• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Pada Penelitian kali ini peneliti menggunakan 1 (satu) variabel dependen dan 5 (lima) variabel independen. Perataan laba (income smoothing) digunakan sebagai variabel dependen, sedangkan variabel independennya yaitu ukuran perusahaan, rasio hutang, sektor industri, leverage operasi, dan profitabilitas. 3.1.1 Variabel Dependen

Variable dependen (terikat) yang digunakan pada penelitian ini adalah perataan laba (income smoothing). Peneliti menggunakan indeks eckel untuk membuktikan apakah perusahaan melakukan perataan laba atau tidak. Untuk mempermudah peneliti, perusahaan yang melakukan perataan laba diberi nilai 1, sedangkan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba diberi nilai 0.

Penelitian mengenai perataan laba yang dilakukan di Indonesia dapat dikatakan semuanya menggunakan pendekatan variabilitas. Pendekatan ini mengelompokkan perusahaan sebagai pelaku perataan penghasilan ketika koefisien variasi penjualannya lebih besar daripada variasi labanya. Pembandingan koefisien variasi ini menghasilkan angka indeks yang dikenal sebagai indeks eckel (Kustono, 2010). Rumus yang digunakan adalah:

Indeks Perataan laba (IPL) =

CV :Koefisien variasi dari variabel, yaitu standar deviasi dari perubahan laba dan perubahan penjualan dibagi dengan nilai yang diharapkan dari perubahan laba (I) dan perubahan penjualan (S).

ΔS : Perubahan penjualan yang terjadi dalam satu periode.

ΔI : Perubahan laba yang terjadi dalam satu periode. Untuk menghitung CVΔI atau CVΔS dapat digunakan rumus:

CVΔI atau CVΔS =

: ∆x

Keterangan:

Δx : perubahan laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n dengan n-1

Δx : rata-rata perubahan laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n dengan n-1 n : banyaknya tahun yang diamati.

Mengacu pada pendapat Syahriana (2006) dalam Rahmawati (2012),

apabila CV ΔS > CV ΔI, maka perusahaan digolongkan sebagai perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba atau dengan kata lain perusahaan tersebut memiliki indeks perataan laba lebih dari 1 (IPL > 1). Ashari (1994) dalam She Jin dan Machfoedz (1998) mengungkapkan bahwa kelebihan indeks Eckel adalah sebagai berikut:

1. Objektif dan berdasarkan pada statistik dengan pemisahan yang jelas antara perusahaan yang melakukan perataan penghasilan dan dengan perusahaan yang tidak melakukan perataan penghasilan.

2. Mengukur terjadinya perataan penghasilan tanpa harus membuat prediksi pendapatan, model ekspektasi penghasilan, pengujian biaya atau pertimbangan subyektif lainnya.

3. Mengukur perataan penghasilan dengan menjumlahkan pengaruh beberapa variabel perata penghasilan yang potensial dan menyelidiki pola perilaku perataan penghasilan selama periode waktu tertentu. 3.1.2 Variabel Independen

1. Ukuran Perusahaan

Albretch dan Richardson (1990) dalam Rahmawati (2012) mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan yang lebih besar diteliti dan dipandang dengan lebih kritis oleh para investor. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti berpendapat bahwa ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba. Ukuran perusahaan dapat diukur dari total asset yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian untuk mengukur variabel ini maka rumus yang digunakan yaitu:

Ukuran perusahaan = Ln Total Asset 2. Rasio Hutang

Rasio hutang membandingkan antara hutang dengan modal yang dimiliki oleh perusahaan. Brigham dan Houston (2001) dalam Rahmawati (2007) menyebutkan bahwa semakin tinggi rasio hutang, maka resiko perusahaan akan semakin tinggi pula. Jin dan Machfoedz (1998) dalam Rahmawati (2007) menjelaskan bahwa

variabel debt to equity (DER) berpengaruh terhadap perataan laba berdasarkan adanya indikasi perusahaan melakukan perataan laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang dapat dilihat melalui kemampuan perusahaan tersebut untuk melunasi hutangnya dengan menggunakan modal yang dimiliki. Rasio hutang dihitung dengan cara membagi total hutang dengan total modal.

