• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

C. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Dependen

Dalam penelitian ini penulis menetapkan kinerja pegawai (Y) sebagai variabel terikat atau dependen. Kinerja pegawai dalam penelitian ini merupakan hasil kerja Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta.

Menurut Mangkunegara (2005) indikator kinerja adalah sebagai berikut :

a. Kualitas kerja

Menunjukkan kerapihan, ketelitian, dan ketepatan hasil kerja dari Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta.

b. Kuantitas kerja

Menunjukkan banyaknya jumlah jenis pekerjaan yang dilakukan yang dilakukan Pegawai Negeri Sipil Yogyakarta agar terlaksana sesuai dengan tujuan perusahaan.

c. Tanggung jawab

Besarnya tanggung jawab Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta dalam menerima dan melaksanakan pekerjaannya, mempertanggungjawabkan hasil kerja serta sarana dan prasarana yang digunakan.

Partisipasi dan komunikasi yang dilakukan antar Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta secara vertikal dan horizontal, baik di dalam maupun di luar pekerjaan.

e. Inisiatif

Inisiatif dari dalam diri pegawai negeri Kota Yogyakarta untuk melakukan pekerjaan serta mengatasi masalah dalam pekerjaan tanpa menunggu perintah.

2. Variabel Bebas/Independen

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah: a. Evaluasi Pelatihan (X1)

Dalam penelitian ini evaluasi pelatihan sebagai proses untuk mengetahui seberapa efektif program pelatihan pelayanan prima, diklat barang dan jasa, pelatihan komputer dan diklat Bahasa Inggris yang dilaksanakan untuk meningkatkan kinerja Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta.

Menurut Kirkpatrick (1994) mengungkapkan bahwa ada 4 indikator evaluasi pelatihan :

1. Reaction (Reaksi)

Hal ini mengukur sejauh mana reaksi Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta terhadap pelatihan yang dijalaninya, melihat dan merasakan apa saja yang diterima saat pelatihan.

Mengukur seberapa jauh Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta menguasai materi pelatihan yang diberikan.

3. Behaviour (Perilaku)

Hal ini mengukur perilaku Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta sebelum dan sesudah melakukan pelatihan.

4. Result (Hasil)

Menguji dampak pelatihan terhadap kelompok kerja Pegawai Negeri Sipil Yogyakarta atau organisasi secara keseluruhan. b. Pengembangan Karir (X2)

Pengembangan karir adalah kegiatan usaha pribadi pegawai yang ditujukan untuk menuju rencana kariernya melalui pendidikan, pelatihan, pencarian dan perolehan kerja, serta pengalaman kerja untuk merencanakan jenjang karir Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta agar mendorong kinerja yang lebih baik dan optimal.

Menurut Veitzal Riva’i (2003) indikator pengembangan karir adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan karier

Membantu Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta dalam menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan karier internal mereka sendiri.

Pengisian posisi jabatan / karier Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta yang disediakan oleh organisasi.

3. Dukungan perusahaan dalam bentuk materil

Organisasi memberikan umpan balik berupa fasilitas-fasilitas kerja yang mendukung dalam jabatan Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta.

4. Pelatihan

Meningkatkan kemampuan atau keterampilan Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta dalam bidang operasional.

5. Perlakuan yang adil dalam berkarier

Memberikan kesempatan berkarier kepada semua Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta untuk mengembangkan dirinya. 6. Informasi karier

Memberikan informasi kebutuhan karier yang dibutuhkan Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta.

7. Promosi

Memberikan pengakuan, jabatan, dan imbalan jasa yang semakin besar kepada Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta yang berprestasi tinggi.

8. Mutasi

Memindahkan dan menempatkan karyawan dalam jabatannya didasarkan pada prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta.

9. Penempatan pegawai pada pekerjaan yang tepat

Penempatan Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta sesuai dengan keahlian dan kemampuan yang dimilikinya.

