HASIL PENELITIAN Uji Deskriptif
2. Variabel Kemandirian Belajar
Variabel kemandirian belajar (KB) memiliki skala yang berisi 40 item dengan nilai berjenjang antara nilai 1 hingga nilai 4, dan memiliki mean sebesar 112.44 dengan standar deviasi 11.448 dan jumlah subjek (N) sebanyak 50 yang memperoleh nilai empirik minimum sebesar 94 dan maksimum 139 (lihat Tabel 1). Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel kemandirian belajar, peneliti menggunakan 4 kategori yaitu rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Maka skor hipotetik maksimum 4x40 item valid = 160 dan skor minimum 1x40 item valid = 40, maka intervalnya adalah 30 (diperoleh dari perhitungan Interval).
22
Norma kategorisasi hasil pengukuran Skala Kemandirian Belajar dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3.
Kategorisasi Pengukuran Skala Kemandirian Belajar
No. Interval Kategori Mean N Presentase
1. 131 < X < 160 Sangat Tinggi 3 6% 2. 101 < X < 130 Tinggi 112.44 39 78% 3. 71 < X < 100 Sedang 8 16% 4. 40 < X < 70 Rendah 0 0% Jumlah 50 100% SD = 11.448 Min = 94 Max = 139
Berdasarkan Tabel 3. di atas dapat dilihat bahwa 3 orang memiliki skor kemandirian belajar yang berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 6%, 39 orang memiliki skor kemandirian belajar yang berada pada kategori tinggi dengan presentase 78%, dan 1 orang memiliki skor kemandirian belajar yang berada pada kategori sedang dengan presentase 16%, serta tidak ada siswa yang memiliki skor kemandirian belajar yang rendah dengan presentase 0%. Berdasarkan rata-rata kemandirian belajar siswa berada pada kategori tinggi. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 94 sampai dengan skor maksimum sebesar 139 dengan standar deviasi 11.448.
Uji Asumsi
Uji asumsi pada penelitian ini menggunakan uji normalitas, uji linearitas, dan uji korelasi. Perhitungan dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 16.0.
Uji Normalitas
Untuk uji normalitas sebaran skor digunakan uji Kolmogorov Smirnov. Berdasarkan hasil uji normalitas yang menggunakan Kolmogorov Smirnov, dapat diketahui kedua variabel memiliki signifikansi p>0,05. Variabel Keharmonisan
Keluarga (KK) memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,748 dengan nilai signifikansi sebesar 0,630 (p>0,05). Oleh karena nilai signifikansi p>0,05, maka distribusi data berdistribusi normal. Hal ini juga terjadi pada variabel Kemandirian Belajar yang memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,597 dengan nilai signifikansi sebesar 0,869 (p>0,05), dengan demikian data Kemandirian Belajar juga berdistribusi normal.
Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data yaitu variabel bebas dan variabel terikat, untuk mengetahui apakah variabel bebas berhubungan dengan variabel terikat atau tidak.
Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai Fbeda sebesar 0,614 dengan sig.=0,883 (p>0,05) yang menunjukkan hubungan antara keharmonisan keluarga dengan kemandirian belajar pada siswa adalah linear.
Uji Korelasi
Hasil korelasi antara keharmonisan keluarga dengan kemandirian belajar pada siswa yang menggunakan analisis korelasi Pearson product moment dapat dilihat pada tabel 4, berikut ini:
Tabel 4.
Hasil Uji Korelasi antara Keharmonisan Keluarga dengan Kemandirian Belajar Correlations KK KB KK Pearson Correlation 1 .319* Sig. (2-tailed) .024 N 50 50 KB Pearson Correlation .319* 1 Sig. (2-tailed) .024 N 50 50
24
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara keharmonisan keluarga dengan kemandirian belajar pada siswa, sebesar 0,319 dengan signifikansi = 0,024 (p<0,05), yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif signifikan antara keharmonisan keluarga dengan kemandirian belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Salatiga.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi keharmonisan keluarga yang mereka dapatkan maka semakin tinggi pula kemandirian belajar pada mereka. Besarnya variasi kemandirian belajar siswa dengan keharmonisan keluarga dapat menjelaskan bahwa keharmonisan keluarga memberikan kontribusi kemandirian belajar siswa 78% dan sisanya 22% yang dipengaruhi oleh faktor lain diluar keharmonisan keluarga yang dapat berpengaruh terhadap kemandirian belajar siswa.
