• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN EKONOM

E. Proses dan Indentifikasi Model 1 Uji Stasioneritas

6. Variance Decomposition

Pada dasarnya variance decomposition merupakan metode lain untuk

menggambarkan sistem dinamis yang terdapat dalam VAR. hal ini digunakan untuk menyusun perkiraan error variance suatu variabel, yakni seberapa besar perbedaan antara variance sebelum dan sesudah shoock, baik guncangan yang berasal dari variabel itu sendiri maupun variabel lain (Gujarati, 2003). Analisis ini menggambarkan relative pentingnya setiap variabel di dalam sistem VAR akibat adanya goncangan. Variance decomposition berguna untuk memprediksi kontribusi presentase varian setiap variabel karena adanya perubahan variabel tertentu dalam sistem VAR (Widarjono, 2007).

E Prosedur Teknis Analisis

Dalam penelitian ini data yang bersumber dari Statistik Keuangan Indonesia (SEKI) dan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) dari periode 2005:07 –

2012:12 yang merupakan data sekunder bulanan dioleh terlebih dahulu diolah di dalam MS.Exel 2010, yaitu berupa tabel dan grafik masing-masing data dari periode 2005:07 – 2012:12.

Penelitian ini model analisis yang digunakan adalah model analisis Vector Error Correction Model (VECM) yang merupakan salah satu model dinamis yang diselesaikan dengan program statistik komputer yaitu software Eviews 4.1. Sebelum dilakukan pengujian dengan menggunakan metode Vector Error Correction Model (VECM), terdapat prosedur-prosedur yang dilakukan sebagai berikut:

1. Seluruh data dari variabel yang digunakan dimasukkan dalam program statistik komputer yaitu software Eviews 4.1 untuk dilakukan pengujian. 2. Setelah data di input maka dilakukan pengujian akar-akar unit (unit roots test) untuk mengetahui apakah data yang digunakan sudah berada dalam keadaan stationary atau belum.

3. Pengujian dilanjutkan dengan melakukan uji unit root pada orde first difference karena data yang digunakan belum stationary pada orde level.

4. Setelah seluruh variabel yang digunakan stationary, dilakukan pengujian kointegrasi untuk mengetahui hubungan jangka panjang dari variabel yang digunakan.

5. Pengujian dilanjutkan dengan penentuan lag optimum yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari setiap variabel dalam sistem.

6. Berikutnya yaitu uji estimasi model OLS klasik dan estimasi Vector Error Corection Model (VECM) untuk melihat hubungan jangka pendek dari variabel yang digunakan dengan melihat EC nya.

7. Kemudian dilakukan uji Impulse Response yang dilakukan untuk melihat efek dari guncangan (shock) dari variabel-variabel endogen yang terdapat di dalam model yang diamati.

8. Pengujian selanjutnya adalah variance decomposition yang dilakukan untuk memprediksi kontribusi presentase varian setiap variabel karena adanya perubahan variabel tertentu dalam sistem VAR.

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang didapat terkait dengan tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Hasil yang diperoleh dari estimasi VECM pada periode penerapan base money targeting framework terhadap pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Uang primer berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

b. Nilai tukar rupiah per dollar AS berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

c. Suku bunga kredit investasi berpengaruh signifikan dan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

d. Uang primer berpengaruh tidak signifikan dan positif terhadap laju inflasi di Indonesia.

e. Nilai tukar rupiah per dollar AS berpengaruh signifikan dan positif terhadap laju inflasi.

f. Suku bunga kredit investasi berpengaruh signifikan dan negatif pada laju inflasi.

2. Hasil yang diperoleh dari estimasi VECM pada periode penerapan inflation targeting framework terhadap pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Dalam jangka panjang BI rate berpengaruh signifikan dan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

b. Dalam jangka panjang nilai tukar rupiah per dollar AS berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama penerapan ITF.

c. Dalam jangka panjang suku bunga kredit berpengaruh signifikan dan negatif terhadap PDB selama penerapan ITF.

d. Pada jangka panjang BI rate berpengaruh signifikan dan positif terhadap laju inflasi Indonesia selama periode penerapan ITF. e. Pada jangka panjang, nilai tukar rupiah per dollar AS berpengaruh

signifikan dan positif terhadap laju inflasi Indonesia selama penerapan ITF.

f. Suku bunga kredit berdampak signifikan dan negatif terhadap laju inflasi selama penerapan ITF di Indonesia.