10.Pengembangan tenaga kerja

Program pendidikan dan pelatihan untuk Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta untuk meningkatkan potensi dalam dirinya. D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil di Kota Yogyakarta yang berjumlah 145 orang

2. Sampel

Sampel penelitian ini berjumlah 90 orang Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta. Metode pengambilan sampel teknik Purposive Sampling mengambil sample secara sengaja/terencana dengan Nonprobability Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Penentuan jumlah sampel ini yaitu dengan menjadikan populasi sebagai sampel (penelitian populasi), dikarenakan populasi penelitian kurang dari 100, seperti pendapat yang disampaikan Arikunto (2010), jikan populasi kurang dari 100 akan lebih basic jika sampel diambil secara keseluruhan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kuesioner. Pertanyaan mencangkup variabel evaluasi pelatihan, pengembangan karir dan kinerja karyawan. Selain kuesioner digunakan juga dokumentasi untuk mendapatkan data tentang sarana prasarana, data hasil evaluasi pelatihan sebelumnya, data laporan hasil capaian kinerja Pegawai Negeri Sipil tahun 2013-2014, dan prasurvey.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, skala yang digunakan adalah skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur pendapat orang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Penulis memilih modifikasi skala likert ini dikarenakan untuk menghindari jawaban yang bias. Berikut ini adalah skor dari empat pilihan jawaban yang digunakan :

1. Skor 4 untuk jawaban sangat setuju (SS) 2. Skor 3 untuk jawaban setuju (S)

3. Skor 2 untuk jawaban tidak setuju (TS)

4. Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS)

Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan 29 pertanyaan yang memiliki unsur dari ketiga variabel, yang terdiri dari 13 pertanyaan tentang variabel pelatihan, 11 pertanyaan untuk variabel pengembangan karir dan 5 pertanyaan berkaitan dengan variabel kinerja.

Penelitian ini mengadopsi instrument pengukuran yang telah dikembangkan dan diuji validitas dan reliabilitasnya oleh para peneliti sebelumnya. Kuesioner variable evaluasi pelatihan menggunakan kuesioner dari Ugoji dengan contoh pernyataan ‘Materi pelatihan yang digunakan mudah untuk dipahami’. Kuesioner variable Pengembangan Karir menggambil dari WorldatWork, April 2013. Contoh pernyataannya ‘Saya mempunyai perencanaan pengembangan karir saya sendiri’. Kuesioner variable Kinerja menggunakan kuesioner dari Chishti et al 2010. Contoh pernyataannya ‘Anda dapat diandalkan dan hadir tepat waktu’. Kisi-kisi dari pertanyaannya adalah :

Tabel.3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

No Variabel Indikator Item

1 Kinerja Kualitas Kerja Kuantitas kerja 1 2 Tanggung jawab 3 Kerjasama Inisiatif (Mangkunegara,2005) 4 5 2 Evaluasi Pelatihan Reaksi 1, 2, 3, 4 Learning 5, 6, 7, 8 Behaviour 8, 9, 10, 11 Result 12, 13 (Kirkpatrick, 1994) 3 Pengembangan Karir Kebutuhan karier

Dukungan perusahaan dalam bentuk moril

Dukungan perusahaan dalam bentuk materil

Pelatihan

Perlakuan yang adil dalam

1 7

11

10 4

G. Uji Coba Instrumen

Agar data yang diperoleh dengan kuesioner dapat valid dan reliable maka perlu dilakukan uji validitas dan reabilitas kuesioner terhadap butir-butir pertanyaan sehingga data itu dapat layak digunakan untuk pengumpulan data atau tidak. Uji coba instrumen dilakukan dengan menguji item-item pernyataan kepada 55 responden.

1. Uji Validitas

Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2011). Validitas dalam penelitian menyatakan derajat ketepatan alat ukur penelitian terhadap isi atau arti sebenarnya yang diukur.

Analisis instrumen dalam penelitian ini menggunakan CFA. CFA (Confirmatory Factor Analysis) adalah analisis faktor untuk menguji unidimensionalitas, validitas, dan reabilitas model pengukuran konstruk yang tidak dapat diobservasi langsung. Tujuan CFA adalah untuk

berkarier

Informasi karier Promosi

Mutasi

Penempatan karyawan pada pekerjaan yang tepat

Pengembangan tenaga kerja (Veitzal Rivai, 2003:209) 3, 8 9 6 2 5

mengidentifikasi apakah indikator merupakan konstruk dari variabel penelitian yang ada atau dengan kata lain indikator-indikator tersebut merupakan kesatuan atau unidimensionalitas. Uji CFA dilakukan pada masing-masing variabel. Indikator dikatakan merupakan bagian dari variabel apabila mempunyai nilai signifikansi < 0,05.