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian tentang hubungan keharmonisan keluarga dengan kemandirian belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Salatiga, didapatkan hubungan positif dan signifikan antara kedua variabel tersebut dengan besar korelasi 0,319 dengan signifikansi 0,024 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara keharmonisan keluarga dengan kemandirian belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Salatiga. Dengan demikian hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima. Hasil korelasi tersebut mempunyai makna bahwa semakin tinggi keharmonisan keluarga, maka semakin tinggi kemandirian belajarnya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah keharmonisan keluarga, maka semakin rendah kemandirian belajarnya.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nurhayati, Suyanto dan Joharman (2012) yang menyatakan hubungan yang positif dan signifikan antara keharmonisan keluarga
dengan kemandirian belajar siswa. Keharmonisan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian belajar, sehingga dapat menghasilkan hubungan yang positif dan signifikan.
Hasil penelitian dari Slameto (2010) menunjukkan bahwa kemandirian belajar terhadap siswa memiliki keterkaitan dengan beberapa faktor, yaitu: (1) Faktor internal adalah faktor yang muncul dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti tingkat inteligensi dan kepribadian; dan (2) Faktor eksternal adalah faktor yang muncul dari luar diri siswa, seperti faktor keharmonisan keluarga dan lingkungan sekolah.
Hal ini juga sejalan dengan pendapatnya Slameto (2010) yang menjelaskan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian belajar, salah satunya faktor keharmonisan keluarga. Menurut Thoha (1996) bahwa kemandirian belajar dipengaruhi oleh keluarga, meliputi aktivitas pendidikan dalam keluarga, kecenderungan cara keluarga mendidik anak, cara memberikan penilaian kepada anak, bahkan sampai cara hidup orangtua berpengaruh terhadap kemandirian belajar anak.
Peran keharmonisan keluarga dapat memacu kemandirian belajar. Keluarga merupakan tempat pertama kali seorang anak belajar. Selama hidupnya, seorang individu membutuhkan kedekatan dan hubungan yang hangat dengan orangtua mereka. Kedekatan itu akan mempengaruhi timbulnya rasa percaya diri dan mendorong anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Kemandirian belajar dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga dimana keluarga membawa pengaruh primer terhadap kemandirian belajar seorang anak. Dikatakan bahwa perkembangan kemandirian belajar dipengaruhi oleh kondisi yang terjadi pada setiap tahap perkembangan (Hurlock, 1999). Dari analisa data keharmonisan keluarga mempunyai koefisien korelasi (r) 0,319 dengan nilai signifikansi 0,024 (p<0,05), kontribusi sumbangan efektif keharmonisan
26
keluarga sebesar 78% terhadap kemandirian belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Salatiga, yang artinya berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa 22% kemandirian belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 7 Salatiga dapat dipengaruhi oleh faktor lain.
Berdasarkan kategorisasi data empirik variabel kemandirian belajar, dengan rata-rata 112,44 dan standar deviasi sebesar 11,448 diketahui bahwa tidak ada subjek yang berada pada kategori rendah (0%), 1 subjek (16%) berada pada kategori sedang, dan 39 subjek (78%) berada pada kategori tinggi. Serta 3 subjek (6%) berada pada kategori sangat tinggi. Sedangkan berdasarkan kategorisasi data empirik variabel keharmonisan keluarga, dengan rata-rata 119,26 dan standar deviasi 11,428 diketahui bahwa tidak ada subjek yang berada pada kategori rendah (0%), 1 subjek (2%) berada pada kategori sedang, dan 19 subjek (38%) berada pada kategori tinggi. Serta 30 subjek (60%) berada pada kategori sangat tinggi.
Hasil analisa deskriptif dalam penelitian ini, diperoleh data bahwa keharmonisan keluarga sebesar 60% yang ada pada kategori sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Salatiga memiliki keharmonisan keluarga yang tinggi. Pada tingkat kemandirian belajar yang dimiliki oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Salatiga sebesar 78% yang berada pada kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Salatiga memiliki tingkat kemandirian belajar yang berada pada taraf tinggi.