• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Penyajian Data

4.3.2. Temuan Lapangan Variabel-variabel Yang Mempengaruhi

4.3.2.2. Variabel Internal Yang Mempengaruhi Penyerapan

Rencana Strategik

Rencana strategis meliputi pengembangan usaha, tingkat produksi, kerjasama dengan pihak lain yang akan membawa pengaruh positif terhadap kemajuan industri. Setiap rencana strategis membutuhkan perhitungan yang mendalam, nilai modal dan komitmen yang tinggi untuk mewujudkannya.

Peneliti menanyakan kepada pengusaha konveksi seperti apa rencana strategis yang dilakukan dimasa depan. Berikut ini penjelasan dari masing-masing informan (I1, I3, I5) :

“Alfahmi Konveksi memiliki rencana jangka panjang untuk mengembangkan usaha konveksi ini menjadi lebih besar lagi. Rencana itu akan kami lakukan secara bertahap, sedikit demi sedikit keuntungan yang kami dapat, kami tabung untuk memperoleh modal untuk membuat konveksi ini menjadi perusahaan garmen. Kami menghindari modal yang kami dapatkan nantinya diperoleh dari peminjaman di bank. Kami tidak ingin meminjam ke bank, walaupun sudah banyak pegawai bank datang ke tempat ini menawarkan pinjaman, tetapi kami menolaknya. Lebih baik kami menabung sedikit demi sedikit untuk mencapai modal yang diperlukan nantinya.”

“Eugenia Konveksi memiliki rencana strategis membuka unit usaha untuk kelas ekonomi menengah ke bawah untuk mengurangi kerugian akibat rendahnya permintaan dari konsumen kelas ekonomi menengah keatas. Kalau dibuat unit baru untuk pakaian menengah ke bawah nantinya bisa saling menutupi apabila permintaan untuk menengah keatas sedang lesu. Tetapi rencana itu, masih sedang saya pikirkan bagaimana nantinya. Apabila rencana tersebut terwujud saya tentunya akan menambah mesin jahit dan tenaga kerja yang bekerja disini.”

“Sablon Medan akan terus mengembangkan usaha dengan pengembangan kualitas produk hingga sampai ke tangan konsumen. Kepuasan konsumen kami jaga dengan sangat baik, mulai dari pelayanan, produksi, dan harga yang lebih murah dari sablon konveksi lainnya. Saat ini Sablon Medan telah memiliki website yang dapat memudahkan konsumen untuk memesan berbagai produk di Sablon Medan. Dengan adanya website ini, Sablon Medan mengalami kenaikan penjualan. Website ini akan terus di perbaharui demi kebutuhan konsumen. Sablon Medan juga menyediakan jasa pelatihan bagi pihak luar yang ingin belajar bagaimana mengelola dan membuat bisnis konveksi sendiri. Sablon Medan melatih dan menyediakan segala yang diperlukan, sampai bisnis konveksi benar-benar dapat berjalan.” Peneliti juga menanyakan apakah pengusaha juga akan menambah tenaga kerja untuk mewujudkan rencana strategis tersebut. Semua informan akan menambah jumlah tenaga kerja agar rencana strategis tersebut dapat terlaksana.

Dari fenomena diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa rencana strategis akan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja industri konveksi.

Anggaran

Menurut S.P Siagian mudah membayangkan bahwa bertambahnya anggaran berdampak positif terhadap pengadaan dan pemanfaatan sumber daya manusia. Sebaliknyalah yang terjadi apabila anggaran harus dikurangi.

Peneliti menanyakan apakah industri konveksi membuat anggaran khusus bagi pengadaan tenaga kerja. Jawaban dari masing-masing informan (I1, I3, I5) adalah tidak ada. Industri konveksi tersebut tidak menyediakan dana khusus untuk mengadakan anggaran khusus untuk tenaga kerja. Bahkan Alfahmi Konveksi menuturkan bahwa tidak sulit untuk mencari tenaga kerja yang ingin di butuhkannya.

“ kami hanya broadcast lewat BBM kalau ada lowongan kerja, setelah itu akan ada orang yang datang kesini untuk menawarkan dirinya untuk bekerja.

Kalau untuk pelatihan tenaga kerja, kami juga tidak membuat itu. Karena tidak ada dana untuk melatihnya, dan kami hanya menerima pekerja yang bisa menjahit. Kalau melatih pekerja dulu, ngga cukup waktu untuk itu.”

begitu pula dengan industri konveksi Sablon Medan,

“ Untuk tenaga penjahit, pendesain, dan costumer service kami tidak mengadakan pelatihan bagi pekerja kami. Kami menerima mereka yang sudah bisa melakukan pekerjaan tersebut saja. Selebihnya tidak kami terima. Kecuali mereka adalah magang di perusahaan kami.”

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti menarik kesimpulan bahwa faktro anggaran tidak mempengaruhi penyerapan tenaga kerja industri konveksi. Sebab rata-rata pengusaha konveksi tidak menyediakan anggaran untuk pengadaan tenaga kerja. Anggaran terhadap pengembangan industri lebih berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. Semakin besar anggaran perusahaan untuk mengembangkan industri, maka penyerapan tenaga kerja juga akan meningkat.