Tinggi rendahnya validitas suatu instrumen kuesioner dapat diukur melalui faktor loading dengan bantuan SPSS 20.00 for Windows. Faktor loading adalah korelasi item-item pernyataan dengan konstruk yang diukurnya. Jika nilai faktor loading lebih besar atau sama dengan 0,5 (≥0,5) maka indikator yang dimaksud valid dan berarti bahwa indikator tersebut signifikan dalam mengukur suatu konstruk.

Untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel digunakan Uji Bartlett Test of Spericity. Jika hasilnya signifikan ≥ 0,5 berarti matrik korelasi memiliki korelasi signifikan dengan sejumlah variabel. Uji validitas penelitian ini meliputi convergent validity dan divergent validity. a. Convergent Validity

Convergent validity diukur berdasarkan nilai faktor loading dan AVE. Convergent validity digunakan untuk mengecek nilai loading item pernyataan untuk masing-masing konstruk. Nilai convergent validity diterima jika nilai AVE diatas 0.5. Hasil faktor loading dari ketiga variabel ini dapat ditunjukkan dalam lampiran.

Dalam penelitian ini terdapat 2 item pernyataan yang dinyatakan tidak valid yaitu item evaluasi pelatihan 5 (learning) dan pengembangan

karier 8 (informasi karier) dikarenakan nilai faktor loading kurang dari 0,5. Sehingga 27 item pernyataan yang dinyatakan valid yang akan dianalisis lebih lanjut.

Tabel 4. Mean, Standard Deviation (SD), AVE, Cronbach`s value and

Correlations

No Variabel Mean SD AVE 1 2 3

1. Evaluasi Pelatihan 39,31 3,59 0,746 0,939 2. Lingkungan Kerja 33,42 4,99 0,827 0,245** 0,966 3. Kinerja Pegawai 16,60 2,43 0,763 0,515** 0,587** 0,839

Sumber: Data diolah tahun 2015 *Korelasi signifikan pada level 0.05.

**Korelasi signifikan pada level 0.01. Nilai Cronbach` s Alpha pada angka bercetak tebal.

b. Divergent validity

Divergent validity diukur berdasarkan correlation matrix dan discriminant validity. Correlation matrix menggunakan teknik Korelasi Pearson Product Moment yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih. Koefisien korelasi (0,00 - 1,99 = sangat rendah, 0,200 - 0,399 = rendah, 0,400 – 0,599 = sedang, 0,600 – 0,799 = kuat, 0,800 – 1,000 = sangat kuat) merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuat hubungan antar variabel tersebut. Dari tabel 4 dapat disimpulkan kinerja sebagai variabel dependen berpengaruh positif dan signifikan terhadap evaluasi pelatihan (0.515**, **p<0.01, sedang). Begitu pula kepuasan kerja berhubungan positif dan signifikan terhadap karakteristik pekerjaan(0.587**, **p<0.01, rendah). Discriminant validity meliputi nilai korelasi dan reliabilitas diantara dua konstruk yang digunakan untuk menaksir konstruk mana yang saling tumpah tindih. Nilai

discriminant validity harus kurang dari 0.85 (Campell dan Fiske, 1959). Nilai discriminant ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 5. Average Variance Extracted, Square Correlation and Discriminant Validity

Variabel 1 2 3

1. Kecerdasan Emosional 0,746 0,060 0,266

2. Karakteristik Pekerjaan 0,257 0,827 0,345

3. Kepuasan Kerja 0,581 0,652 0,763

Sumber: Data diolah tahun 2015

Nilai AVE ditunjukkan pada angka bercetak tebal

Discriminant validity ditunjukkan pada sisi kiri nilai AVE

2. Uji Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah sejalan atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2011). Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang sejalan. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang jika dicobakan secara berulang-ulang pada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama dengan asumsi tidak terdapat perubahan psikologis terhadap responden.