Debt to Equity Ratio (DER) =

x 100%

3. Sektor Industri

Sektor industri menggolongkan perusahaan menjadi sektor-sektor tertentu untuk memudahkan peneliti dalam mengidentifikasi apakah sektor industri berpengaruh terhadap praktik perataan laba atau tidak. Kurniati (2009) dan Dewi (2008) mengemukakan bahwa sektor industri berpengaruh terhadap perataan laba. Hal tersebut berarti bahwa perusahaan yang bergerak di bidang perindustrian semakin teridentifikasi untuk melakukan perataan laba. Penelitian yang sama tetapi dengan hasil yang berbeda dilakukan oleh Martanti (2008), Jayadi (2007), dan Subekti (2007). Mereka menghasilkan kesimpulan bahwa sektor industri berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba. Artinya bahwa sektor industri tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Sektor industri diukur dengan mengelompokkan industri menjadi kelompok-kelompok tertentu. Berdasarkan data yang terdapat pada fact book tahun 2012, industri manufaktur dibagi menjadi 3 (tiga) sektor yaitu:

1. Industri dasar dan kimia 2. Aneka industri

4. Leverage Operasi

Jin dan Machfoedz (1998) menemukan bahwa perusahaan yang melakukan praktik perataan laba biasanya memiliki leverage operasi yang rendah. Leverage

operasi yang rendah menunjukkan bahwa proporsi biaya tetap lebih rendah, sedangkan proporsi biaya variabel lebih tinggi. Variabel ini muncul ketika satu perusahaan menggunakan biaya tetap dalam operasinya. Menurut Harjito dan Martono 2008 dalam Ratnasari (2012) leverage operasi perusahaan diukur dengan menggunakan degree of operating leverage (DOL):

5. Profitabilitas

Tingkat profitabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa kinerja perusahaan berjalan dengan baik, sebaliknya apabila profitabilitasnya rendah maka mengindikasikan bahwa kinerja perusahaannya buruk. ROA (return on asset) digunakan untuk mengukur rasio profitabilitas. Selain itu, ROA juga digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasinal

Sumber

Data Skala Pengukuran

Perataan laba Tindakan manajemen untuk

meratakan laba perusahaan

Penghasilan bersih (I) dan penjualan (S), diperoleh dari laporan L/R tahun 2010 sampai 2012. Nominal Ukuran perusahaan Ukuran perusahaan ditentukan dari total aktiva yang dimiliki perusahaan Total aktiva melalui laporan neraca setiap tahun (2010-2012). Persentase Ln Total Asset

Rasio hutang Rasio antara total hutang dengan total modal Total hutang dan total modal melalui laporan neraca setiap tahun (2010-2012) Persentase x100% Sektor industri Pengelompoka n perusahaan manufaktur berdasarkan sektor-sektor tertentu mengacu data yang terdapat pada fact book

Daftar perusahaan manufaktur yang terdapat pada fact book tahun 2010-2012

Nominal Berdasarkan data yang terdapat pada fact book tahun 2010-2012 perusahaan

manufaktur dibagi menjadi tiga kategori yaitu: 1) industri dasar dan kimia; 2) aneka industry; 3) industri barang konsumsi Leverage operasi Rasio antara presentase EBIT dengan presentase Perubahan Penjualan Rasio EBIT melalui neraca setiap tahun (2012-2012) Persentase

Profitabilitas Rasio antara laba bersih terhadap total aset Rasio antara laba bersih terhadap total asset melaui laporan laba rugi dan neraca setiap tahun (2010-2012) Persentase x100%

Sumber: data sekunder yang diolah

Dokumen terkait