Estimasi Produksi dan Penjualan

Kemampuan industri konveksi memproduksi produknya tentu tidak luput juga mempertimbangkan kapasitas sumber daya manusia dan mesin yang akan digunakan. Industri konveksi perlu merencanakan jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk mencapai target penjualan yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, manajemen personalia harus siap untuk mengadakan jumlah tenaga kerja yang dapat mendukung tercapainya target industri konveksi tersebut.

Peneliti menanyakan kepada pengusaha konveksi, seberapa besar tingkat estimasi produksi dan penjualan yang ingin dicapainya? apakah yang akan dilakukan selanjutnya untuk mencapai estimasi tersebut? Peneliti menemukan

jawaban berbeda beda. Adapun informan (I1) berpendapat bahwa konveksi mereka tidak membuat adanya estimasi produksi. Namun saat peneliti menanyakan jika pemesanan produk tinggi apakah yang akan dilakukan pengusaha? I1 menjawab bahwa akan menambah tenaga kerja yang ada saat ini. Cara yang dilakukan I1 adalah dengan memberikan pinjaman mesin kepada pekerja lepas. Pekerja lepas akan mengerjakan produknya sesuai dengan pesanan dan dikerjakan di rumah dengan menggunakan mesin yang dipinjamkan oleh pemilik konveksi. Kemudian cara yang lazim dilakukan pengusaha konveksi untuk menaggulangi tingginya permintaan produk, pengusaha memberlakukan lembur kepada pekerjanya.

Kemudian, I3 menyatakan bahwa mereka juga tidak membuat target penjualan setiap bulannya. Namun, usaha untuk terus memperkenalkan produk kepada pihak luar senantiasa dilakukan untuk meningkatkan penjualan/permintaan produknya. (I3) dimana ia bekerja di Eugenia Konveksi, melakukan publikasi, promosi, kepada pangsa pasarnya supaya setiap orang dapat mengenal dan memilih Eugenia Konveksi sebagai industri konveksi yang dipercayanya. Apabila permintaan meningkat dari biasanya, I3 juga akan menambah jumlah pekerja agar permintaan konsumen dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Begitu pula dengan industri konveksi Sablon Medan. Apabila permintaan melonjak, maka I5 akan menambah jumlah tenaga kerja agar pemesanan konsumen selesai dengan tepat waktu. Dari data diatas, peneliti menarik kesimpulan bahwa, faktor estimasi produksi dan penjualan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja industri konveksi.

Usaha Baru.

Pertumbuhan usaha baru, akan mampu mengurangi pengangguran. Peluang untuk membuka usaha baru, selalu terbuka bagi pengusaha yang ingin mengembangkan usaha yang sedang dikelolanya. Pembentukan usaha baru dapat dilakukan dengan penahapan dan dapat pula menuntut penanganan secara cepat. Pembentukan usaha baru tersebut akan menuntut pengadaan sumber daya manusia yang baru pula. Hal tersebut akan membuka kesempatan bagi penyerapan tenaga kerja industri konveksi.

Ketika peneliti menanyakan apakah pengusaha memiliki rencana untuk membuka konveksi yang baru atau membuka usaha baru yang lain, setiap pengusaha menjelaskan bahwa memiliki rencana tersebut.

I1 menjelaskan bahwa “ iya, kami memiliki rencana untuk membuka tempat bordir sendiri, supaya proses produksi pakaian dapat lebih cepat dan lebih menguntungkan. Kalau selama ini, untuk mengerjakan bordir, kami menyerahkan kepada orang lain, kerena kami belum memiliki mesin bordir sendiri. Kemudian kalau nanti usaha ini terus berkembang dengan baik, kami ingin menjadikan konveksi ini lebih besar lagi yaitu menjadikan konveksi ini menjadi garmen. Itu rencana jangka panjangnya, karena perlu modal yang besar untuk mewujudkannya itu. Kami perlahan lahan mengumpulkan modal untuk merealisasikan itu, dan kami enggak mau minjam modal ke bank.” Kemudian peneliti menanyakan tentang tenaga kerja . Pengusaha I1 menyatakan akan menambah tenaga kerja yang akan diperkerjakan.

Sedangkan I3 menjelaskan “untuk saat ini kami masih fokus ke pasar menengah ke atas. Saat ini saja, pasar kami masih terbilang sedang sepi,lesu. Ya jadi untuk membuka bisnis yang baru, memang saya belum ada rencana kesana. Tapi saat ini, kami ingin membuka juga pasar baru untuk menengah kebawah,jadi bisa mengurangi kerugian dari biaya perbulan. Nah kalo itu nanti pasti kami akan membutuhkan tenaga kerja.” Sedangkan pengusaha I5 menyatakan “kami akan membuka bisnis baru di bidang IT dan saat ini sedang dikembangkan. Untuk konveksi ini, kami merasa sudah cukup bertumbuh dan mulai maju. Manajemennya juga sudah dapat

berjalan dengan baik. Saya bisa lebih fokus ke bisnis IT jadinya. Untuk IT ini , tentu tenaga kerja baru diperlukan, dan tenaga kerja muda, kreatif, cekata, jujur yang akan mengisi bisnis IT ini. Karena dunia IT saat ini sedang mengalami pertumbuhan yang pesat, kalau di Medan belum terlalu kelihatan, tetapi pulau Jawa, sudah menggeliat, dan bisnis IT diisi oleh anak-anak muda.”

Dari penjelasan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, faktor usaha baru berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja baru.

Dokumen terkait