3. Dari hasil uji impulse response function (IRF), PDB merespon seluruh pergerakan variabel-variabel pada penerapan BMTF secara positif dan variabel-variabel pada penerapan BMTF terus mengalami peningkatan secara terus-menerus hingga akhir periode pengamatan baik variabel uang primer, kurs, maupun suku bunga kredit investasi.

Dari hasil uji impulse response function (IRF), Inflasi merespon seluruh pergerakan variabel-variabel pada penerapan BMTF. Inflasi merespon adanya guncangan dari uang primer yang mencapai kestabilan pada periode kelima. Inflasi merespon guncangan kurs secara positif dan stabil sejak periode kelima. Guncangan dari kredit investasi pada awalnya direspon negatif oleh inflasi, namun sejak periode kelima dan seterusnya inflasi terus merespon positif dan mencapai kondisi yang stabil.

4. Dari uji impulse response function dihasilkan bahwa PDB merespon negatif adanya guncangan dari BI rate dan mencapai kestabilan pada periode ke-15 yaitu sebesar -23,8 basis poin. Guncangan pada kurs direspon negatif oleh PDB dan mencapai kestabilan pada period eke 10 yaitu sebesar -4 basis poin. Respon PDB mencapai kestabilan akibat guncangan variabel kredit investasi yaitu sebesar 3,8 basis poin pada periose ke 20.

Inflasi merespon negatif adanya guncangan dari BI rate selama penerapan ITF dan terus mengalami penurunan dari awal hingga akhir periode pengamatan. Inflasi merespon positif adanya shock dari BI rate dan

merespon negatif adanya guncangan dari kurs serta merespon negatif adanya guncangan dari suku bunga kredit investasi.

5. Hasil analisis variance decomposition menunjukan bahwa selain berasal dari PDB itu sendiri, pada penerapan BMTF variabel yang paling besar memberikan konrtribusi terhadap PDB adalah suku bunga kredit investasi. Nilai tukar rupiah per dolar AS juga memberikan kontribusi yang positif terhadap PDB, dimana kebijakan moneter yang dilakukan akan

berpengaruh pada kegiatan ekonomi di sektor riil terutama dalam ekspor- impor sehingga nilai tukar rupiah menjadi salah satu faktor yang

berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. pada penerapan BMTF

Hasil analisis variance decomposition menyatakan bahwa pada penerapan BMTF selain berasal dari inflasi itu sendiri, setiap variabel memiliki kontribusi yang berbeda pada perkembangan inflasi dengan urutan presentase pengaruh terbesar adalah variabel uang primer, suku bunga kredit dan nilai tukar Rupiah per dollar AS. Nilai tukar rupiah

memberikan kontibusi yang positif dan tidak signifikan namun terus mengalami peningkatan dari awal hingga akhir periode pengamatan.

6. Berdasarkan hasil variance decomposition dapat disimpulkan bahwa pada penerapan ITF, pergerakan PDB paling besar dipengaruhi oleh PDB itu sendiri. Selain itu nilai tukar rupiah per dolar AS juga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PDB. Namun, BI rate kurang signifikan memberikan kontribusinya terhadap pergerakan PDB pada penerapan ITF di Indonesia.

Pada periode ITF, pergerakan laju inflasi paling besar dipengaruhi oleh inflasi itu sendiri. Suku bunga kredit investasimemiliki kontribusi yang cukup besar terhadap laju inflasi di Indonesia pada penerapan ITF hingga akhir periode pengamatan. Nilai tukar rupiah per dolar AS juga

memberikan kontribusi yang besar terhadap laju inflasi. Namun, pada penerapan ITF BI rate tidak menunjukan kontribusi yang signifikan dalam menjelaskan perubahan ataupun pergerakan laju inflasi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan pada penelitian ini, penulis memberikan saran agar penelitian selanjutnya menjadi lebih baik, yaitu:

1. Untuk melihat peranan kebijakan moneter secara keseluran dan

mengetahui seberapa besar efektifitas kebijakan moneter yang diterapkan, disarankan untuk menggunakan mekanisme transmisi kebijakan moneter dan melihat dampaknya terhadap sektor riil dan laju inflasi.

Dokumen terkait