Adapun kategorisasi angka skala reliabilitas menurut Cortina (1993) :

1. Antara 0,800-1,000 = Realibilitas Baik 2. Antara 0,600-0,799 = Realibilitas Diterima 3. < 0,600 = Realibilitas Buruk

Reliabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa indikator-indikator mempunyai sejalansi yang tinggi dalam mengukur variabelnya.

Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel apabila memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,70 (Ghozali, 2011). Hasil uji reliabilitas kuesioner disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel.6 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach Alpha Keterangan

Evaluasi Pelatihan 0,939 Reliabel, Sangat Tinggi Pengembangan Karir 0,966 Reliabel, Sangat Tinggi Kinerja Pegawai 0,835 Reliabel, Sangat Tinggi

Berdasarkan hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa semua item pernyataan dan tiga variabel yang akan diteliti adalah reliabel karena mempunyai nilai Cronbach Alpha > 0,70 (Ghozali, 2011).

H. Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskriptif

Statistik deskripsi memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi (Ghozali,2006). Cara pengkategorian data tersebut adalah sebagai berikut :

a. Tinggi = mean + 1 SD ≤ X

b. Sedang = mean – 1SD ≤ X < mean + 1 SD c. Rendah = X < mean – 1SD

2. Pengujian Prasyarat Analisis

Pengujian prasysarat analisis dilakukan sebelum pengujian hipotesis yang meliputi uji normalitas, uji linieritas.

Uji normalitas bertujuan untuk menguji salah satu asumsi dasar analisis regresi berganda, yaitu variabel-variabel independen dan dependen harus berdistribusi normal atau mendekati normal (Ghozali, 2011).

b. Uji Liniearitas

Uji liniearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan liniar atau tidak secara signifikan (Ghozali, 2006). Uji ini biasanya sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linier. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan linier bila signifikasi kurang dari 0,05. c. Uji Multikolineraritas

Uji multikolinearitas merupakan bentuk pengujian untuk asumsi dalam analisis regresi berganda. Multikolinearitas terjadi apabila terdapat hubungan yang kuat antara variable independen dalam model regresi. Apabila terjadi geajala multikolinearitas, salah satu langkah untuk memperbaiki model adalah dengan menghilangkan variable dari model adalah dengan menghilangkan variable dari model regresi, sehingga bisa dipilih model yang paling baik (Purbayu Budi Santosa dan Ashari, 2005). Ada tidaknya multikolinearitas dapat dideteksi dengan menggunakan Pearson Correlation, dilihat dari besarnya Tolerance Value dan Variance Inflation Factor (VIF) yang dapat dihitung dengan rumus :

VIF = 1 ��������������

Tolerance Value dan VIF menunjukkan setiap variable independen manakah yang dijelaskan oleh variable independen lainnya atau dalam pengertian sederhana setiap variable independen menjadi variabel dependen. Tolerance mengukur variabilitas variablel independen yang dipilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai cut-off yang umum dipakai menentukan multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan VIF ≥ 10. Bila hasil regresi memiliki nilai VIF tidak lebih dari 10, maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independennya (Ghozali, 2006).

3. Uji Hipotesis

a. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda dikembangkan sebuah persamaan regresi yaitu suatu formula yang mencari nilai variabel dependen dari nilai independen yang diketahui. Analisis regresi digunakan untuk tujuan peramalan, di mana dalam model tersebut aa sebuah variabel deenden dan independen. Regresi berganda digunakan jika terdapat satu variabel dependen dan dua atau lebih variabel independen.

� =�+ �11+ 22

Keterangan :

Y = Pengembangan karir karyawan a = konstanta

1= koefisien regresi dari rotasi pekerjaan

2= koefisien regresi dari motivasi kerja

1= rotasi pekerjaan karyawan

2= motivasi kerja R = residu

b. Delta Koefisien Determinasi (ΔR2 )

Delta Koefisien Determinasi (ΔR2) pada intinya digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai (ΔR2) dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambah ke dalam model.

