah kerja Puskesmas Mamajang yang terbanyak berada pada usia produktif dan yang paling sedikit yang berusia tua.

Penyebaran dan kepadatan penduduk tidak merata di masing-masing kelurahan. Disebabkan oleh jumlah penduduk yang tidak sebanding denganluas wilayah kelurahan. Hal ini menyebabkan masalah kesehatan seperti sanitasi perumahan, kebersihan lingkungan, status gizi, dan status kesehatan masyarakat yang belum mencapai seratus persen.

c. Tingkat pendidikan

Derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan karena pendidikan bisa berpengaruh terhadap perilaku kesehatan seseorang.pengetahuan yang dimiliki seorang yang berpendidikan mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Angka buta huruf berkorelasi dengan angka kemiskinan, sebab penduduk yang tidak bisa membaca secara tidak langsung mendekatkan mereka pada kebodohan, sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan mereka pada kemiskinan.

Pada tahun 2017, jumlah PAUD di wilayah kerja Puskesmas Mamajang ada 4, TK sejumlah 5 sekolah, pada tingkat SD baik negri maupun swasta sebanyak 13 sekolah, untuk tingkat SMP yang ada sebanyak 4 sekolah, untuk tingkat SMA juga sebanyak 3 sekolah da nada terdapat sekolah Luar Biasa (SLB) yaitu 1 sekolah.

d. Tingkat Ekonomi

Salah satu aspek yang dapat digunakan sebagai indicator keberhasilan pembangunan adalah keadaan ekonomi. Kondisi perekonomian berkaitan dengan tingkat inflasi, semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat mendorong kemajuan di semua sektor, baik fisik maupun mental sehingga bisa mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Berdasarkan sumber data BPS Kota Makassar untuk wilayah kerja Puskesmas Mamajang terdapat 1 mall, kelompok pertokoan sebanyak 5, pasar tradisional sebanyak 2 dan SPBU sebanyak 1. Untuk usaha hotel sebanyak 3 hotel dan akomodasi lainnya serta restoran, rumah makan dan warung makan/kedai makan/minum serta usaha-usaha kecil lainnya.

e. Sumber Daya di Puskesmas Mamajang

Di wilayah kerja Puskesmas Mamajang terdapat berbagai pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga masyarakat dan swasta seperti praktik dokter umum, praktik dokter gigi, praktik bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat.

Puskesmas Mamajang sebagai Puskesmas Rawat Inap di Wilayah Kerja Puskesmas terdapat pula berbagai bentuk upaya kesehatan dan bersumber daya masyarakat seperti Posyandu, Poskesdes, Polindes, dan Posbindu.

Kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan di Puskesmas Mamajang menentukan kualitas pemberian pelayanan kesehatan pada masyarakat.

Dalam hal ini menyangkut jumlah, tingkat pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti oleh setiap petugas kesehatan. Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi Puskesmas di sesuaikan dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing unit Puskesmas.

Tabel 4.1

Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Mamajang Tahun 2017

No. Jenis Tenaga Jumlah

1. Dokter Umum 3

2. Dokter Gigi 2

3. Dokter Spesialis Obgyn 1

4. Apoteker 1

5. Asisten Apoteker 1

6. Perawat 12

7. Bidan 8

8. Analis Kesehatan 2

9. Sanitarian 2

10. Nutrisionis 2

11. Perawat Gigi 2

12. Tenaga Kesehatan Masyarakat 2

13. Tenaga Sukarela 12

JUMLAH 50

Sumber: Profil Puskesmas Mamajang Tahun 2017

Berdasarkan standar Ketenagaan Permenkes No. 75 tahun 2014 Puskesmas Mamajang sebagai Puskesmas rawat inap masih kekurangan tenaga promkes sebanyak 1 orang dan tenaga rekam medis sebanyak 1 orang.

Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yng menjadi tanggung jawab puskesmas maka perlu ditunjang dengan tersedianya pembiayaan yang cukup. Sumber pembiayaan puskesmas bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Makassar, APBD Propinsi dan Anggaran Pendpatan Belanja Negara (APBN).

f. Visi dan Misi Puskesmas Mamajang 1) Visi

Dalam menetapkan Visinya, Puskesmas Mamajang Tamalate berpedoman dan memperhatikan Visi Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia yaitu “Masyarakat Sehat Mandiri, dan Berkeadilan” serta Visi Dinas Kesehatan Kota Makassar yaitu

“Makassar Sehat Menuju Kota Dunia” dengan mengacu pada kedua Visi tersebut, maka Visi Puskesmas Mamajang adalah “ Mewujudkan Puskesmas Mamajang Sebagai Puskesmas Terdepan Dalam Peleyanan Kesehatan Menuju Kecamatan Sehat”.

2) Misi

Demi terwujudnya masyarakat Mamajang hidup sehat yang merupakan bagian tercapaiannya Makassar Sehat Menuju Kota Dunia harus ditunjang Misi Puskesmas yang dapat diukur serta terpisahkan dasi Visi Puskesmas. Berdasarkan hal tersebut, Puskesmas Mamajang mempunyai Misi sebagai berikut:

a) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat Kecamatan Mamajang tentang penanganan masalah kesehatan

b) Memberikan pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan.

c) Meningkatkan sumber daya manusia dan fasilitas kesehatan yang ada demi mendukung pelayanan kesehatan pada masyarakat.

3) Motto Puskesmas Mamajang

“Cekatan, Amanah, Kreatif, Akurat, dan Profesional”.

Ada beberapa masalah kesehatan yang terjadi di Puskesmas Mamajang Kota Makkassar. Berikut gambaran 10 penyakit tertinggi di

wilayah kerja Puskesmas Mamajang tahun 2017 disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.2

10 Penyakit Tertinggi di Puskesmas Mamajang Tahun 2017

No Jenis Penyakit Jumlah

1 ISPA 4759

2 Hypertensi 2717

3 Penyakit Otot 1790

4 Kulit Alergi 1233

5 Diabetes Mellitus 1043

6 Penyakit Kulit Infeksi 718

7 Gastritis 651

8 Dyspepsia 576

9 Persistensi 422

10 Faringitis 288

Sumber: Profil Puskesmas Mamajang 2017

2. RSKD. Siti Fatimah Makassar a. Sejarah RSKD. Siti Fatimah Makassar

RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah adalah Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Rumah Sakit ini adalah rumah sakit negeri kelas B. Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. Rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten.

Pada tanggal 4 Februari 2002 berubah dari Rumah Sakit Bersalin Siti Fatimah menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak Siti Fatimah, sesuai surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No. 12. Tahun. 2002. Pada tanggal 01 Februari 2005 terakreditasi 5 pelayanan sesuai dengan DEPKES RI Nomor : HK.00.06.3.5.322. Tanggal 27 maret 2008 RSIA Siti Fatimah

telah terakreditasi 12 Pelayanan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : SK.YM.01.10/III/972/2008. Tanggal 19 Juli 2008 telah menjadi tipe B khusus sesuai surat Nomor 775/Menkes/SK/VII/2008.

Tanggal 6 juli 2011 berubah menjadi Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah sesuai dengan PERDA provinsi Sulawesi Selatan Nomor 6 Tahun 2011. Pada tanggal 26 Januari 2012 terakreditasi 16 pelayanan dengan status lulus tingkat lengkap.