Delta Koefisien Determinasi (ΔR2) dinyatakan dalam presentase yang nilainya berkisar antara 0 < ΔR2 < 1. Nilai (ΔR2) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

51 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh evaluasi pelatihan dan pengembangan karir terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta. Hasil penelitian yang terkumpul diolah dan dianalisis dalam bab ini.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi gambaran umum obyek penelitian, analisis deskriptif, analisis regresi, dan pengujian hipotesis. Analisis ini digunakan sesuai dengan perumusan model dan permasalahan yang ada. Selain analisis tersebut pada bab ini akan menyajikan karakteristik responden, pengkategorian variabel penelitian, pengujian prasyarat analisis, dan pembahasan.

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Balai Kota Yogyakarta merupakan komplek pemerintahan dan perkantoran Walikota Yogyakarta. Kompleks Balai Kota Yogyakarta berada di Jalan Kenari No.56 Yogyakarta. Di kompleks ini terdapat sebanyak 22 instansi/dinas yang biasa disebut SKPD. Visi Kota Yogyakarta adalah terwujudnya kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan berkualitas,berkarakter dan inklusif, pariwisata berbasis budaya, dan pusat pelayanan jasa, yang berwawasan lingkungan dan ekonomi kerakyatan. Misi Kota Yogyakarta :

1. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih. 2. Mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas.

3. Mewujudkan pemberdayaan masyarakat dengan gerakan segoro amarto.

4. Mewujudkan daya saing daerah yang kuat.

Dalam mencapai visi dan misi tersebut diperlukan evaluasi pelatihan yang diimbangi dengan pengembangan karir pegawai untuk lebih meningkatkan kinerja para Pegawai Negeri Sipil agar lebih dipercaya dan memuaskan kebutuhan masyarakat.

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara menyebar kuesioner di Balai Kota Yogyakarta. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 90 responden. Adapun hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan disajikan sebagai berikut.

A. Analisis Deskriptif Kuantitatif

Analisis deskriptif dalam penelitian ini meliputi: analisis karakterisitik Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta, analisis statisitik deskriptif yang terdiri dari: nilai maksimal, minimal, mean, dan standar deviasi, serta kategorisasi jawaban Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta. Adapun pembahasan mengenai masing-masing analisis deskriptif kuantitatif disajikan sebagai berikut :

Karakteristik Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta yang diamati dalam penelitian ini meliputi: jenis kelamin, pendidikan, usia, status, dan lama kerja. Deskripsi karakteristik Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta disajikan sebagai berikut:

a) Jenis Kelamin

Deskripsi karakteristik Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta berdasarkan jenis kelamin disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 7. Karakteristik Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki-Laki 49 54,4

Perempuan 41 45,6

Jumlah 90 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 49 orang (54,4%) dan Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 41 orang (45,6%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki jenis kelamin laki-laki.

b) Usia

Deskripsi karakteristik pegawai Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta berdasarkan usia disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 8. Karakteristik Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase (%)

20-25 tahun 1 1,1 25-30 tahun 11 12,2 30-35 tahun 17 18,9 35-40 tahun 25 27,8 >40 tahun 36 40,0 Jumlah 90 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta berusia 20-25 tahun sebanyak 1 orang (1,1%), pegawai Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta berusia 25-30 tahun sebanyak 11 orang (12,2%), Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta berusia 30-35 tahun sebanyak 17 orang (18,9%), Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta berusia 35-40 tahun sebanyak 25 orang (27,8%) dan Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta berusia lebih dari 40 tahun sebanyak 36 orang (40%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas yang menjadi Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta lebih dari 40 tahun 36 orang (40%), karena pegawai dengan usia lebih dari 40 tahun masih termasuk dalam usia produktif, dan lebih memiliki pengalaman dalam teknik bekerja.

c) Pendidikan Terakhir

Deskripsi karakteristik Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta berdasarkan pendidikan terakhir disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 9. Karakteristik Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