Luas tanah 2.381 M2 dengan luas bangunan 1.808 M2, di Jl. Gunung Merapi No. 75 Kelurahan Lajangiru Kecamatan Ujung Pandang Kota Makassar.

b. Visi dan Misi RSKD. Siti Fatimah Makassar 1) Visi

“Sustainable Center Of Excellence untuk Indonesia Bagian Timur”

2) Misi

a) Mengutamakan Patient Safety

b) Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang professional dan mampu memberikan pelayanan prima menuju kemandirian c) Meningkatkan sistem manajemen dan klinis yang terkemuka

dan handal.

d) Meningkatkan dan meningkatkan informasi dan teknologi terkini.

e) Pengembangan infrastruktur Rumah Sakit berbasis Go Green f) Mempertahankan dan meningkatkan Continuitas Quality

Rumah Sakit.

c. Tugas Pokok dan Fungsi 1) Tugas Pokok

a) Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilakukan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.

b) Melaksanakan pelayanan bermutu sesuai standar pelayanan Rumah Sakit.

c) Melaksanakan pembinaan kepada unit pelayanan kesehatan dasar disekitarnya.

2) Fungsi Pelayanan Medis

a) Pelayanan penunjang medis dan non medis.

b) Pelaksanaan upaya pencegahan akibat penyakit dan pemulihan kesehatan.

c) Pelayanan dan asuhan keperawatan.

d) Pelayanan rujukan.

e) Pendidikan dan pelatihan.

f) Penelitian dan pengembangan.

g) Pelayanan administrasi umum dan pelayanan B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Mamajang dan RSKD. Siti Fatimah Kota Makassar. Penelitian ini dimulai pada tanggal 18 Oktober 2018. Informasi yang diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan pedoman wawancara dan observasi yang dibuat dalam bentuk matriks.

Tabel 4.3

Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan, dan Status Pekerjaan

Tahun 2018 1. Karakteristik Informan

No. Infor man

Jenis Informan

Jenis Kelamin

Umur Pendidikan Terakhir

Status Pekerjaan 1. IA Kunci Perempuan 57 S2 Kesehatan Kepala Puskesmas 2. UY Utama Perempuan 49 D3 Kebidanan Pelaksana Bidan

3. AM Utama Perempuan 54 Sekolah

Pengatur Rawat

perawat

4. RN Utama Perempuan 34 D IV Kebidanan Bidan Pelaksana Lanjutan

5. IW Kunci Perempuan 54 Konsultan Obgyn

Ketua Komite Medik 6. WR Utama Perempuan 34 S2 Kesmas Staff BPJS

7. HS Utama Perempuan 50 D IV Kebidanan Penanggung Jawab Ruangan

8. AD Utama Laki-Laki 29 S1 Keperawatan Perawat

9. IE Pendukung Perempuan 24 SMA Pasien/IRT

Sumber: Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 4.3 informan pada penelitian ini berjumlah 9 orang yang terdiri dari 8 perempuan dan 1 laki-laki. Pendidikan terakhir informan berbeda-beda mulai dari SMA, Sekolah Pengatur Rawat, D3 Kebidanan, D IV Kebidanan, S1 keperawatan, sampai dengan S2 Kesehatan. Informan dipilih berdasarkan kriteria penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu pemilihan informan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan peneliti seperti Kepala Puskesmas dan petugas kesehatan yang terlibat dalam Tim PONED, Tim PONEK, dan Tim dari pihak BPJS. Informan juga menggunakan Pasien sebagai informan pendukung serta mereka bersedia diwawancarai sampai selesai.

2. Hasil Analisis Data

Hasil analisis data ini menggambarkan tentang keseluruhan dari informasi yang diperoleh selama proses penelitian dilakukan, hasil yang terbentuk disusun berdasarkan tujuan penelitian ditambah dengan informasi-informasi yang menjadi temuan peneliti selama proses penelitian. Kegiatan yang dilaksanakan dalam upaya menganalisis Implementasi Kebijakan BPJS Pada Pasien Rujukan PONED di Puskesmas Mamajang dan Pasien Rujukan PONEK di RSKD. Siti Fatimah Makassar. Adapun hasil penelitian diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam, dan telaah dokumen sebagai berikut:

a. Hasil Analisis Data Puskesmas 1) Kesiapan Sarana dan Prasarana

a) Ketersediaan alat-alat kesehatan sebagai pendukung program PONED

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, didapatkan informasi bahwa Semua informan menyatakan bahwa ketersediaan alat-alat PONED yang ada di puskesmas semuanya lengkap. Sebagaimana diungkapkan informan sebagai berikut:

“Alat-alat PONED nya disini ada, lengkap, misalnya itu monitor, tempat tidur untuk bersalin, stetoskop dan masih ada beberapa lagi di rak penyimpanan”(IA, 57 th).