SMA 15 16,7

Diploma 18 20,0

S1 42 46,7

S2 15 16,7

Jumlah 90 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta berpendidikan rentang SMA sebanyak 15 orang (16,7%) dan Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta berpendidikan Diploma sebanyak 18 orang (20%). Pegawai dengan pendidikan S1 sebanyak 42 orang (46,7%), serta pegawai dengan pendidikan S2 sebanyak 15 orang (16,7%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas yang menjadi Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta berpendidikan S1 (46,7%), karena pegawai dengan tingkat pendidikan S1 sudah dibekali pengetahuan yang cukup yang dapat menunjang kinerja pegawai dan tugas yang diberikan dari atasan.

d) Lama Bekerja

Deskripsi karakteristik pegawai Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta berdasarkan lama bekerja disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 10. Karakteristik Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta

Berdasarkan Lama Bekerja

Lama Bekerja Frekuensi Persentase (%)

5-10 Tahun 27 30,0

10-20 Tahun 33 36,7

20-30 Tahun 22 24,4

30-40 Tahun 8 8,9

Total 90 100,0

Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa pegawai Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta yang telah bekerja rentang waktu 5-10 tahun sebanyak 27 orang (30,0%), Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta yang telah bekerja antara 10-20 tahun sebanyak 33 orang (36,7%), Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta yang telah bekerja antara 20-30 tahun sebanyak 22 orang (24,4%), dan Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta yang telah bekerja lebih dari 30-40 tahun sebanyak 8 orang (8,9%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa mayoritas Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta lama bekerjanya antara 10-20 tahun.

e) Status

Deskripsi karakteristik pegawai Pegawai Negeri Sipil KotaYogyakarta berdasarkan status disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 11. Karakteristik Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta

Berdasarkan Status Pernikahan

Status Pernikahan Frekuensi Persentase (%)

Belum menikah 21 23,3

Menikah 69 76,7

Jumlah 90 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Dari data karakteristik responden berdasarkan status, mayoritas Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta berstatus menikah sebanyak 69 orang (76,7%).

B. Analisis Deskriptif Kategori Variabel

Deskripsi kategori variabel menggambarkan tanggapan Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta mengenai pengaruh evaluasi pelatihan dan pengembangan karir terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil Kota

Yogyakarta. Data hasil penelitian kemudian dikategorikan ke dalam tiga kelompok yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Hasil kategorisasi tersebut disajikan berikut ini:

1) Evaluasi Pelatihan

Hasil analisis deskriptif pada variabel evaluasi pelatihan diperoleh nilai minimum sebesar 27; nilai maksimum sebesar 48; mean sebesar 39,31; dan standar deviasi sebesar 3,59. Selanjutnya variabel evaluasi pelatihan dikategorikan dengan menggunakan skor rerata (M) dan simpangan baku (SD). Jumlah butir pertanyaan untuk variabel evaluasi pelatihan terdiri dari 12 pertanyaan yang masing-masing mempunyai skor 1, 2, 3, dan 4. Kategorisasi untuk variabel evaluasi pelatihan disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 12. Kategorisasi Variabel Evaluasi Pelatihan

Kategori Interval Skor Frekuensi Persentase (%)

Tinggi X ≥ 42,90 18 20,0

Sedang 35,72 ≤ X < 44,73 61 67,8

Rendah X< 35,72 11 12,2

Jumlah 90 100,0

Sumber: Data Primer 2015

Tabel di atas menunjukkan bahwa pegawai yang memberikan penilaian terhadap evaluasi pelatihan Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta masuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 18 orang (20,0%), pegawai yang memberikan penilaian terhadap evaluasi pelatihan Pegawai Negeri Sipil Kota Yogyakarta masuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 67 orang (67,8%), dan pegawai yang

memberikan penilaian terhadap evaluasi pelatihan Pegawai Negeri Sipil masuk dalam kategori rendah yaitu sebanyak 11 orang (12,2%).

Kategori tinggi, berarti pegawai telah melaksanakan evaluasi pelatihan pada tingkat yang baik setelah pelatihan dilaksanakan. Kategori sedang berarti pegawai telah melaksanakan evaluasi pelatihan pada tingkat yang cukup setelah pelatihan dilaksanakan. Kategori rendah berarti pegawai telah melaksanakan evaluasi

Dokumen terkait