“Disini sudah tersedia alat-alat PONED nya”(RN, 34 th).

b) Kriteria khusus sebuah puskesmas dikatakan sebagai puskesmas PONED

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, Sebagian informan menyatakan bahwa kriteria puskesmas dikatakan sebagai puskesmas PONED yaitu dari segi SDM nya harus sudah mengikuti

pelatihan PONED. Namun sebagian informan juga menyatakan bahwa kelengkapan sarana dan prasarana juga harus memenuhi sebagai puskesmas mampu PONED. Sebagaimana diungkapkan informan sebagai berikut:

“Kalau kriteria sebagai puskesmas PONED itu menurut saya pribadi yaitu sarana dan prasarananya harus lengkap semua, alat-alat PONED nya juga harus ada.terus untuk SDM nya juga harus yang sudah mengikuti pelatihan”(IA, 57 th).

“Kalau dilihat dari segi sarana dan prasarananya puskesmas yang dikatakan sebagai puskesmas PONED itu yang pastinya sarana dan prasarananya lengkap, mulai dari ambulance, alat-alat kesehatannya, terus juga tenaga kesehatannya harus terlebih dahulu pernah mengikuti pelatihan PONED”(RN, 34 th).

2) Sumber Daya Manusia

a) Ketersediaan tenaga terlatih

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, Semua informan menyatakan bahwa tenaga SDM sudah memadai walaupun sebagian dari mereka masih ada yang belum mengikuti pelatihan. Sebagaimana diungkapkan informan sebagai berikut:

“Tenaga SDM di puskesmas ini sudah ada beberapa yang pernah mengikuti pelatihan PONED, walaupun belum semuanya. Tapi kami tetap memberikan pelayanan yang terbaik buat pasien”(UY, 49 th).

“Kalau ketersediaan tenaga SDM nya kita disini ada beberapa tim yang memang sudah pernah mengikuti pelatihan PONED. Cuman memang masih ada beberapa dari kami yang belum mengikuti pelatihan”(RN, 34 th).

b) Jadwal pelatihan PONED

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, Semua informan menyatakan bahwa pelatihan PONED sudah dilakukan beberapa kali dan

dilakukan secara berjenjang. Sebagaimana diungkapkan informan sebagai berikut:

“Kalau pelatihan PONED disini, sudah beberapa kali dilakukan pelatihan, terus disini juga sudah ada 2 gelombang yang pernah mengikuti pelatihan”(IA, 57 th).

“Kalau pelatihan PONED nya itu sudah beberapa kali dilakukan, karena saya pelatihan itu tahun 2015, dan bidan-bidan yang lainnya ada yang pelatihan tahun 2013 dan 2014”(RN, 34 th).

c) Kemampuan petugas dalam menangani kasus kegawatdaruratan Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, semua informan menyatakan bahwa Kemampuan petugas kesehatan di puskesmas sudah terampil dan sudah pasti bisa menangani pasien dengan baik.

Sebagaimana diungkapkan oleh informan sebagai berikut:

“Alhamdulillah kemampuan mereka bisa dikatakan baik, terbukti dengan tidak ada pernah pasien yang komplain atau mengeluh sama pelayanan kita di sini” (IA, 57 th).

“Kan namanya tenaga terlatih, ya pasti mereka sudah bisa menangani pasien” (AM, 54 th).

Sama halnya yang dikatakan oleh informan kunci bahwa Penanganan yang ada di puskesmas cepat, bidan dan perawatnya cepat dalam menangani pasien. Sebagaimana diungkapkan informan sebagai berikut:

“Disana itu mereka cepat tangani saya waktu datang kesana, bidan sama perawatnya juga selalu cek keadaan saya bagaimana”

(IE, 24 th).

d) Kesiapan tim PONED dalam menangani pasien

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, Semua informan menyatakan bahwa bidan dan perawat tetap stay di puskesmas sedangakan untuk tenaga dokternya tidak tinggal 24 jam di puskesmas

melainkan memakai sistem on call. Sebagaimana diungkapkan informan sebagai berikut:

“Kalau bidan sama perawatnya itu biasanya stay 24 jam disini, kan mereka sudah ada pembagian jadwalnya jadi mereka ada yang shift pagi, siang, malam. Tapi untuk dokternya kami disini pakai sistem on call. Jadi begitu ada pasien yang datang, kita langsung hubungi dokternya, setelah itu dokternya datang kesini terus pasiennya diperiksa kalau memang membutuhkan rujukan ya kita rujuk, tapi kalau dari puskesmasnya masih sanggup, kita tangani sendiri”(IA, 57 th).

“Kalau disini itu pakai sistem on call ke dokternya. Tapi kalau bidan sama perawatnya ini kan pelayanan 24 jam, jadi pelayanannya siap 24 jam”(AM, 54 th).

Menurut semua informan, sistem On Call yang diterapkan oleh pihak puskesmas cukup efektif dalam penanganan jika terdapat pasien yang memerlukan penangan dimana dokternya tidak sedang berada di puskesmas. Sebagaimana diungkapkan informan sebagai berikut:

“Ya kalau kita disini selama ini melihatnya efektif-efektif saja, karena kan dokternya juga rumahnya dekat-dekat sini, jadi begitu ditelfon, mereka langsung ke puskesmas buat tangani pasien”(IA, 57 th).

“Efektif, karena kan ada salah satu dari mereka yang tetap stay disini, tinggal dokternya yang kita telfon, kalau bidan dan perawatnya tetap stay disini”(UY, 49 th).

3) Alur pelayanan kesehatan

a) Alur pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas Mamajang

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, didapatkan informasi bahwa Semua informan menyatakan bahwa pasien yang datang berobat di puskesmas terlebih dahulu mendaftar dibagian BPJS, nanti dari BPJS diarahkan ke poliklinik tempat pasien akan ditagani.

Sebagaimana diungkapkan informan sebagai berikut:

“Pasien datang, terus daftar ke loket atau kebagian BPJS yang ada di puskesmas kalau memang pasiennya dari pasien BPJS. Terus setelah mendaftar, kita arahkan pasiennya ke poli yang dituju, kalau misalnya pasiennya pasien yang mau melahirkan kita arahkan ke ruang bersalin” (IA, 57 th).

“Ya kalau masuk, harus mendaftar dulu di loket, setelah mendaftar diloket baru masuk ke kamar bersalin”(UY, 49 th).

Sama halnya yang dikatakan oleh informan kunci tersebut bahwa sebelum melakukan penanganan, pasien atau keluarga pasien diarahkan terlebih dahulu ke bagian BPJS untuk melengkapi berkas terlebih dahulu.

Sebagaimana yang dikatakan oleh informan sebagai berikut:

“Waktu saya ke puskesmas saya hanya bawa KTP, KK, sama kartu KIS. Terus sebelum diperiksa, kakak saya disuruh daftar dulu dibagian BPJS. Sesudah itu baru ditangani oleh perawat sama bidan disana” (IE, 24 th).

b) Ketentuan khusus oleh pihak pemberi pelayanan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, didapatkan informasi bahwa Semua informan menyatakan bahwa tidak ada ketentuan khusus yang harus dipenuhi, jika pasien sudah mendaftar di bagian BPJS, pasien akan langsung ditangani. Sebagaimana diungkapkan informan sebagai berikut:

“Kalau untuk ketentuan-ketentuan khusus sih tidak ada ya, pokoknya kalau pasiennya sudah mendaftar di loket ya, langsung kita tangani segera apalagi kalau pasiennya pasien yang mau melahirkan pasti harus segera ditangani”(IA, 57 th).

“Kalau ketentuan khusus yang seperti adek katakan sih, tidak ada ya. karena kalau pasiennya sudah datang, langsung kita tangani”(RN, 34 th).

4) Mekanisme sistem rujukan

a) Mekanisme sistem rujukan dari Puskesmas Mamajang ke RSKD Siti Fatimah

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, didapatkan informasi bahwa Semua informan mengatakan jika semua pasien yang datang ke puskesmas dengan keluhan tertentu, akan ditangani sesuai dengan kemampuan petugas dan akan dirujuk jika kondisi pasien tidak memungkinkan untuk ditangani di puskesmas. Namun sebelum pasien dirujuk, tetap dilakukan tindakan awal terlebih dahulu. Sebagaimana diungkapkan informan sebagai berikut:

“Kalau ditanya soal mekanisme rujukan dari sini, kan kalau masuk pasien, konsultasi dulu dengan dokter, kalau dokter menganjurkan merujuk, kalau iya dokter setuju untuk merujuk biasa pasien ditanya dulu pasien mau kerumah sakit mana kalau pasiennya termasuk pasien yang bukan BPJS. Tapi kalau dia pasien BPJS, kita sesuaikan lagi dengan rumah sakit yang melayani pasien BPJS” (AM, 54 th).

b) Kasus yang sering menjadi rujukan di Puskesmas Mamajang

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, didapatkan informasi bahwa Sebagian informan menyatakan bahwa kasus yang sering menjadi kasus rujukan yaitu pendarahan, eklamsi, ketuban pecah dini, dan abortus. Namun ada juga yang menyatakan bahwa kasus preeklamsi, eklamsi partus dengan kala 2 memanjang dan BBLR juga sering menjadi kasus rujukan. Sebagaimana diungkapkan informan sebagai berikut:

“Kalau kasus yang sering menjadi rujukan di puskesmas ini biasanya itu kasus pendarahan, eklamsi, terus juga preeklamsi juga sering ada, ketuban pecah dini, itu yang sering kita rujuk sih”(IA, 57 th).

“ Biasanya pasien pendarahan, BBLR juga dirujuk”(RN, 34 th).

Sama halnya yang dikatakan oleh informan kunci tersebut bahwa apabila terdapat sebuah kondisi yang gawat darurat terus pihak dari puskesmas tidak mampu menangani kasus tersebut, maka dianjurkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit. Sebagaimana yang dikatakan informan sebagai berikut:

“Yang saya dengar sih katanya anak saya itu besar jadi harus dibawa kerumah sakit cepat” (IE, 24 th).

c) Klasifikasi kasus yang dapat ditangani

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, didapatkan informasi bahwa semua informan menyatakan bahwa klasifikasi jenis kasus yang dapat ditangani oleh pihak puskesmas adalah kasus melahirkan normal dan jika terdapat pasien dengan kondisi yang cukup serius, akan dirujuk ke rumah sakit. Sebagaimana diungkapkan informan sebagai berikut:

“Kalau bicara kasus yang bisa kita tangani disini biasanya itu kasus melahirkan normal biasa. Karena kalau pasien setelah kita periksa ternyata pasiennya memiliki resiko berbahaya pada saat melahirkan terus keadaan itu tidak bisa kita tangani, misalnya

“Kalau bicara kasus yang bisa kita tangani disini biasanya itu kasus melahirkan normal biasa. Karena kalau pasien setelah kita periksa ternyata pasiennya memiliki resiko berbahaya pada saat melahirkan terus keadaan itu tidak bisa kita tangani, misalnya

Dokumen terkait